Seperti berikut:
1. Singkong atau ubi kayu.
2. Daun pisang.
3. Bahan tambahan, seperti kelapa, gula (gula merah, gula pasir, sesuai selera), garam. Jika perlu penyedap rasa. Wajib: bawang merah.
CATATAN:
Pada dasarnya Tombole ini tidak dimasak, digoreng atau dikukus.jadi wajib tahu Bahwa Tombole proses pematangannya menggunakan batu yang telah panas ( dibakar). Artinya tombole ini dibakar dengan batu yang telah dibakar dalam tanah yang digalikan.
Selain mempersiapkan bahan diatas untuk membuat tombole,juga perlu dipersiapkan secara matang untuk tempat membakar tombole ini. Yaitu:
1. Mula-mula membuat galian tanah seukuran -/+ 1 meter atau disesuaikan,
2. Mengumpulkan batu seukuran 5x7, jumlah disesuaikan.
3. Daun pisang.
4. Kayu bakar.
Disamping mempersiapkan hal diatas, juga perlu dibuat tombolenya. Caranya seperti berikut:
1. Siapkan singkong atau ubi kayu.
2. Kupas kulitnya, cuci hingga bersih lalu parut agar halus
3. Selanjutnya, peras airnya atau dibuat menjadi kaopi atau opi (dalam istilah bahasa Binongko). Yaitu agar lebih mudah, bungkus atau masukan singkong yang telah diparut kedalam karung lalu ikat agar tidak terlepas, lalu dijepit dengan balok kayu yang ukurannya sesuai, Lihat gambar:
4. Jika menggunakan singkong, meski tidak terlalu lama dijepit seperti cara diatas tidaklah masalah, boleh hanya dalam waktu 3-4 jam saja atau lebih, asal perhatikan.
5. Jika menggunkan ubi kayu, maka perlu berhati-hati, perhatikanlah dengan teliti. Jika tidak betul-betul kering atau terpisah dengan airnya maka ada kemungkinan bisa keracunan. Alangkah baiknya lakukan penjepitan hingga 7-9 jam atau lebih.
6. Saran saya, menggunakan singkong lebih mudah, aman dan nikmat rasanya.
Setelah hal diatas, bahan lain yang tidak boleh ketinggalan juga adalah daun pisang. Daun pisang ini digunakan sebagai pembungkus tombole. Bagaimana cara mempersiapkan, seperti berikut:
1. Kumpulkan daun pisang yang bagus dan segar atau tidak layu lalu bersihkan. Pisahkan dengan batang daunnya. Jumlah disesuaikan
2. Bagi atau iris daun pisang tersebut dalam dua ukuran, yaitu lebar -/+ 12 cm dan -/+ 3 cm. atau ukuran disesuaikan.
Tahap demi tahap sudah dilalui, masuklah pada inti pembuatan. Singkong yang telah dijepit atau sudah menjadi kaopi atau opi (dalam istilah bahasa Binongko) dirubuhkan dalam wadah. Kemudiaan diayak agar halus. Selanjutnya tambahkan parutan kelapa. Ukuran disesuaikan. Tambakan garam, bawang merah yang dipotong halus, jika suka boleh dengan sedikit merica atau tambahkan bahan lain sesuai selera atau penyedap rasa lainnya. Terpenting juga adalah gula. Boleh gula pasir, gula merah. Saran saya yang lebih nikmat dan enak adalah dengan gula merah. Tambahkan secukupnya. Tapi bila gula merahnya sedikit lebih banyak (menurut saya) makin tambah nikmat. Sesuaikan selera yah. Next, semua bahan dicampur hingga rata. Bila sudah, kita masuk tahap semi final membuat tombole.
Dari daun pisang yang telah dipersiapkan, dibagi atau iris sesuai intruksi diatas. Maka ambillah daun pisang yang telah dibagi bagi tersebut. Mula-mula letakkan bagian daun pisang yang telah dibagi kecil tersebut diatas daun pisang yang telah dibagi dengan ukuran yang agak besar itu. Dengan posisi tidak sejajar. Artinya bagian yang dibagi atau dipotong agak kecil ini ditarik sedikit keluar sehingga ukuran posisinya lebih memanjang sedikit keluar. Tapi jangan salah, di daun pisang itu gunakan bagian dalammya daun pisang, yaitu yang tampak warnanya lebih muda. Yang lebih tua warnanya berarti bagian luar.
Selanjutnya, masukan campuran tombole tadi, istilahnya adonan yah kalau untuk kue.
Letakkan diatas daun pisang yang tadi telah diatur posisinya. Kemudian bagian ujung daun pisang yang tadi agak kecil, yang ujungnya sedikit keluar lipat kedalam. Untuk menopang “tombole” ini agar tidak jatuh. Kemudian gulunglah daun pisang tersebut lalu buatlah sedemikian rupa agar tidak terlepas dalam bungkusannya. Biasanya untuk memudahkan daun pisang ini tidak diisi terlalu penuh, agar setelah membungkus masih ada sisa diujung atas daun pisang yang kemudian dilipat kembali agar tombole tersebut tidak terbongkar saat dibungkus.
Selanjutnya masuk tahap final. Tombole telah siap untuk dibakar dengan batu dalam galian tanah. jika batu yang telah dibakar sudah panas. Nah, bongkar kembali batu-batu yang telah dibakar ini. Kemudian diupayakan sedemikian rupa agar tombole ini dapat matang atau dapat dibakar dengan batu yang telah dibakar tadi. Yaitu mulailah susun tiap-tiap tombole diatas batu-batu yang telah dibakar, lalu ditindis kembali dengan batu yang ditelah dibkar tersebut. Tahap akhir tutup dengan daun pisang dan jangan biarkan tanah atau kotoran apapun masuk kedalam. lalu timbuni dengan tanah atau tutup dengan tanah agar tidak sedikitpun panas dari bara batu yang telah dibakar tersebut keluar kepermukaan tanah. Kemudian tunggu hingga matang, sekitar 30-45menit. Kemudian bongkar kembali dan tombole siap disajikan.
Sumber:
http://vitriapalahidu.blogspot.co.id/2016/06/tombole-makanan-khas-wakatobi-dan-cara.html
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...