Tarian
Tarian
Tarian Daerah Istimewa Yogyakarta Jogjakarta
Tari Golek Menak
- 28 Desember 2018

Beksan (tari) Golek Menak adalah sebuah genre drama tari ciptaan Sri Sultan Hamengku Buwono IX (1940-1988). Gagasan penciptaan tari ini dicetuskan Sultan setelah menyaksikan pertunjukan Wayang Golek Menak yang dipentaskan oleh seorang dalang dari Kedu pada tahun 1941. Apabila dramatari Wayang Wong menceritakan kisah Ramayana dan Mahabharata, dramatari Golek Menak menceritakan kisah-kisah yang diambil dari Serat Menak.

Serat Menak bersumber dari Hikayat Amir Hamzah yang dibawa oleh pedagang Melayu dan disebarluaskan di wilayah Nusantara. Nama-nama tokoh yang berasal dari belahan dunia lain tersebut kemudian di adaptasi ke dalam bahasa Jawa, seperti nama Amir Hamzah berubah menjadi Amir Ambyah. Secara garis besar Serat Menak memuat kisah munculnya agama Islam melalui tokoh Amir Ambyah atau Wong Agung Jayengrana, seorang putra Adipati asal Mekkah.

Mewujudkan Gerakan Wayang Golek Kayu ke Dalam Gerak Tari

Untuk mewujudkan gagasannya, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menunjuk KRT Purbaningrat dan para penari terbaik keraton untuk mentransformasikan gerak wayang golek kayu, atau wayang tengul, ke dalam bentuk gerak tarian. Sultan juga mengundang Ki Widiprayitno, seorang dalang dari Sentolo, Kulonprogo, untuk memainkan wayang golek di Bangsal Kasatriyan Keraton Yogyakarta.

Sri Sultan Hamengku Buwono IX sempat mengawasi langsung proses awal dari penciptaan Beksan Golek Menak. Saat itu tercipta gerakan untuk tiga tipe karakter, yaitu karakter menak putri untuk tokoh Dewi Sudarawerti dan Dewi Sirtupelaheli, menak gagah untuk Prabu Dirgamaruta dan menak alus untuk Raden Maktal. Gerakan tarinya menitikberatkan pada gerakan lambung, gerakan kaki yang diperingan, serta gerakan pacak gulu pada leher. Gerakan-gerakan tersebut adalah usaha untuk merepresentasikan gerakan wayang golek pada manusia.

Hasil eksperimen ini kemudian dipentaskan di Tratag Bangsal Kencana pada upacara Tingalan Dalem atau ulang tahun Sultan pada tahun 1943. Pentas tersebut mengambil cerita peperangan antara tokoh Dewi Sudarawerti melawan Dewi Sirtupelaheli dan Raden Maktal melawan Prabu Dirgamaruta. Namun masih terlalu dini menyebut tari yang dibawakan saat pementasan itu sebagai Beksan Golek Menak.

Selepas Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Sri Sultan Hamengku Buwono IX semakin disibukkan dengan urusan-urusan negara. Proses penciptaan Beksan Golek Menak yang awalnya diawasi langsung oleh Sultan menjadi terbengkalai.

Pada tahun 1950, Sultan memindahkan kegiatan seni pertunjukan tari keluar tembok keraton. Bebadan Hamong Beksa didirikan di Dalem Purwodiningratan, lembaga ini masih di bawah koordinasi Kawedanan Hageng Punakawan Kridhamardawa. Dengan keberadaan Bebadan Hamong Beksa, Beksan Golek Menak mulai dikembangkan kembali.

Unsur Pencak Silat pada Tari Gaya Yogyakarta

Pada akhir Desember 1987, Sri Sultan Hamengku Buwono IX bersama dengan Yayasan Guntur Madu menginisiasi Sarasehan Tari Golek Menak Gaya Yogyakarta yang digelar di Anjungan Mataram, Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Dalam sarasehan, Sultan mengarahkan agar Beksan Golek Menak memasukkan ragam dan gerak pencak kembang (pencak silat) dari Sumatera Barat pada adegan perang. Sultan juga melihat perlu ditentukannya prinsip-prinsip Beksan Golek Menak yang bersumber pada tari klasik gagrak (gaya) Yogyakarta. Dalam kesempatan yang sama ini pula, diadakan peragaan bela diri pencak kembang dari Sumatera Barat dan peragaan Wayang Golek Menak oleh dalang Sukarno, putra dari dalang Ki Widiprayitno.

Selain sarasehan, diadakan juga peragaan Beksan Golek Menak yang telah disusun sampai saat itu. Pada akhir sarasehan, Sultan memberi waktu satu tahun untuk penyusunan iringan, tata pakaian dan rias, pocapan (dialog).

Penyempurnaan Beksan Golek Menak

Pada bulan September 1988, Sultan Hamengku Buwono IX kembali menginisiasi sebuah pementasan Beksan Golek Menak yang mengakomodasi enam lembaga tari di Yogyakarta. Keenam lembaga tersebut antara lain: yaitu Siswo Among Beksa, Mardawa Budaya, Sekolah Menengah Karawitan Indonesia, Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardjo, Surya Kencana, dan Institut Seni Indonesia. Enam lembaga tersebut kemudian bekerja keras untuk menyempurnakan Beksan Golek Menak.

Namun sejarah mencatat, Sri Sultan Hamengku Buwono IX telah lebih dahulu wafat sebelum Beksan Golek Menak hasil penyempurnaan tersebut berhasil dipentaskan dalam satu pergelaran Wayang Wong Menak dengan episode Kelaswara Palakrama di Bangsal Kepatihan pada tanggal 17 Maret 1989. Karena itu, hingga kini prinsip-prinsip pementasan Beksan Golek Menak belum mempunyai bentuk baku dan masih terbuka untuk dikembangkan. Boleh dikata bahwa Beksan Golek Menak masih terus mengalami penyempurnaan dan penyesuaian.

Walaupun demikian, hingga saat ini, penokohan, busana, hingga konsep pementasan, tidak jauh berbeda dengan pementasan pada tahun 1980-an. Busana yang digunakan pada tarian Beksan Golek Menak menyesuaikan penokohan wayang golek yang memiliki busana tertutup dan berlengan panjang. Beberapa penokohan juga memiliki aksen busana yang kental, seperti Dewi Adhaninggar, tokoh dari negeri Tartaripura (Mongol) yang menggunakan busana dengan citra putri Cina. Riasan para tokoh pun, baik pria maupun wanita, dibuat hampir sama dengan penokohan wayang golek. Iringan musik tari menggunakan seperangkat gamelan seperti biasanya, namun ditambah dengan irama kendang sunda. Sedang untuk dialog, digunakan bahasa Jawa yang digunakan dalam Keraton Yogyakarta, yaitu bahasa Bagongan.

Menonton pertunjukkan dramatari Beksan Golek Menak seakan menyaksikan semangat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dalam merayakan kemerdekaan Indonesia yang memiliki beragam budaya. Beliau dengan sengaja mendorong penciptaan sebuah genre baru ke dalam tari gaya Yogyakarta dengan memasukkan unsur gerak dan irama dari bagian Nusantara yang lain. Karena baik kesenian Yogyakarta maupun budaya Nusantara lainnya telah memiliki awal baru dalam masa kekuasaan beliau, bergabung menjadi satu di bawah payung Indonesia.

https://kratonjogja.id/tak-benda/Tari/18/tari-golek-menak

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Bobor Kangkung
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Tengah

BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Ikan Tongkol Sambal Dabu Dabu Terasi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Utara

Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Peda bakar sambal dabu-dabu
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Selatan

Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline