Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
cerita rakyat Jawa Timur Ponorogo
Terbentuknya Telaga Ngebel
- 4 Agustus 2014

Salah satu orang sakti bernama Ki Ageng Mangir merantau sampai ke Jawa Timur, yaitu Ngarwa. Sekarang dadi Tulungagung. Ki Ageng Mangir punya istri, namanya Roro Kijang yang ikut serta merantau. Suatu pagi, Roro kijang ingin makan sirih, dicarinya pisau untuk membelah pinang, namun dia tidak menemukan pisau sama sekali. Kemudian dia meminta pisau kepada suaminya Ki Ageng Mangir. Kemudian Ki Ageng Mangir memberikan pisau pusaka bernama Seking dan bepesan agar cepat mengembalikan pisau tersebut dan jangan pernah menaruh pisah itu di atas pangkuannya.

Seking pun diterima terus digunakan untuk membelah pinang sambil makan sirih. Kemudian Roro Kijang duduk-duduk dengan enak sambil menikmati sirih dan pinangnya. Sehingga lupa dengan pesan suaminya (Mbah Sawir menghisap rokok racikannya sendiri) dia menaruh pisau itu di pangkuannya. Beberapa saat kemudian dia baru ingat dan segra mengembalikan pisau di pangkuannya tersebut kepada suaminya. Namun dia terkejut karena pisau di pangkuannya ternyata tidak ada. Akhirnya dengan rasa menyesal dia melaporkan kejadian tersebut kepada suaminya dengan menangis. Ki Ageng Mangir menerimanya dengan hati yang sabar “karena yang demikian itu sudah kehendak Tuhan, kamu sudah bertindak salah. Untuk menebus kesalahanmu, kamu harus bertapa di tengah-tengah rawa.” kata Ki Ageng Mangir.

Akhirnya Roro Kijang melaksanakan perintah suaminya, bertapa di tengah rawa. Dan Ki Ageng Mangir kembali bertapa di kaki Gunung Wilis sebelah Barat.

Di kisahkan bahwa Roro Kijang perutnya semakin hari semakin besar seperti orang hamil. Dan semakin jelas bahwa dia sedang hamil. Pada saat dia melahirkan, ternyata yang lahir adalah seekor ular. Ular yang dilahirkannya adalah ular ajaib. Kulitnya berkilau seperti emas, dan kepalanya seperti mahkota. Roro Kijang terkejut dan ketakutan saat mengethui bahwa dilahirkannya adalah seekor ular serta malu. Kemudian Roro Kijang mengambil klinting emas dan memasangkan di leher ular tersebut dan ditutupi tempayang.

Ular tersebut semakin lama semakin besar, dan tempatnya dalam tempayang semakin sempit, dan pecahlah tempayang, sehingga ular tersebut dapat keluar. Ular tersebut akhirnya keluar dan semakin besar, semakin kuat, dan kulitnya semakin bersinar ketika terkena cahaya matahari. Setiap dia berjalan menggerakkan kepalany sehingga klinthing di lehernya berbunyi. Sepanjang perjalanan,dia sama sekali tidak menemukan teman sebangsanya maupun seorangpun manusia. Kemudian muncul pertanyaan “siapakah yang melahirkan aku?, siapakah orangtuaku?, kemanakah aku harus pergi?” ular itu bergerak dan mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, dan melihat ada seorang pertapa di kejauhan. Ular itu pun menuju tempat pertapa itu yang ternyata adalah ibunya.

Mbah Sawir menghisap rokok

Roro Kijang sebenarnya sudah tahu bahwa ular itu adalah anaknya, tapi dia malu untuk mengakuinya. Ular itu dapat berbicara seperti manusia, terus Roro Kijang karo ulo iki mau omong-omongan:

“hei manungso! Kowe ibukku?” takon ulo

 “dudu! Aku bukan ibumu! Manungso ora biso manak ulo” jawab Roro Kijang

“kalau kau bukan ibuku, kau akan ku makan bulat-bulat” kata ular

Merasa ketakutan, Roro Kijang kemudian menjawab “iyo, bener kowe anakku, tandane klinthing mas sing ning gulumu kui aku sing ngalungne.”

Setelah Roro Kijang mengaku ular tersebut anaknya, kemudian ular tersebut diberi nama Baru Klinthing. Baru Klinthing sangat senang dan mengankat ibunya setinggi-tingginya. Roro Kijang kemudian memeberi pesan kepada anaknya jika dia ingin mencari ayahnya agar pergi ke sebelah Gunung Wilis dan menemui seorang pertapa disana dan mintalah petunjuk padanya. Jika kamu menurut dan sanggup melaksanakan perintah orang tuamu, maka keinginanmu akan tercapai.

Baru Klinting pamit, memohon doa restu dan menyembah kaki ibunya, kemudian berjalan menuju Gunung Wilis. Gunung Wilis yang tempatnya jauh membuat Baru Klinthing merasa lelah dan beristirahat sejenak. Tempat istirahatnya tersebut kemuaidan diberi nama Desa Baru Klinthing, termasuk Kabupaten Tulungagung.

Ki Ageng Mangir setelah meninggalkan Ngarwa untuk bertapa di kaki Gunung Wilis berganti nama menjadi Ajar Selokantara. Pada saat duduk bertapa, kemudian datanglah Baru Klinthing. Ajar Selokantara sudah mengetahui kedatangan Baru Klinthing, dan semua rentetan peristiwa mulai hilangnya Seking pusaka miliknya samapai peristiwa masa depan, namun dia tidak mau mendahului kehendak Tuhan. Maka kedatangan Baru Klinthing disambutnya dengan baik, nakokne jeneng lan tujuanne nyapo. Baru Klinthing mengenalkan awake dhewe podo karolek jelasne ning ibune. Nanging Ajar Selokantara ora gelem ngakoni Baru Klinthing anake amargo wujud kewan. Baru Klinthing ngamuk!terus ngadek duwur lambene mangap ombo arep nyaplok Ajar Selokantara, tapi ora sidomego eling omonganne ibune yen kudu manut wong tuwo.Baru Klinting terus takon ning bapake piye carane supoyodiakoni anak.

Aji Selokantara ngongkon Baru Klinting ngubengi Gunung Wilis nganti gathuk dari ujung kepala sampai ujung ekor harus cukup. Baru Klinthing melaksanakan perintah ayahnya, tapi kurang sepenggal agar badannya menyentuh ujung kepala dan ujung ekor. Baru Klinthing takon ning bapake “opo oleh disambung karo ilat?” jalaran oleh, Baru Klinthing njulurne ilate ngge nyambung kurangane sing sak kilan kui. Kemudian Aji Selokantara mencabut pisau dan memotong salah satu cabang lidah Baru Klinthing.

Jika Baru Klinthing ingin menjadi manusia, maka dia tidak boleh memiliki lidah yang bercabang, maka Aji Selokantara memtong lidah Baru Klinthing dan menyuruh menelan dan mengeluarkannya lagi. Baru Klinthing menuruti perintah ayahnya dan menelan lidahnya kemudian mengeluarkannya lewat telinga, namun lidah yang keluar dalam wujud daun, dan akhirnya menjadi daun telinga. Untuk menjadi manusia utuh. Aji Selokantara memerintahkan anaknya agar bertapa selama puluhan tahun di dalam hutan. Baru Klinthing menuruti perintah ayahnya dan masuk ke dalam hutan mencari tempat yang aman untuk bertapa selama puluhan tahun.

jadi, saking suwi topo, awake nganti ditutupi godhong-godong, ranting-ranting lan suket-suket sing tukul, malah awake nganti koyo bantang tanduran. Lokasine topo iku saiki dadi Desa Sirah Nogo, termasuk Kecamatan Mlilir, Kabupaten Madiun.

Barengan karo topone Baru Klinthing, ana desa jenenge Ngebel. Ning deso kono enek acara bersih desa sing dipusatne ning omahe kepala desa. Kangge ngringkes biaya, kepala desa ndawuh ning wargane wong lanang-lanang supaya golek kewan buruan ning alas. Esukke warga sing lanangngoowo arit, parang, lan tombak mlebu jeroning alas. Nganti surup ora ono siji ae kewan sing ketangkep, rombongan mau leren ning jero alas. Salah sijine nancepne arit ningsalah siji wit, soko kui mili getih banter banget. Wong-wong podo kaget lan ngencepne senjata sing di gowo ning wit kui, jalaran wit kui obah lan dikirani belut sing gedhi banget. Ananging kuwi wujude Baru Klinthing sing lagi topo. Para warga seneng banget mergane oleh daging welut sing akeh, terus balik ning desane.

Sampek ning desa, daging mau dimasak lan dipangan kabeh warga ning kono. Perayaan tersebut diselenggarakan hingga satu hari satu malam. Hingga pada suatu siang datanglah seorang anak kecil dengan baju compang-camping dan bada penuh luka. Anak tersebut adalah jelmaan dari Baru Klinthing. Anak itu mendatangai kerumunan anak kecil di perayaan, namun tidak satupun kerumunan anak kecil menerima kedatangannya.kemudian dia menuju ke dapur untuk mencari makanan. Tidak satupun orang dewasa yang membarinya makan, bahkan mereka merasa jijik dan mengusirnya. Namun ada seorang nenek yang merasa kasihan dan memberikan sebungkus nasi dengan lauk pindang daging. Nenek tersebut bernama Nyai Latung

Anak kecil itu makan dengan cepat menghabiskan nasinya, sehingga badannya menjadi sehat, dan bekas lukanya hilang. Kemudian dia berpesan kepada Nyai Latung yang memberikan makan bila terjadi sesuatu maka bawalah centhong nasi ini dan naiklah ke lesung itu. Setelah itu,  anak kecil tersbut mendatangi kelompok anak-anak seusianya dan membawa sebatang lidi. Kemudian dia menancapkan lidi tersebut ke tanah dan mengatakan kepada anak-anak kecl dan semua orang yang ada disana, siapa yang bias mencabut lidi ini akan diberikan sebungkus nasi dengan lauk daging yang banyak. Tapi ucapannya malah diremehkan oleh orang-orang yang ada disana. Satu persatu anak-anak kecil yang ada disana berusaha mencabut, tapi tidak ada yang bisa. Saat itulah, orang-orang tua baru memperhatikan dan ikut mencabut lidi itu, tapi tidak satupun yang bisa. Anak kecil jelmaan Baru Klinthing tersebut kemudian mengatakan bahwa “orang kikir dan orang sombong itu tidak baik, dan tidak diberkahi Tuhan. Maka janganlah berlagak sombong dan menghina sesame mahkluk hidup. Maka perhatikanlah saya akan mencabut lidi ini” anak kecil tersebut mencabut lidi dan keluarlah mataair yang sangat besar, mengalir ke kanan dan ke kiri. Menghanyutkan semua orang dan bangunan. Semakin lama semakin luas genangan mataair tersebut hingga menjadi danau. Nyai Latung yang memberikannya nasi selamat bersama anak kecil tersebut karena naik di atas lesung dan menggunakan centhong sebagai alat dayungnya.

Nyai Latung dan anak kecil itu naik perahu lesung menuju tepi danau. Nyai Latung tersebut kemudian tinggal di tepi telaga tersebut sampai meninggal, dan dimakamkan disana.

Salah satu orang sakti bernama Ki Ageng Mangir merantau sampai ke Jawa Timur, yaitu Ngarwa. Sekarang dadi Tulungagung. Ki Ageng Mangir punya istri, namanya Roro Kijang yang ikut serta merantau. Suatu pagi, Roro kijang ingin makan sirih, dicarinya pisau untuk membelah pinang, namun dia tidak menemukan pisau sama sekali. Kemudian dia meminta pisau kepada suaminya Ki Ageng Mangir. Kemudian Ki Ageng Mangir memberikan pisau pusaka bernama Seking dan bepesan agar cepat mengembalikan pisau tersebut dan jangan pernah menaruh pisah itu di atas pangkuannya.

Seking pun diterima terus digunakan untuk membelah pinang sambil makan sirih. Kemudian Roro Kijang duduk-duduk dengan enak sambil menikmati sirih dan pinangnya. Sehingga lupa dengan pesan suaminya (Mbah Sawir menghisap rokok racikannya sendiri) dia menaruh pisau itu di pangkuannya. Beberapa saat kemudian dia baru ingat dan segra mengembalikan pisau di pangkuannya tersebut kepada suaminya. Namun dia terkejut karena pisau di pangkuannya ternyata tidak ada. Akhirnya dengan rasa menyesal dia melaporkan kejadian tersebut kepada suaminya dengan menangis. Ki Ageng Mangir menerimanya dengan hati yang sabar “karena yang demikian itu sudah kehendak Tuhan, kamu sudah bertindak salah. Untuk menebus kesalahanmu, kamu harus bertapa di tengah-tengah rawa.” kata Ki Ageng Mangir.

Akhirnya Roro Kijang melaksanakan perintah suaminya, bertapa di tengah rawa. Dan Ki Ageng Mangir kembali bertapa di kaki Gunung Wilis sebelah Barat.

Di kisahkan bahwa Roro Kijang perutnya semakin hari semakin besar seperti orang hamil. Dan semakin jelas bahwa dia sedang hamil. Pada saat dia melahirkan, ternyata yang lahir adalah seekor ular. Ular yang dilahirkannya adalah ular ajaib. Kulitnya berkilau seperti emas, dan kepalanya seperti mahkota. Roro Kijang terkejut dan ketakutan saat mengethui bahwa dilahirkannya adalah seekor ular serta malu. Kemudian Roro Kijang mengambil klinting emas dan memasangkan di leher ular tersebut dan ditutupi tempayang.

Ular tersebut semakin lama semakin besar, dan tempatnya dalam tempayang semakin sempit, dan pecahlah tempayang, sehingga ular tersebut dapat keluar. Ular tersebut akhirnya keluar dan semakin besar, semakin kuat, dan kulitnya semakin bersinar ketika terkena cahaya matahari. Setiap dia berjalan menggerakkan kepalany sehingga klinthing di lehernya berbunyi. Sepanjang perjalanan,dia sama sekali tidak menemukan teman sebangsanya maupun seorangpun manusia. Kemudian muncul pertanyaan “siapakah yang melahirkan aku?, siapakah orangtuaku?, kemanakah aku harus pergi?” ular itu bergerak dan mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, dan melihat ada seorang pertapa di kejauhan. Ular itu pun menuju tempat pertapa itu yang ternyata adalah ibunya.

Mbah Sawir menghisap rokok

Roro Kijang sebenarnya sudah tahu bahwa ular itu adalah anaknya, tapi dia malu untuk mengakuinya. Ular itu dapat berbicara seperti manusia, terus Roro Kijang karo ulo iki mau omong-omongan:

“hei manungso! Kowe ibukku?” takon ulo

 “dudu! Aku bukan ibumu! Manungso ora biso manak ulo” jawab Roro Kijang

“kalau kau bukan ibuku, kau akan ku makan bulat-bulat” kata ular

Merasa ketakutan, Roro Kijang kemudian menjawab “iyo, bener kowe anakku, tandane klinthing mas sing ning gulumu kui aku sing ngalungne.”

Setelah Roro Kijang mengaku ular tersebut anaknya, kemudian ular tersebut diberi nama Baru Klinthing. Baru Klinthing sangat senang dan mengankat ibunya setinggi-tingginya. Roro Kijang kemudian memeberi pesan kepada anaknya jika dia ingin mencari ayahnya agar pergi ke sebelah Gunung Wilis dan menemui seorang pertapa disana dan mintalah petunjuk padanya. Jika kamu menurut dan sanggup melaksanakan perintah orang tuamu, maka keinginanmu akan tercapai.

Baru Klinting pamit, memohon doa restu dan menyembah kaki ibunya, kemudian berjalan menuju Gunung Wilis. Gunung Wilis yang tempatnya jauh membuat Baru Klinthing merasa lelah dan beristirahat sejenak. Tempat istirahatnya tersebut kemuaidan diberi nama Desa Baru Klinthing, termasuk Kabupaten Tulungagung.

Ki Ageng Mangir setelah meninggalkan Ngarwa untuk bertapa di kaki Gunung Wilis berganti nama menjadi Ajar Selokantara. Pada saat duduk bertapa, kemudian datanglah Baru Klinthing. Ajar Selokantara sudah mengetahui kedatangan Baru Klinthing, dan semua rentetan peristiwa mulai hilangnya Seking pusaka miliknya samapai peristiwa masa depan, namun dia tidak mau mendahului kehendak Tuhan. Maka kedatangan Baru Klinthing disambutnya dengan baik, nakokne jeneng lan tujuanne nyapo. Baru Klinthing mengenalkan awake dhewe podo karolek jelasne ning ibune. Nanging Ajar Selokantara ora gelem ngakoni Baru Klinthing anake amargo wujud kewan. Baru Klinthing ngamuk!terus ngadek duwur lambene mangap ombo arep nyaplok Ajar Selokantara, tapi ora sidomego eling omonganne ibune yen kudu manut wong tuwo.Baru Klinting terus takon ning bapake piye carane supoyodiakoni anak.

Aji Selokantara ngongkon Baru Klinting ngubengi Gunung Wilis nganti gathuk dari ujung kepala sampai ujung ekor harus cukup. Baru Klinthing melaksanakan perintah ayahnya, tapi kurang sepenggal agar badannya menyentuh ujung kepala dan ujung ekor. Baru Klinthing takon ning bapake “opo oleh disambung karo ilat?” jalaran oleh, Baru Klinthing njulurne ilate ngge nyambung kurangane sing sak kilan kui. Kemudian Aji Selokantara mencabut pisau dan memotong salah satu cabang lidah Baru Klinthing.

Jika Baru Klinthing ingin menjadi manusia, maka dia tidak boleh memiliki lidah yang bercabang, maka Aji Selokantara memtong lidah Baru Klinthing dan menyuruh menelan dan mengeluarkannya lagi. Baru Klinthing menuruti perintah ayahnya dan menelan lidahnya kemudian mengeluarkannya lewat telinga, namun lidah yang keluar dalam wujud daun, dan akhirnya menjadi daun telinga. Untuk menjadi manusia utuh. Aji Selokantara memerintahkan anaknya agar bertapa selama puluhan tahun di dalam hutan. Baru Klinthing menuruti perintah ayahnya dan masuk ke dalam hutan mencari tempat yang aman untuk bertapa selama puluhan tahun.

jadi, saking suwi topo, awake nganti ditutupi godhong-godong, ranting-ranting lan suket-suket sing tukul, malah awake nganti koyo bantang tanduran. Lokasine topo iku saiki dadi Desa Sirah Nogo, termasuk Kecamatan Mlilir, Kabupaten Madiun.

Barengan karo topone Baru Klinthing, ana desa jenenge Ngebel. Ning deso kono enek acara bersih desa sing dipusatne ning omahe kepala desa. Kangge ngringkes biaya, kepala desa ndawuh ning wargane wong lanang-lanang supaya golek kewan buruan ning alas. Esukke warga sing lanangngoowo arit, parang, lan tombak mlebu jeroning alas. Nganti surup ora ono siji ae kewan sing ketangkep, rombongan mau leren ning jero alas. Salah sijine nancepne arit ningsalah siji wit, soko kui mili getih banter banget. Wong-wong podo kaget lan ngencepne senjata sing di gowo ning wit kui, jalaran wit kui obah lan dikirani belut sing gedhi banget. Ananging kuwi wujude Baru Klinthing sing lagi topo. Para warga seneng banget mergane oleh daging welut sing akeh, terus balik ning desane.

Sampek ning desa, daging mau dimasak lan dipangan kabeh warga ning kono. Perayaan tersebut diselenggarakan hingga satu hari satu malam. Hingga pada suatu siang datanglah seorang anak kecil dengan baju compang-camping dan bada penuh luka. Anak tersebut adalah jelmaan dari Baru Klinthing. Anak itu mendatangai kerumunan anak kecil di perayaan, namun tidak satupun kerumunan anak kecil menerima kedatangannya.kemudian dia menuju ke dapur untuk mencari makanan. Tidak satupun orang dewasa yang membarinya makan, bahkan mereka merasa jijik dan mengusirnya. Namun ada seorang nenek yang merasa kasihan dan memberikan sebungkus nasi dengan lauk pindang daging. Nenek tersebut bernama Nyai Latung

Anak kecil itu makan dengan cepat menghabiskan nasinya, sehingga badannya menjadi sehat, dan bekas lukanya hilang. Kemudian dia berpesan kepada Nyai Latung yang memberikan makan bila terjadi sesuatu maka bawalah centhong nasi ini dan naiklah ke lesung itu. Setelah itu,  anak kecil tersbut mendatangi kelompok anak-anak seusianya dan membawa sebatang lidi. Kemudian dia menancapkan lidi tersebut ke tanah dan mengatakan kepada anak-anak kecl dan semua orang yang ada disana, siapa yang bias mencabut lidi ini akan diberikan sebungkus nasi dengan lauk daging yang banyak. Tapi ucapannya malah diremehkan oleh orang-orang yang ada disana. Satu persatu anak-anak kecil yang ada disana berusaha mencabut, tapi tidak ada yang bisa. Saat itulah, orang-orang tua baru memperhatikan dan ikut mencabut lidi itu, tapi tidak satupun yang bisa. Anak kecil jelmaan Baru Klinthing tersebut kemudian mengatakan bahwa “orang kikir dan orang sombong itu tidak baik, dan tidak diberkahi Tuhan. Maka janganlah berlagak sombong dan menghina sesame mahkluk hidup. Maka perhatikanlah saya akan mencabut lidi ini” anak kecil tersebut mencabut lidi dan keluarlah mataair yang sangat besar, mengalir ke kanan dan ke kiri. Menghanyutkan semua orang dan bangunan. Semakin lama semakin luas genangan mataair tersebut hingga menjadi danau. Nyai Latung yang memberikannya nasi selamat bersama anak kecil tersebut karena naik di atas lesung dan menggunakan centhong sebagai alat dayungnya.

Nyai Latung dan anak kecil itu naik perahu lesung menuju tepi danau. Nyai Latung tersebut kemudian tinggal di tepi telaga tersebut sampai meninggal, dan dimakamkan disana.

sumber: data primer (wawancara dengan sesepuh Telaga Ngebel)

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya