Rujak nangka rujake para sarjana, aja ngaya dimen lestari widhadha
(Rujak nangka rujaknya para sarjana, jangan berebihan jika ingin hidup lestari dan selamat)
Kutipan berikut adalah salah satu parikan1 yang mengiringi tari Sekar Pudyastuti, sebuah tarian yang ditampilkan dalam pembukaan Lawatan Sejarah Nasional. Tarian tersebut merupakan salah satu tari klasik asal Yogyakarta. Seperti pada kutipan diatas, tarian ini sarat akan rasa syukur terhadap Tuhan. Gerak lemah lembut, tenang dan anggun adalah salah satu bentuk pujian untuk Sang Pencipta.
Penamaan “Sekar Pudyastuti” tentu memiliki arti tersendiri. Secara etimologi, sekar artinya bunga dan Pudyastuti dapat diartikan memuja dan memuji. Dalam budaya Jawa konteks sekar juga dapat digambarkan untuk seorang gadis yang beranjak dewasa. Oleh karena itu tari ini dibawakan oleh sekelompok perempuan yang masih gadis. Selain itu, tari Sekar Pudyastuti biasanya ditampilkan untuk penyambutan tamu karena didukung oleh iringan gending Ladrang Mugi Rahayu.
Ladrang Mugi Rahayu yang biasanya mengandung puji-pujian sering dialunkan saat menyambut tamu penting di suatu acara. Jika dilihat dari asal katanya, Mugi artinya muga atau semoga dan Rahayu artinya slamet, begja, luput ing kacilakan utawi kasangsaran. Sehingga Mugi Rahayu dapat diartikan sebagai pengharapan agar senantiasa selamat sentausa.
Selain Ladrang Mugi Rahayu, Ladrang Sri Katon juga mewarnai gerak luwes dalam tari Sekar Pudyastuti. Gending Ladrang Sri Katon mengandung makna kebahagiaan dan kehidupan cemerlang manusia.
Dua gending pengiring tari Sekar Pudyastuti tersebut sangat mendukung penggambaran makna dan ajarannya. Dalam tari ini kita diajak untuk senantiasa bersyukur dan memuji atau bisa juga dikatakan berdoa. Hal tersebut harus dilakukan manusia agar senantiasa selamat dan bahagia.
1 Parikan adalah salah satu jenis puisi Jawa yang terdiri dari sampiran dan isi. Parikan bisa juga disebut sebagai pantun Jawa.
Sumber: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/memuji-dan-bersyukur-melalui-tari-sekar-pudyastuti/
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kasultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda berwarna hitam. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam berupa golok dan pisau. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis namun ada juga yang memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce. QUIVER ( TEMPAT ANAK PANAH ): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock ana...
Pasukan pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belakang.
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang