×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Tradisi

Provinsi

Nusa Tenggara Barat

Tradisi Cafi Sari, Boru Dan Dore

Tanggal 11 Jul 2018 oleh Arum Tunjung.

Seiring perkembangan agama islam pada periode awal masuknya islam di Bima pada abad ke-17, dan perintah untuk melaksanakan Aqiqah, maka upacara dan tradisi Boru dan Dore mulai dilaksanakan. Sebelum upacara Boru dan Dore, maka terlebih dahulu dilaksanakan Cafi Sari yaitu membersihkan sari atau lantai setelah 7 hari melahirkan dikandung maksud usaha awal dilakukan oleh orang tua agar sang bayi selalu menjaga kebersihan lahir bathin termasuk kebersihan lingkungan. Tidak hanya itu, makna yang terkandung dalam ritual ini adalah pola hidup bersih dan sehat mulai dari makanan, minuman, lingkungan, kebersihan badan dan juga niat yang tulus dalam menjalani kehidupan dunia menuju akhirat. Boru atau mencukur rambut, merupakan sunah Rasul, seperti khitan. Boru dilakukan oleh para ulama dan tokoh adat, dilakukan secara bergilir. Selesai upacara boru, dilanjutkan dengan upacara Dore yaitu meletakan telapan bayi di atas tanah yang disimpan dalam sebuah pingga bura ( Piring Putih). Boru dan Dore dilaksanakan setelah tujuh hari kelahiran bayi.

Rangkaian upacara Cafi Sari, upacara Boru dan Dore selalu diiringgi dengan lantunan Ziki Asrakal, Marhaban dan Barzanzi yang berisi pujian – pujian bagi Allah dan Rasul. “ Selain itu rangkaian upacara adat itu selalu diawali dan diakhiri dengan do’a, memohon kehadapan Allah SWT agar bayi bersama ayah ibu dan keluarga selalu mendapat perlindungan dari Allah, SWT.” Tutur Alan Malingi, salah seorang pemerhati budaya Mbojo. Pada perkembangannya, Cafi Sari, Boru dan Dore terus dilaksanakan secara turun temurun oleh masyarakat Bima. Ada yang melaksanakan secara sederhana dan cukup dihadiri tetangga dan keluarga dekat. Ada juga yang melaksanakan secara besar-besaran.

Persiapan upacara diawali dengan penyiapan nasi kuning, pisang, beras yang ditumbuk dan dicampur gula yang disebut Karodo, dua buah kelapa, untuk Cafi Sari, Gunting, piring putih dan tanah kering, kelapa muda dan airnya untuk upacara Boru. Piring putih dan tanah kering untuk upacara Dore, terop,kursi, makanan dan minuman untuk para undangan.

Cafi Sari biasanya dilakukan oleh Sando Nggana atau dukun beranak pada pagi hari sekitar pukul Sembilan pagi.Buah Kelapa, Nasi Kuning, Karodo,pisang disiapkan di atas lantai lalu sando nggana memukul lantai. “ Pada zaman rumah panggung dulu, biasanya si bayi diletakan di lantai bambu dan bambu dipukul oleh Sando Nggana. Pada sore hari dilanjutkan dengan Boru dan Dore. Boru dan Dore diawali pembacaan zikir Barjanji, Ziki Asrakah, Marhaban dan Barzanzi yang berisi pujian – pujian bagi Allah dan Rasul.” Tutur Hj. Saadiah asal kelurahan Sadia Kota Bima.

Selain itu rangkaian upacara adat itu selalu diawali dan diakhiri dengan do’a, memohon kehadapan Allah SWT agar bayi bersama ayah ibu dan keluarga selalu mendapat perlindungan dari Allah, SWT.Sambil senandung zikir dilantunkan, Bapak si bayi menggendong bayinya disusul oleh seseorang yang membawa kelapa muda yang masih ada airnya dan gunting. Lalu secara bergiliranlah para tetua adat, tokoh masyarakat menggunting beberapa helai rambut bayi dengan membacakan shalawat Nabi sebanyak tiga kali lalu menggunting rambutnya dan sisa rambut tersebut disimpan di dalam air kelapa muda. Demikian seterusnya sampai tujuh orang. Itulah prosesi Boru yaitu mencukur.Selanjutnya secara bergiliran pula para tetua meletakan kaki si bayi ke tanah di atas piring sampai tujuh orang tetua dan tokoh yang hadir. Sampai selesai, dan alunan zikir pun selesai dan dilanjutkan dengan doa.

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...