Tinutuan - Manado
Makanan dengan nama tinutuan atau lebih dikenal dengan bubur manado ini berasal dari Sulawesi Utara, ada yang menyebutnya dari Manado, ada pula yang dari Minahasa. Seperti kebanyakan bubur, tinutuan memiliki bentuk lembek dengan campuran sayuran yang cukup banyak, namun tak menggunakan daging. Makanan yang dikatakan mulai dijual di sudut kota Manado tahun 1970 ini dibuat menggunakan bahan berupa beras, labu kuning (sambiki), bayam, daun gedi, kangkung, singkong, kemangi, dan jagung. Warna khas yang tampak adalah kuning dengan beberapa warna hijau sayur menyembul keluar.
Kebanyakan masyarakat menyajikannya dengan ikan asin, sedangkan untuk orang Manado sendiri lebih sering menambahkan sambal roa, perkedel nike, perkedel jagung, dan tuna asap. Selain itu masih ada banyak pula tambahan yang bisa dimasukkan ke dalam porsi tinutuan tersebut. Bahkan di lain kesempatan, ada pula penambahan mie hingga brenebon alias sup kacang merah khas dari Minahasa. Bagi yang beragama Kristen, ada pula yang menambah kaki babi pada masakan ini, ada pula yang menambahnya dengan tetelan sapi pada sup kacang merah tersebut.
Berdasarkan cerita tempo dulu Tinutuan tercipta karena keadaan ekonomi masyarakat di manado sangat buruk, dan akhirnya menjadikan sayuran - sayuran di sekitar rumah makanan yang dicampurkan dengan sedikit beras, dan terciptalah bubur Manado. Dari benar dan tidaknya penciptaan bubur manado 1 hal yang sangat berarti adalah betapa mudahnya kita membuat makanan yang sederhana tetapi sehat dan bergizi.
Tinutuan juga biasanya di sajikan dengan perkedel nike, sambal roa (rica roa, dabu-dabu roa), ikan cakalang fufu atau tuna asap, perkedel jagung serta tahu. Tinutuan juga bisa disajikan dicampur dengan mie atau dengan sup kacang merah yang disebut brenebon. Tinutuan yang di campur dengan mie disebut Miedal. Tinutuan biasanya di sajikan pada pagi hari atau juga di sajikan pada saat hari raya pengucapan syukur.
Sumber
http://kolomsejarahdunia.blogspot.co.id/2013/12/sejarah-makanan-tinutuan-bubur-manado.html
 
            Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak, Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman)...
 
                     
            Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
 
                     
            Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...
 
                     
            aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
 
                     
            Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang
