|
|
|
|
Tarian Keprajuritan Legendaris Pituruh Tanggal 05 Aug 2018 oleh OSKM18_16718070_Tri Mayang Yunitha Ayu Pratiwi. |
CING PO LING
Purworejo, sebuah kota seluas 1.834 km² di provinsi jawa tengah, memiliki banyak kebudayaan daerah sebagai kearifan lokal. Salah satunya adalah Cing Po Ling yang berasal dari desa Kesawen, Kecamatan Pituruh. Kesenian Cing Poo Ling menggambarkan prajurit yang sedang latihan perang.
Menurut beberapa sumber, kesenian Cing Po Ling ini diperkirakan mulai dikenal pada abad XVII. Awal mula kesenian Cing Po Ling ini berangkat dari kegiatan pisowanan ke kraton yang dilakukan oleh Ki Demang. Seraya menunggu acara pisowanan dimulai, ki Demang bersama 3 (tiga) prajuritnya yang bernama Krincing, Dipomenggolo dan Keling melakukan gerakan keprajuritan di lapangan Kadipaten. Ternyata kegiatan tersebut diketahui oleh Adipati Karangduwur, dan beliau tidak berkenan kegiatan tersebut dilakukan oleh ki Demang dan Prajuritnya. Kemudian Adipati memperingatkan kepada ki Demang dan prajuritnya agar tidak mengulangi kegiatan serupa.
Walaupun telah ditegur, ki Demang tidak jera. Pada pisowanan yang akan datang dia berkeinginan untuk kembali melakukan kegiatan keprajuritan di Alun - alun kawedanan. Untuk itu dia mengajak musyawarah dua orang kepercayaannya yaitu Jagabaya dan Komprang. Kemudian Komprang membuat kegiatan tersebut menjadi sebuah tarian dengan diiringi tetabuhan / musik.
Pada waktu pisowanan, gerak bela diri yang disamarkan dalam bentuk tarian dan musik tidak menimbulkan kecurigaan dan kemarahan Adipati Karangdwur. Mereka dianggap sebagai sebuah kelompok kesenian biasa. Semenjak itulah setiap pisowanan ke Kadipaten Karangduwur, Demang Kesawen selalu membawa “Kelompok Kesenian”-nya. Setiap kelompok kesenian ini tampil di acara pisowanan, banyak petinggi Kadipaten yang ikut menontonnya. Adipati Karangdwur meminta kepada Demang Kesawen untuk melestarikan kesenian tersebut.
Jagabaya menamai kesenian ini Cingpoling. Diambil dari nama 3 (tiga) orang pengawal Demang, yaitu :
Dari nama Krincing diambil suku kata terakhir “CING”
Dari nama Dipomenggolo diambil suku kata terakhir “PO”
Dari nama Keling diambil suku kata terakhir “LING”
Sepulang dari Kadipaten, Demang Kesawen mengadakan syukuran yang meriah untuk merayakan diterimanya Kesenian Cingpoling oleh Adipati.
Penyelenggaraan Cing Po Ling ini di ruang terbuka, misalnya lapangan, halaman depan rumah. Walaupun pada awalnya hanya di lingkungan kadipaten tempat pisowanan berlangsung. Penonton dan penari dalam jarak yang dekat. Diurasi waktu pementasan sekitar 1 – 2 jam. Namun karena pertimbangan dan perkembangan, bisa dipadatkan menjadi ½ jam.
Pada masa lalu, kesenian ini dipergunakan sebagai pengantar Demang Kesawen dalam melakukan pisowanan. Namun karena terjadi pergantian struktur pemerintahan yang dilakukan oleh penjajah Belanda dan Jepang membuat kegiatan pisowanan tidak lagi dilaksanakan. Kesenian ini kemudian menjadi sajian pada kegiatan-kegiatan seperti menyambut tamu, pernikahan, khitanan dan lain-lain, hingga saat ini.
Cingpoling sebagai sebuah kesenian asli dari Kabupaten Purworejo yang semakin lama semakin sedikit peminatnya, memberikan kepada kita sebuah pesan bahwa kesenian akan lestari jika kita mau dan mampu untuk menjaganya. Kesenian asli Indonesia sebagai warisan bangsa ini wajib kita lestarikan supaya tidak tertelan peradaban.
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |