Tradisi Enthak Enthik
Unik nan Menggelitik
Indonesia merupakan negeri sejuta budaya. Berbicara menenai budaya maupun tradisi-tradisi di negera kepulauan kita ini tentu tidak akan ada habisnya. Setiap daerah memiliki tradisi yang memiliki keunikan tersendiri. Dibalik suatu tradisi yang ada tentu terselip suatu cerita dan makna di dalamnya. Dibalik suatu tradisi yang ada sejak zaman dahulu, tentu sebagai generasi muda kita harus turun tangan demi menjaga tradisi agar tetap lestari. Sebagaimana kita tahu, dewasa ini sudah banyak budaya-budaya daerah yang terkikis keberadaanya bahkan nyaris hilang tertelan masa.
Melirik ke suatu daerah pesisir Pantai Selatan Laut Jawa, ada suatu tradisi unik bernama Enthak Enthik. Enthak Enthik merupakan suatu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat sekitar pesisir Pantai Selatan di daerah Kebumen, Jawa Tengah. Tradisi ini diadakan setiap tanggal 12 Maulud atau 12 Rabi’ul Akhir bertepatan pada hari lahir Nabi Muhammad saw. Benar, Enthak Enthik merupakan suatu tradisi yang dilaksanakan untuk memperingati hari lahir rasulullah saw.
Dalam tradisi ini, masyarakan di Desa Entak, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen akan membuat rumah-rumahan dari bambu di daerah sekitar pantai kemudian berbondong-bondong membawa selamatan berupa tumpeng lengkap beserta lauk-pauknya ke rumah-rumahan itu. Tradisi ini juga dimeriahkan dengan kesenian ebleg atau kuda lumping. Biasanya banyak orang yang akan pergi ke pantai selatan untuk melihat kesenian ebleg sekaligus melihat prosesi bakar umah pada akhir acara. Nah, itulah salah satu keunikan dari tradisi Enthak Enthik, setelah kesenian ebleg selesai kemudian ada seorang ustadz yang akan memimpin doa. Setelah itu, barulah rumah-rumahan akan dibakar.
Tidak berakhir sampai disitu, masih ada kemeriahan lain. Malam harinya bocah-bocah cilik (sebutan bagi anak-anak kecil) akan ramai-ramai berkeliling dari satu rumah ke rumah lain sembari membawa jajanan. Jajanan yang khas dari tradisi ini adalah telur asin. Loh? Kenapa harus telur asin? Kenapa bukan telur ayam kampung biasa? Masyarakat menggunakan telur asin yang berwarna biru sebagai perlambangan birunya lautan, hal tersebut mengandung makna bahwa manusia sudah sepatutnya bersyukur atas limpahan rahmat dari Allah swt yang telah menciptakan lautan.
Biasanya setiap rumah akan memiliki rumah-rumahan kecil entah terbuat dari anyaman daun kelapa maupun dari terpal. Rumah-rumahan itu berfungsi sebagai tempat singgah bocah-bocah cilik ketika sedang berkeliling. Ketika berkeliling bocah-bocah akan meneriakkan nyanyian Enthak Enthik yang berbunyi:
Enthak Enthik ( Enthak Enthik )
Nylameti bocah cilik ( Diadakan selamatan untuk anak kecil )
Dodo menthok aamiin ( Dada menthok aamiin )
Wong ndodok kepengin ( Orang yang jongkok jadi ingin).
Bocah-bocah dengan gembira melantangkan suara-suara mungil mereka. Tertawa bersama teman-teman dan saling bertukar makanan. Malam Enthak Enthik terasa sangat indah dengan menyusuri pelosok-pelosok desa sembari mendatangi rumah-rumahan yang sengaja dibuat. Sungguh, tradisi yang unik dan menggelitik. Namun, sayang seribu sayang. Saat ini tradisi Enthak Enthik sudah jarang ditemukan. Masyarakat memang masih membangun rumah-rumahan dipesisir pantai, mengadakan kesenian ebleg, dan membakar rumah-rumahan bambu di akhir acara, tetapi malam harinya sudah jarang ditemukan anak-anak kecil berkeliling sembari menjinjing sekantong jajanan dan meneriakkan lagu Enthak Enthik. Bahkan, sudah sangat jarang didapati orang-orang yang membuat rumah-rumahan kecil untuk tempat bersinggah bocah-bocah yang berkeliling. Anak-anak lebih memilih berdiam diri di rumah.
Sungguh miris, ditengah perkembangan zaman yang semakin maju harusnya kita juga mampu menjaga tradisi daerah yang mengandung nilai sejarah. Jangan sampai tradisi kita hilang apalagi sampai diakui oleh negara lain. Siapa lagi yang mau menjaga tradisi daerah jika bukan diri kita? Jangan sampai anak cucu kita nanti tidak dapat merasakan indahnya tradisi turun-temurun yang ada. Jangan sampai tradisi yang adadi daerah kita tinggal cerita belaka. Mari bersama-sama kita jaga. Karena budaya yang beraneka adalah ciri khas kita yang harus kita selamatkan dan kita banggakan. Zaman semakin maju, jangan sampai keberadaan tradisi semakin mundur apalagi tergusur.
#OSKMITB2018
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja