Apakah teman – teman pernah mendengar nama permainan ini? Pantak atau yang sering disebut tokok lele merupakan permainan khas masyarakat Sumatera Utara yang sering dimainkan oleh anak – anak khususnya anak laki – laki. Mereka sangat menyenangi permainan ini tampak ketika banyak anak laki – laki yang masih duduk di bangku SD kerap bermain permainan ini di lapangan sekolah. Tidak perlu adanya tempat khusus untuk memainkan tokok lele. Namun, dibutuhkan lapangan terbuka yang luas terbentang dimana para penontonnya berada di belakang pemain sehingga tidak ada cidera ketika pemain sedang memainkan tokok lele.
Apabila teman – teman merupakan orang yang lahir berkisar pada tahun 1990an, teman – teman akan sering mendengar tentang permainan yang bernama tokok lele. Tokok lele dimainkan mulai dari kalangan anak – anak, remaja hingga dewasa juga turut memeriahkan permainan ini sebab permainan ini dimainkan secara turun – temurun. Leluhur mengajarkan permainan khas daerahnya kepada generasi berikutnya sehingga permainan ini akan dimainkan tidak hanya pada zaman dahulu namun sekarang juga terkenal sampai ke penjuru Indonesia.
Pasti teman – teman bertanya-tanya, bagaimana sih memainkan permainan ini? Pertama-tama, permainan ini merupakan permainan yang dimainkan oleh satu orang atau lebih dengan jenis at digunakan biasanya itu adalah kasiapera atau kulit manis. Namun, ada beberapa daerah yang menggunakan batang singkong, kayu bada-bada, kayu buah jeruk dan kayu – kayu keras lainnya. Batang – batang kayu itu diusahakan yang memiliki panjang 40 sampai 50 sentimeter dengan diameter kurang lebih 2-4 sentimeter yang berperan sebagai tongkat utama dan batang kayu lainnya dengan panjang 15 sampai 20 sentimeter dengan diameter kurang lebih 1,5 sampai 3 sentimeter yang berperan sebagau anak tongkat yang akan dipukul. Lalu, untuk “lele” atau umpannya dapat diletakkan di ujung lobang kecil memanjang. Ujung umpan dipukul atau di “tokok” dengan pemukul utama sehingga melesat ke udara setelah sebelumnya membentur ke tanah.
Sebelum permainan dimulai, perlu untuk ditentukan siapa yang bermain terlebih dahulu dengan memukul anak tongkat yang sudah setengah tegak di lubang yang telah disiapkan. Dengan cara mengadakan sut menggunakan jari tangan. Aturan seperti biasa, empu jari dengan telunjuk akan menang empu jari. Empu jari dengan kelingking akan menang kelingking serta telunjuk dengan kelingking akan menang telunjuk. Yang menang akan melakukan pukulan lebih awal.
Pemenang sut akan memukul anak tongkat lebih dulu yang diletakkan dalam lubang dengan ujung yang menjorok ke luar. Ujung yang dipukul tersebut akan mengakibatkan anak tongkat melantun ke atas kemudian dipukul sekuat-kuatnya hingga melayang jauh. Pukulan seperti ini adalah dengan satu pukulan. Dalam memukul anak tongkat sebenarnya ada tiga cara. Ada pula dengan pukulan dua kali pada anak tongkat yang sedang melayang. Yaitu ketika anak tongkat melambung dua kali, baru dipukul sekuat-kuatnya agar telempar jauh. Cara ketiga dengan meletakkan anak tongkat di tengah-tengah lubang, dengan posisi melintang. Tongkat ditonjokkan dengan kuat, hingga anak tongkat melayang jauh.
Untuk menghitung nilai pukulan juga memiliki aturannya tersendiri. Pertama-tama, dengan satu pukulan saat anak tongkat melambung, itu dihitung dengan menggunakan tongkat dari titik terjauh anak tongkat terlempar sampai ke lubang. Aturan kedua dengan pukulan dua kali saat anak tongkat melambung, dihitung dengan menggunakan anak tongkat dari titik terjauh anak tongkat sampai ke lubang. Dan aturan ketiga, dengan posisi anak tongkat melintang dengan cara menghitung jarak terjauh anak tongkat dengan menggunakan tongkat sampai ke lubang dan hasilnya dibagi dua. Itulah poin untuk pemain tokok lele. Dengan waktu yang telah disepakati bersama, orang yang memiliki nilai tertinggi dialah pemenangnya.
Permainan pantak lele yang tidak membutuhkan banyak biaya ini bukan hanya sekedar pengisi waktu luang. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan bermain tokok lele. Bagi anak – anak dapat melatih diri dalam berhitung terutama menambah, mengali dan membagi. Bukan hanya itu saja, kita juga bisa membiasakan diri bertindak sesuai dengan kesepakatan dan mematuhi serta menaati kesepakatan yang telah dibuat. Permainan juga membantu anak untuk mengenal lingkungan sekitar, dengan memilih tongkat untuk bermain, anak – anak akan belajar serta mengatahui bagaimana jenis kayu yang baik dan lainnya. Terutama yang akan digunakan untuk bermain permainan tokok lele ini.
Jika permainan ini kembali diajarkan pada anak-anak, tidak akan kalah menyenangkan jika dibandingkan dengan menatap layar monitor ataupun handphone. Permainan ini juga mengajarkan banyak hal seperti mengasah ketelitian, kecakapan, kekuatan, ketangkasan, dan bisa mengenal lingkungan beserta menambah sosial.
Mari budayakan permainan daerah kita sehingga tidak memudar di kemudian hari. Salam. #oskmitb2018
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja