Tarian
Tarian
TARI Sulawesi Tenggara Kendari
Tari Lulo #SBM
- 13 November 2018

Tari lulo merupakan salah satu tarian tradisional masyarakat Kendari hingga saat ini masih eksis meskipun telah mengalami pergeseran fungsi sebagai respon terhadap perubahan kebudayaan. Pada awalnya, tari lulo merupakan ritual untuk memuja Dewi Padi terutama pada seusai panen. Kata lulo sendiri berarti menginjak-injak onggokan padi untuk melepaskan bulir dari tangkainya. Dengan demikian, tari lulo merupakan ekspresi kebudayaan yang berdasarkan pada pertanian. Namun seiring perkembangan zaman, tari lulo tidak lagi dimainkan sebagai ritual pesta panen, tetapi menjadi hiburan masyarakat Kendari dalam berbagai even sosial seperti perkawinan, ulang tahun, penyambutan tahun baru dan bahkan pada saat MTQ Nasional kemarin tari lulo juga ditampilkan.

Sejarah munculnya tari lulo, tidak terlepas dari dari sistem mata pencaharian dan sistem kepercayaan lokal masyarakat Tolaki kuno. Suku Tolaki kuno dikenal sebagai suku yang menempati wilayah dataran dan pegunungan. Mata pencaharian utama mereka adalah bertani. Tari lulo pada mulanya berkembang dari kebiasan masyarakat Tolaki yang menginjak-injakkan kaki kiri untuk membuka bulir-bulir padi pada saat panen. Tradisi menginjak padi ini dikenal dalam bahasa Tolaki dengan Molulowi opae. Molulowi berarti menginjak-injakkankaki, dan opae artinya padi.

Ada pula versi yang menyebutkan bahwa tari lulo pada awalnya lahir ketika masyarakat Tolaki kuno akan membuka lahan yang dijadikan sebagai tempat bercocok tanam. Pada saat itulah masyarakat berkumpul pada lahan baru yang akan dibuka itu dan meminta kepada penguasa alam agar nanti tanaman mereka tidak diganggu oleh serangan hama dan penyakit. Ketika masyarakat telah berkumpul, kepala suku memberikan perintah untuk membentuk lingkaran, saling bergandengan tangan dan menginjak-injakkan kaki yang disertai dengan bunyi alunan musik gong.

Selain dimaksudkan untuk menghibur dewa Sanggolemboe, tari lulo juga digunakan sebagai instrumen ritual penyembuhan warga yang sakit. Dalam kepercayaan masyarakat Tolaki, penyakit seseorang biasanya diakibatkan oleh kesalahan orang tersebut yang menyebabkan Sangia murka dan memberikannya penyakit. Untuk menyembuhkan penyakit tersebut, warga Tolaki dengan dipandu oleh seorang dukun melakukan tarian lulo.Dengan demikian, tari lulo merupakan salah satu bentuk instrumen budaya masyarakat Tolaki yang berfungsi untuk membangun “komunikasi ritual” dengan para dewa. Komunikasi ritual ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menghindarkan manusia dari kehancuran akibat murka para dewa dengan cara menghibur para dewa tersebut dengan tari lulo. Tari lulo sekaligus menunjukkan pengakuan manusia yang kehidupannya sangat tergantung kepada keinginan para dewa.

Tari lulo terdiri dari beragam jenis, diantaranya lulo sangia, lulo ngganda, dan lulo anggo. Beragamnya jenis tarian ini disebabkan oleh banyak faktor seperti instrumen pengiring, gerak-gerakan dalam tarian, asal daerah, dan bahkan nama penciptanya. Namun, meskipun terdiri dari jenis-jenis yang relatif banyak, prinsip-prinsip dasar gerakan dari tarian ini adalah sama, yaitu gerakan kaki, tangan dan bentuk lingkaran. Hal yang membedakan hanya variasi-variasi gerakannya. Berikut ini beberapa persyaratan umum yang ada dalam tari lulo:

1. Penari-penari bergandengan tangan dan membentuk sebuah lingkaran penuh atau setengah lingkaran. Jika setengah lingkaran, maka yang bertindak sebagai penari Pondombaki (penari terujung) harus dari penari laki-laki.

2. Tangan penari lelaki berada di bawah tangan perempuan. Posisi tangan tidak terikat sesuai dengan selera masing-masing.

3. Penari-penari boleh saling bergandengan antara sesama lelaki, sesama perempuan atau antara lelaki dan perempuan.

4. Alat musik berada di tengah-tengah lingkaran para penari.

5. Setiap penonton yang akan masuk menari harus masuk di tengah-tengah lingkaran dahulu, kemudian masuk dari depan penari secara terhormat.

6. Tidak diperbolehkan masuk dari belakang, karena dikhawatirkan dapat menyentuh bagian tubuh perempuan yang terlarang, kecuali bila penonton mau masuk di antara penari sesama jenis.

7. Penari yang akan meninggalkan permainan, harus mengundurkan diri ke belakang setelah meminta izin dari penari-penari yang mengapitnya.

8. Apabila semua penari perempuan sudah diapit oleh penari lelaki, lalu ada penonton yang mau masuk menari, ia harus mengambil tempat di sebelah kanan si penari laki-laki atau di sebelah kiri penari perempuan. Sebab tradisi membawa pacar atau pasangan dalam lulo adalah di sebelah kiri si lelaki. Apabila ada pelanggaran misalnya penonton masuk dari jalur kiri lelaki akan dapat menimbulkan ketersinggungan karena penari baru tadi bisa dianggap mau merampas pasangan si penari lelaki tadi.

9. Apabila ada penonton yang masuk menari dan secara kebetulan tidak berkenan di hati penari yang akan mengapitnya, maka sangat dilarang untuk meninggalkan tempat seketika itu juga, karena memungkinkan terjadinya ketersinggungan perasaan penari yang baru masuk itu. Demi penghargaan, harus diantar minimal satu kali putaran baru minta izin untuk meninggalkan permainan.

10. Seorang penari yang baru saja keluar dari barisan tidak diperbolehkan langsung masuk di tempat lain, sebab dapat menimbulkan ketersinggungan dari penari yang ditinggalkan. Ia harus istrahat sejenak lalu kemudian masuk lagi apabila masih ingin meneruskan tarian.

Dalam tari lulo, ada beberapa istilah dalam gerak tari lulo yang perlu diketahui, yaitu:

1. Moese, artinya gerakan tangan ke atas dan ke bawah.

2. Molakoako, artinya bergerak ke arah kanan dan kiri.

3. Nilulo-lulo, artinya gerakan kaki menginjak-injak.

Tari lulo telah membuktikan diri sebagai tarian tradisional yang mampu hidup dengan berbagai derasnya arus modernitas. Dalam banyak kasus, tradisi kesenian lokal biasanya akan punah jika berhadap-hadapan dengan seni kontemporer. Namun tari lulo merupakan tarian yang memiliki daya resistensi yang cukup kuat terhadap pengaruh modernitas. Salah satu faktor yang menyebabkan tari lulo tetap di kenal sepanjang sejarah masyarakat Kendari adalah kemampuannya untuk menerima perubahan dengan tanpa kehilangan cirinya.

Sumber : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbsulsel/tari-lulo/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline