|
|
|
|
Tau Tau, Pengawetan Mayat di Sulawesi #DaftarSB19 Tanggal 12 Feb 2019 oleh rendra pratama. |
"Ditemukan" dan dibuka untuk dunia dari isolasi yang panjang sejak awal abad yang lalu, kelompok etnis Toraja yang tinggal di pegunungan utara Sulawesi Selatan, sampai saat ini masih mematuhi kepercayaan, ritual dan tradisi kuno mereka. Uniknya, bagi orang Toraja, kematian selalu menjadi tema utama, di mana selain upacara pemakaman yang terkenal, orang Toraja juga menghormati almarhum dengan mengukir kemiripan orang mati, yang dikenal sebagai Tau-tau.
Dalam budaya Toraja, Tau-tau adalah patung yang mewakili orang yang telah meninggal dunia. Diukir dari kayu atau bambu, patung Tau-tau biasanya ditemukan di dekat tempat mayat almarhum telah diletakkan untuk beristirahat. Diyakini berasal dari abad ke-19, patung-patung ini pernah dibuati hanya untuk bangsawan dan orang kaya yang mencerminkan status dan kemewahan. Sebagai representasi almarhum, Tau-tau juga dianggap sebagai penjaga makam sekaligus pelindung makhluk hidup. Dengan melakukan hal itu, mereka menjaga hubungan antara orang mati dan orang yang hidup.
Kata Tau-tau berasal dari istilah "Tau" yang berarti manusia, dan pengulangan kata dalam bahasa lokal maupun bahasa indonesia sering berarti "sesuatu yang menyerupai". Karena itu, tau-tau bisa diartikan sebagai sesuatu yang menyerupai manusia. Meski diukir berdasarkan bentuk fisik almarhum, Tau-tau mewakili semangat mereka yang diyakini terus eksis di alam baka (sebuah dunia yang dikenal sebagai Poyo dalam Budaya Toraja).
Menurut kepercayaan Toraja (disebut Aluk Todolo), setiap orang yang telah meninggal akan memasuki Poyo, wilayah dimana semua roh berkumpul. Namun, mereka hanya bisa masuk Poyo saat mereka melewati semua upacara pemakaman yang benar sesuai dengan status sosial mereka. Karena itu, Tau-taus harus terbuat dari bahan yang sesuai dengan status sosial almarhum. Jika gagal, akan mengakibatkan semangat terdampar atau hilang berkeliaran di antara dua dunia. Inilah alasan mengapa mengadakan upacara pemakaman yang benar dan sempurna serta pembuatanTau-tau untuk almarhum sangat penting dalam siklus hidup setiap orang Toraja.
Bagi mereka dengan status sosial yang lebih rendah, Tau-tau bisa dibuat dari bambu, sedangkan untuk kelas menengah Tau-taus terbuat dari kayu cendana atau kayu Randu; Sedangkan untuk kelas tertinggi, bahan yang digunakan untuk Tau-tau terbuat dari pohon nangka. Selain itu, tanduk kerbau atau tulang sering digunakan untuk bola mata.
Pembuatan Tau-tau juga harus mengikuti langkah-langkah yang tepat dalam mengukirnya ,mengikuti ritual tertentu, mulai dari penebangan pohon untuk kayunya. Sementara, selama proses ukir, pengrajin juga perlu bekerja di dekat tubuh almarhum. Untuk upacara pemakaman, Tau-tau berpakaian kostum tradisional. Tau-tau laki-laki sering memakai sarung, sedangkan Tau-tau wanita berpakaian blus 'kebaya' tradisional. Tau-taus juga dihiasi hiasan kepala, dompet berisi potongan perak dan emas, pisau sakral, dan pusaka lainnya yang terkait erat dengan royalti dan keilahian.
Saat upacara pemakaman selesai, Tau-tau ditempatkan di balkon di atas tebing atau di bagian luar gua tempat tubuh almarhum ditempatkan. Seperti "tebing gantung" bisa dikunjungi oleh desa Londa. Orang Toraja percaya bahwa roh orang mati memasuki Tau-tau dan terus hidup terus, sehingga menjaga hubungan penting antara orang mati dan yang hidup. Meski saat ini kebanyakan orang Toraja telah masuk agama Kristen, Tau-tau tetap menjadi simbol penting dalam budayanya.
Sumber :
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |