Tari Yele Fulang
Tari Yele Fulang, adalah tari yang diangkat dari mitologi suku "TOMINI LAUJE" Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah. Berkisah tentang seorang putri dari pasangan Saemandulang dan permaisuri Yele Lumut yang merupakan raja pertama Tinombo bernama Yele Fulang. Yele Fulang terkenal cantik, pemberani, serta dicintai oleh rakyatnya. Sejak remaja, dia berpisah dengan kedua orangtuanya dan mendirikan kerajaan kecil di sekitar Sungai Palasa.
Yele Fulang memiliki pohon kesayangan yakni pohon kayu manis. Pohon yang tumbuh di dekat sungai ini menjadi tempat pelipur laranya. Karena terlalu cinta dengan pohon tersebut Yele Fulang berpesan bila ia meninggal dunia ia ingin agar jasadnya digantung dipohon tersebut.
Akhirnya kematian Yele Fulang meninggalkan duka yang dalam bagi rakyat, sesuai pesannya, jasad Yele Fulang digantung dipohon kayu manis tersebut. Namun, berkat kekuasaan sang dewa jasad Yele Fulang berubah menjadi batu. Dahulu, batu tersebut di jadikan media pemujaan meminta berkah,kecantikan, dan tolak bala, mereka yg memuja dibatu itu kerap kali kerasukan bahkan tidak sadarkan diri. Kini batu berbentuk jasad Yele Fulang ini menjadi sebagai objek wisata di Kabupaten Parigi Moutong.
Kisah mitologi tersebut kemudian menginspirasi lahirnya sebuah tari kreasi yang bernama tari yele fulang. Tari ini menggabungkan gerakan dasar beberapa tari tradisional Sulawesi Tengah, seperti tari sarun, tari rego, tari moende, tari meaju, dan tari kontao yang gerakannya mengandung gerakan dalam pencak silat. Selain itu, tari yele fulang juga tidak lepas dari pengaruh tari balia dan tari kancara.
Tari yele fulang merupakan tari muda-mudi yang menggambarkan keceriaan seorang gadis. Gerak tari yele fulang cenderung dinamis dan didominasi oleh gerakan melompat. Karenanya, selain dibutuhkan keluwesan dibutuhkan juga kekuatan ekstra. Dari segi kostum, tari yele fulang mengenakan pakaian adat tomini yang telah dimodifikasi dan dipadukan dengan warna-warna khas yang melambangkan Kerajaan Moutong, seperti warna kuning dan merah.
Musik yang mengiringi tari ini berasal dari musik tradisional yang sudah dipadukan dengan beberapa alat musik modern, seperti gitar dan bas. Tari yele fulang merupakan tari kreasi yang bersumber dari budaya asli masyarakat Sulawesi Tengah. Tari ini merepresentasikan gadis remaja Desa Tinombo yang ceria, pemberani, tapi tetap anggun
Sumber :
http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/yele-fulang-tari-kreasi-yang-lahir-dari-mitologi
diakses pada 25 Desember 2015
https://www.youtube.com/watch?v=w0t7dAoHePo diakses pada 02 Januari 2016
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.