|
|
|
|
Tradisi Enthak Enthik Unik nan Menggelitik Tanggal 07 Aug 2018 oleh OSKM18_16018335_Efri Liana Dewi. |
Tradisi Enthak Enthik
Unik nan Menggelitik
Indonesia merupakan negeri sejuta budaya. Berbicara menenai budaya maupun tradisi-tradisi di negera kepulauan kita ini tentu tidak akan ada habisnya. Setiap daerah memiliki tradisi yang memiliki keunikan tersendiri. Dibalik suatu tradisi yang ada tentu terselip suatu cerita dan makna di dalamnya. Dibalik suatu tradisi yang ada sejak zaman dahulu, tentu sebagai generasi muda kita harus turun tangan demi menjaga tradisi agar tetap lestari. Sebagaimana kita tahu, dewasa ini sudah banyak budaya-budaya daerah yang terkikis keberadaanya bahkan nyaris hilang tertelan masa.
Melirik ke suatu daerah pesisir Pantai Selatan Laut Jawa, ada suatu tradisi unik bernama Enthak Enthik. Enthak Enthik merupakan suatu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat sekitar pesisir Pantai Selatan di daerah Kebumen, Jawa Tengah. Tradisi ini diadakan setiap tanggal 12 Maulud atau 12 Rabi’ul Akhir bertepatan pada hari lahir Nabi Muhammad saw. Benar, Enthak Enthik merupakan suatu tradisi yang dilaksanakan untuk memperingati hari lahir rasulullah saw.
Dalam tradisi ini, masyarakan di Desa Entak, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen akan membuat rumah-rumahan dari bambu di daerah sekitar pantai kemudian berbondong-bondong membawa selamatan berupa tumpeng lengkap beserta lauk-pauknya ke rumah-rumahan itu. Tradisi ini juga dimeriahkan dengan kesenian ebleg atau kuda lumping. Biasanya banyak orang yang akan pergi ke pantai selatan untuk melihat kesenian ebleg sekaligus melihat prosesi bakar umah pada akhir acara. Nah, itulah salah satu keunikan dari tradisi Enthak Enthik, setelah kesenian ebleg selesai kemudian ada seorang ustadz yang akan memimpin doa. Setelah itu, barulah rumah-rumahan akan dibakar.
Tidak berakhir sampai disitu, masih ada kemeriahan lain. Malam harinya bocah-bocah cilik (sebutan bagi anak-anak kecil) akan ramai-ramai berkeliling dari satu rumah ke rumah lain sembari membawa jajanan. Jajanan yang khas dari tradisi ini adalah telur asin. Loh? Kenapa harus telur asin? Kenapa bukan telur ayam kampung biasa? Masyarakat menggunakan telur asin yang berwarna biru sebagai perlambangan birunya lautan, hal tersebut mengandung makna bahwa manusia sudah sepatutnya bersyukur atas limpahan rahmat dari Allah swt yang telah menciptakan lautan.
Biasanya setiap rumah akan memiliki rumah-rumahan kecil entah terbuat dari anyaman daun kelapa maupun dari terpal. Rumah-rumahan itu berfungsi sebagai tempat singgah bocah-bocah cilik ketika sedang berkeliling. Ketika berkeliling bocah-bocah akan meneriakkan nyanyian Enthak Enthik yang berbunyi:
Enthak Enthik ( Enthak Enthik )
Nylameti bocah cilik ( Diadakan selamatan untuk anak kecil )
Dodo menthok aamiin ( Dada menthok aamiin )
Wong ndodok kepengin ( Orang yang jongkok jadi ingin).
Bocah-bocah dengan gembira melantangkan suara-suara mungil mereka. Tertawa bersama teman-teman dan saling bertukar makanan. Malam Enthak Enthik terasa sangat indah dengan menyusuri pelosok-pelosok desa sembari mendatangi rumah-rumahan yang sengaja dibuat. Sungguh, tradisi yang unik dan menggelitik. Namun, sayang seribu sayang. Saat ini tradisi Enthak Enthik sudah jarang ditemukan. Masyarakat memang masih membangun rumah-rumahan dipesisir pantai, mengadakan kesenian ebleg, dan membakar rumah-rumahan bambu di akhir acara, tetapi malam harinya sudah jarang ditemukan anak-anak kecil berkeliling sembari menjinjing sekantong jajanan dan meneriakkan lagu Enthak Enthik. Bahkan, sudah sangat jarang didapati orang-orang yang membuat rumah-rumahan kecil untuk tempat bersinggah bocah-bocah yang berkeliling. Anak-anak lebih memilih berdiam diri di rumah.
Sungguh miris, ditengah perkembangan zaman yang semakin maju harusnya kita juga mampu menjaga tradisi daerah yang mengandung nilai sejarah. Jangan sampai tradisi kita hilang apalagi sampai diakui oleh negara lain. Siapa lagi yang mau menjaga tradisi daerah jika bukan diri kita? Jangan sampai anak cucu kita nanti tidak dapat merasakan indahnya tradisi turun-temurun yang ada. Jangan sampai tradisi yang adadi daerah kita tinggal cerita belaka. Mari bersama-sama kita jaga. Karena budaya yang beraneka adalah ciri khas kita yang harus kita selamatkan dan kita banggakan. Zaman semakin maju, jangan sampai keberadaan tradisi semakin mundur apalagi tergusur.
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |