Toktok sendiri berasal dari daerah Masalembu. Di daerah ini memiliki keberagaman budaya, adat istiadat, dikarenakan di daerah ini setidaknya di duduki oleh empat etnis, yakni suku madura, bugis, mandar dan jawa.
Toktok merupakan laga adu (kompetisi) antara dua sapi yang saling berhadapan. Sapi tersebut biasanya adalah sapi jantan. Kedua sapi tersebut akan saling seruduk beradu kekuatan sampai salah satu sapi tersebut kalah, menyerah dan lari ketakutan. Laga ajang ini harus didampingi oleh orang yang ahli akan hal itu. Tidak semua orang akan bisa menjadi “wasit” toktok dikarenakan jika bukan sama ahlinya akan berakibat fatal (luka, cidera bahkan sampai kematian.
Awalnya toktok dimasukkan ke dalam agenda 17 agustusan, dan dapat disaksikan oleh rakyat banyak. Aduan ini diselenggarakan di Desa Masalima. Namun kini toktok sudah dihilangkan dari agenda 17 agustusan ini karena ada berbagai kontroversi.
Meski toktok masih menjadi kontroversi dalam pelakasanan tradisi ini terdapat beberapa hal positif. Seperti ketika ada banyak orang yang berkumpul, menonton bahkan sampai saling mengenal satu sama lain. Meraka saling membangun keakraban untuk saling tolong menolong, saling bantu membantu di dalam kebutuhan yang berbeda-beda, bahkan tidak jarang di dalam pertemuan ini tebangun sikap toleran untuk bersosial, saling meringankan beban handai tolan yang memerlukan.
Adapun hal yang menjadi negatifnya yaitu seperti, menurut agama (islam) mengadu binatang hukumnya haram dikarenakan perbuatan ini merupakan penyiksaan dan penyiksaan itu sendiri dilarang, bahkan tidak pula tradisi ini menjadi ajang berjudi, dan perselisihan.
Untuk mengembalikan seperti tujuan awalnya diperukan aturan-aturan yang jelas dan serta adanya pihak keamanan di dalamnya. Permainan ini hanyalah sebuah permainan yang harus disikapi dengan sikap yang tidak main-main. Pada puncaknya kembali lagi ke individu masing-masing untuk menjadi bijak ketika kalah dan menang.
Sumber :
http://www.lontarmadura.com/toktok-aduan-sapi-ala-masalembu/
http://www.lontarmadura.com/pelaksanaan-toktok-terjadi-perselisihan/
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja