×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Tarian Tradisional

Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam

Asal Daerah

Aceh Selatan

Tari Pho

Tanggal 22 Jan 2015 oleh Kusdear Rahmanda.

Tari Pho adalah tari yang berasal dari Aceh. Perkataan Pho berasal dari kata peubae, peubae artinya meratoh atau meratap. Pho adalah panggilan atau sebutan penghormatan dari rakyat hamba kepada Yang Mahakuasa yaitu Po Teu Allah. Bila raja yang sudah almarhum disebut Po Teumeureuhom.

Tarian ini dibawakan oleh para wanita, dahulu biasanya dilakukan pada kematian orang besar dan raja-raja, yang didasarkan atas permohonan kepada Yang Mahakuasa, mengeluarkan isi hati yang sedih karena ditimpa kemalangan atau meratap melahirkan kesedihan-kesedihan yang diiringi ratap tangis. Sejak berkembangnya agama Islam, tarian ini tidak lagi ditonjolkan pada waktu kematian, dan telah menjadi kesenian rakyat yang sering ditampilkan pada upacara-upacara adat .

 

Adapun sejarah dari lahirnya Tarian ini adalah :

Suatu Ketika di Blang Pidie, Aceh Selatan. 


Si Malelang punya adik sepupu yang ibu dan ayahnya telah meninggal. Gadis itu dijodohkan dengan si Malelang. Untuk persiapan perayaan perkawinan buah hatinya, sejaka si Malelang kecil, sang ibu sudah menanam pinang, sirih, dan inai.

Namun, saat tumbuh dewasa, adik sepupu si Malelang berwajah cantik sehingga ada seorang pemuda di sana yang amat sangat suka padanya. 

Ketika hari perkawinan yang direncanakan mendekat, ibu si Malelang ingin mengundang tetangga, kerabat, pembesar kampung dan warganya. Sebagai mana adat di bagian Barat dan Selatan Aceh, mengundang orang untuk menghadiri kenduri harus dengan sirih yang tersusun rapi berserta kapur dan pinang di dalam puan.

Ibu minta si Malelang panjang pinang, setiap dipetik dijatuhkannya. Si adik sepupu datang mencari calon suaminya. Begitu ia tahu Malelang di kebun pinang, maka ia mencari ke kebun yang dimaksud. Namun, dalam perjalanan, di tebing terjal, gadais itu terjatuh dan terkena duri di pangkal pahanya sampai berdarah.

Saat itu, anak muda yang amat sangat suka pada dia, melihat kejadian itu, lalu si pemuda berlarian ke kampung dan menyampaikan fitnah kepada hulu balang kampung dan rakyat, bahwa si Malelang telah memperkosa si gadis, dengan bukti ada darah di pahanya. 

Walhasil, si Malelang dan tunangannya dijatuhi hukum pancung oleh hulu balang. Saat hendak dihukum, datanglah ibu si Malelang, ia meratap sehingga mirip sebuah nyanyian yang bersajak. Si ibu minta kepada hulu balang supaya mengizinkan keduanya menikah dan mengadakan pesta tujuh hari tujuh malam sebagaimana direncanakan lagi pula ia sudah mengundang orang-orang. Hulu balang memenuhi permintaan tersebut.

Si Malelang minta ibunya membuat sambal daun encek gondok yang dalam bahasa di sana disebut bungong crot atau bungong yoh.

Beginilah ratapan ibu si Malelang yang malang:



"O bineuk sinyak dong di rot

kapot bungong crot pasoe lam ija
 
juloh juloh ie mon blang pidie
tujoh pucok jok keu taloe tima
 
O bineuk lon balek laen
puteh licen seuot beurata
 
Halo halo hai di kutidi
hai kumbang dodi oi kumbang dodi"



Ibu si Malelang ini meratap seraya menari-nari, para ibu lain yang melihatnya pun ikut hanyut dalam maha duka temannya, mereka ikut meratap dengan syair tersebut dan ikut menari bersama ibu si Malelang. Lama kelamaan gerakan mereka teratur mirip sebuah tarian.

Setelah si Malelang dan sepupunya menikah dan mengadakan pesta 7 hari tujuh malam, mereka dihukum. Setelahnya, ratapan dan gerakan ibu si Malelang bersama para ibu-ibu yang lain diulangi ketika mereka ingat kemalangan yang menimpa si Malelang dan kekasihnya. Lambat laun, syair dan gerakan itu menjadi tarian.

Penulis: Thayeb Loh Angen, PuKAT (Pusat Kebudayaan Aceh dan Turki)
Sumber: Zufli Hermi, Sanggar Lempia (Lembah Gunung Piatu)

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...