"Terebang Sejak" Kampung Dukuh
Terebang sejak adalah salah satu kesenian khas kampung adat dukuh yang terdiri dari vokal (shalawat) dan instrumen (Terbang/Perkusi). Di beberapa daerah disekitar Jawa Barat, terebang sejak dikenal dengan beragam sebutan, seperti Terbang Gede, Terbang Gebes, Terbang Ageung, dll. Seni terebang secara musikalitas dibangun oleh alat ritmis (terebang) dan vokal. Seni terebang memiliki beberapa pengertian yang beragam. Ada pendapat yang mengatakan bahwa istilah kata terebang berasal dari kata "terbang" atau ngapung (dalam bahasa sunda) yang dikonotasikan sebagai perjalanan spiritual menuju Sang Pencipta. Kemudian ada pula yang mengartikan seni terebang itu mengacu pada nama instrumen pokok yang digunakan dalam kesenian tersebut, yakni: terebang.
Kesenian terebang adalah salah satu jenis kesenian yang bernapaskan agama Islam. Pada awalnya, kesenian terebang digunakan sebagai media dakwah ISlam, melalui pupujian (Puji-pujian) yang dilantunkan sepanjang pertunjukan berlangsung. Terebang juga dianggap memiliki kekuatan-kekuatan spiritual dan mistis. Oleh karena itu seringkali dipakai dalam upacara ngaruwat, misalnya ngaruwat anak, ngaruwat rumah, dll. Dalam upacara ruwatan biasa diadakan acara ngahurip dengan menebarkan air suci serta membuat sesajen dan sambung layang, yakni rangkaian hasil bumi yang disusun tiga lingkaran yang biasanya dibuat sepasang.
Berdasarkan beberapa keterangan yang penulis peroleh, perkembangan seni terebang di wilayah Jawa Barat dimulai sejak pertengahan abad ke-15, yakni seirin dengan masuknya pengaruh agama Islam. Terebang menjadi salah satu media penyebaran agama Islam di wilayah Jawa Barat (Priangan) pada saat itu. Hal ini pun senada, bahwa kesenian terebang mulai berkembang seiring dengan masuknya agama Islam ke Jawa Barat dan konon kesenian terebang ini awal mulanya di bawa dari Cirebon, yang pada saat itu digunakan untuk syiar agama Islam oleh Sunan Gunung Jati.
#OSKMITB2018
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang