Tarian
Tarian
Tarian Lampung Sekala Brak, Kecamatan Belalau, Lampung Barat dan Tanggamus
Tari Piring Dua Belas
- 11 Juni 2014

SEJARAH

Tari Piring Duabelas merupakan tari tradisional yang berkaitan dengan gawi adat masyarakat Lampung yang beradat Saibatin. Tari ini berasal dari Sekala Bekhak, kecamatan Belalau, Lampung Barat. Awalnya orang orang dari Sekala Bekhak ini hijrah ke wilayah Kota Agung (Teluk Semaka) untuk mencari tempat baru dan membentuk sebuah kerajaan yaitu Kerajaan Beniting. Disebut Kerajaan Beniting karena dulu di Sumatera terdapat banyak harimau, sedangkan raja di Kerajaan Beniting ini bisa berubah menjadi harimau.

Agar rakyat tidak keliru maka sang raja memiliki sebuah tanda yang ada di bagian pinggangnya yang biasa disebut babiti, maka raja tersebut disebut raja beniting.Setelah mendapat pengaruh para pedagang, Kerajaan Beniting berubah menjadi Kerajaan Semaka.Tari Piring 12 muncul saat Kerajaan Semaka dan dikembangkan menjadi empat macam tarian.
a.Tari Piring Biasa (Asli), dibawakan oleh bujang gadis (mulei mekhanai)
b.Tari Piring Buha (Buaya), dibawakan oleh mekhanai
c.Tari Piring Maju Ngekkes (Pengantin), dibawakan oleh mulei
d.Tari Piring Duabelas yang ditarikan oleh mulei/mekhanai

Kemudian Kerajaan Semaka bergeser lagi ke daerah pinggir pantai yang bernama Teluk Benawang.Agar lebih mudah untuk membayar upeti dalam proses perdagangan. Lalu kerajaan tersebut diberi nama Kerajaan Benawang. Benawang sendiri memiliki arti uang yang banyak dan bertebaran.Di Kerajaan Benawang inilah terciptanya 12 bandar.

Tari piring adalah tarian sang ratu yang ditarikan dikala menyambut para ulu balak dari medan laga atau medan perang. Sang ratu memberikan suguhan kepada ulu balak berupa tarian sebagai ungakapan rasa gembira. Sang ratu berasal dari Kerajaan Paksi Marga Benawa.

Tari piring diperkirakan mulai ditarikan sebelum agama islam masuk ke Indonesia. Adapun disebut piring 12 sebab, paksi marga benawang mempunyai 12 bandar, dari setiap bandar mempunyai ulubalang - ulubalang dan setiap ulubalang pasti mempunyai pasukan perang.
Adapun nama-nama 12 bandar tersebut adalah :
1). Bandar Rajabasa (gunung subuwujo)
2). Bandar Sani (gunung subuwujo),
3). Bandar Narip (sekarang daerah nuropangko),
4). Bandar Talagening dibagi lagi menjadi 4 bandar lop Bandar Talagening, Bandar Maja, Bandar Muara, Bandar Kelunggu (Kota Agung),
5). Bandar Baturuga (Terahutimur),
6). Bandar Limau (kecamatan limau),
7). Bandar Putih,
8). Bandar Tulapayah.
Jadi mempunyai 4 bandar dalam dan 8 bandar luar.

Tari Piring Duabelas mempunyai dua warna berbeda yang membedakan antara pangeran dan masyarakat. Warna kuning biasanya digunakan di sebelah kanan,warna ini milik pangeran/ratu. Sedangkan warna putih biasannya dikenakan di sebelah kiri, warna ini milik masyarakat Saibatin/pemilik adat. Dua piring yang dibawa oleh sang ratu atau penari juga memiliki makna, yaitu melambangkan bahwa dalam segala sesuatu itu ada dua. Ada kalah ada menang, ada sedih ada senang.

Karena sekarang sudah tidak ada peperangan maka tari piring ditarikan saat acara panayuhan atau resepsi Sang Bujang & Sang Gadis. Tarian ini telah menjadi tradisi di kabupaten Tanggamus atau bisa dibilang tari pergaulan Masyarakat pesisir yang beradat saibatin.

TEMA
Tema tarian ini yaitu menggambarkan tata cara dan kewajiban serta hak yang harus dipenuhi masyarakat Lampung Pesisir, yaitu Sebambangan/Kawin Jujukh (yaitu bujang melarikan gadis untuk di persunting). Tarian ini menggambarkan betapa terampil dan cerianya putri-putri Lampung membawa, menyusun, dan membenahi piring.

PENARI
Jumlah penari Tari Piring Duabelas tidak terbatas, tetapi harus ganjil minimal 1 atau 3 orang. Dahulu, tarian ini dibawakan oleh 1 orang saja.

KOSTUM / BUSANA
a.Kostum/busana untuk tokoh Tari Piring Duabelas : sigegh, sual cakhang, sasumping, kain penutup rambut, kain selappai Jung Sakhat, kebaya panjang warna gelap, gelang burung, pinding, gelang kana, gelang hui, babatukh, penjaja, selendang kuning, selendang putih, dan tapis.
b.Kostum/busana untuk pengiring Tari Piring Duabelas : sigegh, bunga melati, subang, babatukh, gelang burung, penjaja, pinding, gelang hui, selendang kuning, selendang putih, dan tapis.

GERAK DAN MAKNANYA
Beberapa ragam gerak pada Tari Piring Duabelas yaitu lapah, ngetir, mejong sembah, ngetir hadapan, ketekh kanan-kikhi, sabatang, balik palau, mappam bias, laga puyuh, salimpat, sakhak hibos.

Keterkaitan antara gerak dan makna adalah sebagai berikut.

  • Mejong sembah :  menyatakan baru tiba/datang
  • Ketekh kanan-kikhi :  menyatakan kami akan menari
  • Balik palau   :  menyatakan keindahan dan kerukunan masyarakat Lampung
  • Laga puyuh   :  Ibarat burung ouyuh bertengkar maka diharapkan burung tersebut berhenti sendiri tanpa merusak sesuatu, atau juga menyatakan bahwa di daerah Lampung hidup semboyan Sang Bumi Ruwai Jurai
  • Salimpat  :   artinya masyarakat Saibatin dan Pepadun harus bersatu
  • Sakhak hibos  :  artinya menyatukan kekeluargaan Lampung Saibatin dan Pepadun untuk hidup mufakat
  • Mejong sembah  :  menyatakan buguwai (menari) sudah dilaksanakan.

Sumber lain menyebutkan beberapa penamaan dan / atau gerakan yang berbeda. Belum diketahui apakah sekedar berbeda penyebutan atau berbeda gerakannya.

  • Sembah :  Setiap sang Putri ada apa saja harus menyembah , sembah tersebut sebagai tanda penghormatan.
  • Ngahilok (melenggang ) : Sebab ratu dan raja itu tidak pernah mau melihat apdi keraton dan nubala berjalan jongkok atau menunduk jadi harus berjalan tegap.
  • Ngakkiap ( memanggil )
  • Sebatang (masuk dan keluar)
  • Nokkoh :  Dalam keterampiolan dan kewaspadaaan tanpa bagaimanapun  kita kalau tidak waspada dan terampil kita akan menemui kehancuran.

MUSIK PENGIRING

Alat Musik : Rebana, Talo Balak, Kecrek, Gong

Tari Piring Duabelas diiringi oleh musik Penayuhan. Contoh lagu pengiringnya yaitu sbb.
Takhian sai tiusung : Tarian yang dibawakan
Takhi pikhing khua belas : Tari piring duabelas
Seni budaya lappung : Seni budaya lampung
Dang sappai haga tekas : Jangan sampai ditinggalkan

TEMPAT DAN WAKTU
Tempat pementasan tarian ini dilakukan di balai adat, dapat juga di panggung, lapangan terbuka, ataupun gedung-gedung apabila sudah mendapat izin berdasarkan musyawarah adat. Waktu pementasan disesuaikan dengan gawi adat dilaksanakan. Jika gawi adat dilaksanakan malam hari, maka pelaksanaan pementasan Tari Piring Duabelas setelah sholat isya. Jika gawi adat dilaksanakan siang hari, maka pementasannya dapat dilakukan menurut waktu yang ditentukan oleh panitia. Durasi tarian ini kurang lebih lima belas menit.

FUNGSI
Tarian ini berfungsi sebagai tari hiburan, dipertunjukkan pada acara-acara pesta adat, seperti : pesta perkawinan, pesta penetapan gelar, pesta penyambutan tamu agung, dan pesta hari-hari besar nasional.

Sumber : 

  • http://melestarikanbudayalampung.blogspot.com/
  • http://dewymut.blogspot.com/2010/05/tari-piring-duabelas.html
  • http://amymahe.blogspot.com/2012/10/tari-piring-12_24.html#axzz34EimVcXG

Video :

  • http://www.youtube.com/watch?v=81mJyPhQpeY (Referensi)
  • http://www.youtube.com/watch?v=dZkvF4M5Jfk (Kreasi)

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline