|
|
|
|
Tari Pa'raga / Paraga Tanggal 26 Dec 2015 oleh Fahri Ardiansyah. |
Ada satu permainan tradisional orang Bugis-Makassar yang biasanya dimainkan oleh kaum muda untuk menunjukkan kepiawaiannya dalam memainkan bola yang terbuat dari rotan. Permainan ini dilakukan untuk menarik perhatian para gadis-gadis yang hadir pada acara sunatan, panen atau pernikahan. Orang yang memainkan tarian ini disebut pa'raga, sedangkan cara memainkannya disebut ma'raga, didalam masyarakat Sulawesi Selatan tarian ini lebih dikenal dengan Tari Pa'raga.
Ma’raga atau gerakan melakukan raga dengan menggunakan bola rotan ini, pada dasarnya terdiri dari gerakan-gerakan seni bela diri. Berdasarkan cerita turun-temurun, permainan raga ini muncul dari sebuah kampung yang dahulu disebut Ujung Bulo, sebuah kampung di wilayah Maros. Kala itu, pa'raga hanya boleh dimainkan oleh para bangsawan dan keluarga kerajaan, sehingga olahraga inipun hanya digelar di lingkungan kerajaan untuk menyambut tamu dari kerajaan lain. Permainan ini berkembang dikalangan masyarakat biasa ketika seorang Karaeng dari Gowa memakai tarian ini sebagai media penyebaran agama Islam. Ia memperkenalkan alat-alat musik tradisional seperti gendang dan gong sehingga membuat ma’raga tidak hanya dilakukan dengan gerakan-gerakan biasa, namun diiringi dengan alat-alat musik tradisional.
Paraga Merupakan pertunjukan permainan bola raga yang dipindahkan dari kaki ke kaki atau ke tangan, pertunjukan ini dimainkan dengan suka cita. Dalam berbagai seremonial atau pesta rakyat, tari Pa’raga ini digelar dengan pa’raga dari para pemuda yang terampil dan terlatih baik. Mereka mengenakan pakaian adat yang terdiri dari passapu (penutup kepala khas Makassar berbetuk segi tiga), baju tutup (jas tradisional), dan lipa' sabbe (sarung khas Bugis-Makassar yang terbuat dari kain sutera). Pa'raga dimainkan tidak untuk dipertandingkan, melainkan sebagai atraksi unjuk kebolehan dan juga dimainkan secara beregu dengan jumlah anggota minimal 6 (enam) orang.
Bola pa'raga atau kadang hanya disebut bola raga, berbeda dengan bola biasa, sebab satu bola paraga yang utuh memiliki tiga lapis anyaman rotan. Satu lapis anyaman membutuhkan waktu pembuatan sekitar 45 menit. Jadi, dibutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk menganyam satu bola pa'raga. Kebanyakan pemain paraga bisa membuat sendiri bola paraga. Jadi, jika ada bagian bola yang rusak, mereka bisa memperbaikinya.
Usai dibuat, bola paraga pun memerlukan perlakuan khusus sebelum dimainkan. Konon, bola paraga diberi mantra khusus oleh guru atau pemain senior paraga, agar keselamatan dan kekompakan para pemain tetap terjaga saat memainkan paraga. Sebelum aksi ma'raga, terlebih dahulu diadakan acara ritual yakni bola rotan yang akan digunakan diangkat keatas gentong yang telah terisi penuh dengan air, hingga bayangan bola tersebut tampak diatas air. Konon, bayangan bola inilah yang dipakai untuk ma'raga, bukan bola sebenarnya. Oleh sebab itu, di hampur seluruh permainan, bola rotan pa'raga tidak pernah jatuh meski diselingi assisoppo'-soppo' dimana para pemain bersusun-susun diatas pundak pa'raga lainnya sambil memainkan bola dengan cara yang atraktif.
Dalam tari pa'raga, bola rotan dipantul-pantulkan tidak hanya menggunakan kaki, tapi juga kepala dan tangan. Keberadaan passapu, topi segitiga yang diberi lapisan kanji sehingga posisinya tegak, sangat membantu para pa'raga saat melakukan olah bola dengan kepala. Para pa'raga juga kerap memanfaatkan sarung yang menjadi bagian dari kostum mereka untuk mengolah bola raga. Posisi pemain dalam mengolah bola raga pun beragam. Mulai dari berdiri, duduk, jongkok, hingga berbaring. Tari Pa'raga pun dimainkan dalam berbagai formasi. Salah satunya, formasi menara yang terbentuk dari tumpukan para pemain yang berdiri di atas bahu pemain lainnya hingga berbentuk seperti menara. Kentalnya corak Islami masih melekat pada atraksi ma’raga, setiap kali melakukan atraksi ma’raga, para pemainnya kerap melafalkan ”Lailahaillalah” dengan nada yang teratur. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga konsentrasi permainan yang tingkat kesulitannya sangat tinggi.
Hingga kini, tari tradisional ini masih tetap dilestarikan dan dimainkan pada acara penjemputan tamu istimewa, peresmian, festival, perkawinan dan acara-acara adat lainnya
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |