Tradisi Jembulan merupakan tradisi kedaerahan yang biasa dilaksanakan di kabupaten Sragen dan sekitarnya sebagai bentuk wujud syukur terhadap hasil panen yang melimpah dari Tuhan oleh sebagian besar masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Tradisi ini dilaksanakan atas dasar mitos untuk mengikuti suatu hal yang memiliki dampak buruk apabila tidak dilaksanakan. Selain itu, tradisi ini juga mengandung nilai-nilai kebudayaan, pendidikan, religi yang tersirat dalam pelaksanaannya.
Adapun perlengkapan-perlengkapan yang dibutuhkan untuk melaksanakan ritual ini, seperti makanan tumpeng gunungan yang disusun bertingkat-tingkat serta gapura. Pada makanan tumpeng gunungan, bagian atas diletakkan buah dan makanan pasar seperti jadah, wajik, pisang, dan roti yang ditusuk dengan lidi yang ditancapkan pada batang pisang. Sedangkan pada bagian bawah, diletakkan makanan seperti nasi dan ayam. Tradisi Jembulan juga perlu dipersiapkan dua buah gapura yang diberi jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Gapura dibentuk dari pohon pisang dan janur yang mengitarinya hingga sedemikian rupa. Setelah pemimpin doa selesai memanjatkan doa gapura ini kemudian dirobohkan oleh masyarakat bersama. Arah jatuhnya gapura dipercaya sebagai penunjuk arah sawah yang subur pada musim tanam selanjutnya. Misalnya, apabila gapura jatuh kea rah Timur, maka sawah bagian Timur dari Goa akan mengalami kesuburan.
Pelaksanaan Jembulan ini biasanya diiringi dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh Mbah Modin (pemimpin agama). Pembacaan doa diawali dengan pembacaan surah Al-Fatihah dan dilanjutkan dengan surah-surah pendek, seperti surah Annas, surah Al Falaq, Al Ikhlas, dan Ayat Kursi masing-masing tiga kali. Pembacaan doa diakhiri dengan permintaan doa para sesepuh kepada Allah SWT tentang keinginan warga desa.
Dulunya, Tradisi Jembulan digunakan dilaksanakan di gua-gua, yang digunakan untuk persembunyian pada zaman penjajahan, bertujuan untuk bertapa, menyembah roh dan jin. Jembulan pada zaman dahulu dianggap sakral, penuh mistik, dan berbau syirik Namun saat ini, tradisi jembulan mengalami evolusi karena adanya pengaruh agama, sehingga jembulan saat ini merupakan bentuk wujud syukur terhadap hasil panen.
Sumber: Khotimah, Siti Khusnul. 2013. Foklor tentang Tradisi Jembulan di Desa Gebang Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen. Diakses pada 5 Agusutus 2018.
#OSKMITB2018
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja