Manganan adalah salah satu tradisi yang ada di Tuban, Jawa Timur setiap tahunnya. Jika dilihat sekilas, tradisi ini terlihat seperti sarapan bersama di area pemakaman atau kuburan. Namun sebenarnya dalam tradisi ini terdapat unsur kekeluargaan, spiritual, dan kepercayaan masyarakat dalam proses acaranya.
Manganan dilakukan setiap tahun yang dimulai pada Hari Kamis Kliwon di bulan besar yaitu Bulan Haji. Selang satu minggu, di Hari Kamis berikutnya, diadakan acara serupa namun berbeda area pemakamannya. Contohnya Desa Semanding, pada Hari Kamis pertama acaranya berada di pemakaman Bejagung Kidul kemudiaan pada Hari Kamis kedua berada di pemakaman Bejagung Lor dan terus berlanjut pada Hari Kamis berikutnya hingga seluruh area pemakaman dikunjungi.
Masyarakat sangat antusias akan acara ini. Sehari sebelum manganan mereka sibuk mempersiapkan makanan yang akan dibawa dan tempat untuk acara. Pada malam harinya, mereka akan memasang lampu disekitar pemakaman untuk menandakan bahwa acaranya akan berlangsung disana. Pagi hari menjelang manganan, masyakarat datang dengan membawa makanan yang sudah disiapkan. Tikar-tikar digelar pada tempat yang landai dan luas disekitar area pemakaman tersebut. Makanan yang dibawa diletakan di atas alas daun pisang. Macam-macam makanan yang ada namun umumnya seperti makanan hajatan dan kue-kue khas jawa timur seperti rengginang, apem, dan ketan.
Acarannya dimulai dengan pembacaan doa oleh pemuka agama di daerah setempat. Lalu dilanjutkan dengan acara inti yaitu makan bersama makanan yang sudah dibawa oleh masyarakat. Pada saat acara ini kekeluargaan sangat terasa karena akan ada banyak interakasi seperti mengobrol antara warga. Karena semua warga membawa makanan, tentu saja banyak sisa makanan yang ada. Oleh karenanya makanan kembali dibagi-bagikan kepada warga dan disinilah tukar-menukar makanan terjadi. Terkadang acara dilanjutkan dengan keseniaan khas Tuban yaitu Tayub/Sindir pada siang hingga malam hari. Namun itu tidak selalu dilakukan setelah kegiatan manganan ini dilaksanakan, hanya di beberapa makam saja.
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja