Pura Luhur Pucak Kembar merupakan salah satu pura kahyangan jagat di Pulau Bali. Pura ini sangat mudah dijangkau oleh umat mengingat lokasinya sangat strategis jalur utama Denpasar-Singaraja, tepatnya di Desa Pakraman Pacung, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.
Pura ini memiliki keunikan tersendiri dimana terdapat pralingga berupa tapakan Nawa Sanga serta baris Nawa Sanga dengan Ratu Lingsir. Menariknya tapakan Nawa Sanga itu menjelang pujawali ageng berlangsung anggara kasih prangbakat, setiap tiga tahun sekali dilaksanakan tradisi melancaran ke-110 pura di Bali dalam waktu empat puluh dua hari. Melancaran tersebut dilakukan secara estafet dari satu pura ke pura yang lain di empat kabupaten seperti Kab. Tabanan, Kab. Badung, Kab. Gianyar, dan Kab. Bangli.
Tradisi melancaran tersebut dapat dijadikan sebagai sarana integrasi bagi umat Hindu di era globalisasi sekarang ini. Di samping itu, mengandung nilai spiritual-religius untuk mensejahterakan umat manusia dari gangguan bhuta kala. Sebagaimana disebutkan dalam rontal Bhuwana Bangsul bahwa: “Haneng nagara karma ing bumya Bangsul yania rikala ning thani kasanggraha dening kawinayan ira kala Joti srana, wenang ta sira tumedhun Bhatara Sakti Amurbeng Rat mareng thani-thani inaturaken sopacara sajangkepnia, matangia awalik iang sarwa durjana, mwang gering ika sadaya…..dst” (Pada saat bhumi Bali pada setiap desa-desa terserang wabah penyakit, beliau Bhatara Gede Sakti Amurbeng Rat turun ke dunia untuk menyelamatkan umatnya dari serangan wabah penyakit dengan menghaturkan upacara sesuai dengan tradisi dan adat kebiasaan sehingga mara bahaya dapat dihindari baik berupa penyakit maupun lainnya yang mengganggu ketentraman umat manusia).
Apabila dalam rangkaian piodalan ageng tapakan Ida Bhatara Luhur Pucak Kembar tidak melancaran ke-110 pura di Bali, maka tapakan Ida Bhatara tiga hari menjelang piodalan lunga masucian (mandi) ke Pura Luhur Tanah Lot, Kab. Tabanan, Bali.
Sejarah Tapakan Nawa Sanga Pura Pucak Kembar
Tapakan Nawa Sanga atau tapakan Gunung Sia merupakan perwujudan dari manifestasi Tuhan dalam bentuk Dewata Nawa Sanga yang disimboliskan dengan tokoh pewayangan dimana terdapat dua pihak berbeda (Rahwana dipihak adharma dan Wre/Kera dipihak dharma) dalam konteks cerita Ramayana. Ini jelas merupakan simbol rwa bhineda yang dalam kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan. Rahwana mengisi dua tempat karena sangat relevan dengan konsepsi Sad Winayaka yaitu Cambhu sebagai Siwa atau sebaliknya. Adapun kesembilan tapakan tersebut yakni:
Asal-usul dari pembuatan tapakan Nawa Sanga, baris Nawa Sanga dan tapakan Ratu Lingsir berawal dari krama Subak Gede Poyan/Peneng berkehendak membuat empelan (empangan). Akan tetapi selalu mengalami kegagalan sehingga krama subak mengajak I Gusti Agung Nyoman Gede di Puri Perean pergi ke tempat pembuatan empelan tersebut. Sebelum dimulai pekerjaannya mereka berdoa bersama agar pembuatan empelan tersebut berhasil dengan baik. Ketika berdoa terdengarlah sabda: “Ida Bhatara Pucak Rsi, Ida Bhatara Trate Bang, dan Ida Bhatara Beratan agar dibuatkan pelinggih subak, tapakan Nawa Sanga, baris Nawa Sanga dengan Ratu Lingsirnya bila pembuatan empelan tersebut berhasil dengan baik yang distanakan di Pura Pucak Kembar”.
Akhirnya pekerjaan pembuatan empelan tersebut berhasil sehingga dapat mengairi sawah krama subak. Dengan demikian, akhirnya pada tahun 1883 Masehi dibuatkan pelinggih Subak dan tahun 1885 Masehi dibuatkan tapakan Nawa Sanga, baris Nawa Sanga dengan Ratu Lingsir yang sampai sekarang dilestarikan oleh kramat adat Pacung dengan krama Subak Gede Poyan/Peneng.
Berdasarkan uraian di atas, sangatlah jelas Pura Luhur Pucak Kembar sebagai tempat pemujaan kepada Bhatara Gede Sakti Amurbeng Rat (nama lain Bhatara Wisnu) sebagai pemelihara. Di samping itu, sebagai tempat krama subak memohon keselamatan tanaman karena stana dari Sanghyang Tri Murti Sukla Dewi (Dewi Kemakmuran dan Kesuburan). Dan jika mengacu kepada tapakan Nawa Sanga tentu sebagai tempat pemujaan kepada Dewata Nawa Sanga.
sumber : http://inputbali.com/budaya-bali/tradisi-melancaran-tapakan-nawa-sanga-ida-bhatara-luhur-pucak-kembar-ke-110-pura-di-bali
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.