Tari Gelang Ro’om
Gelang ro’om memiliki arti yaitu gelang harum, merupakan salah satu perhiasan yang biasa digunakan remaja putri di Madura. Tari Gelang Ro’om merupakan tarian yang diadaptasi dari tari Topeng Getak dan Ronding asal madura. Tarian ini merupakan karya koreografer Dimas Pramuka Admaji yang mengangkat budaya Madura. Gadis yang sudah remaja diwajibkan untuk menggunakan gelang kaki atau binggel. Gelang kaki ini bukan hanya sebagai aksesoris tentang tingkat sosial seorang gadis madura, tetapi juga menunjukkan kepatuhan tehadap adat istiadat madura.
Tari Gelang Ro’om merupakan tari dengan latar belakang budaya madura dan tingkah laku remaja perempuan madura yang beranjak dewasa. Perempuan madura yang gemar menggunakan gelang kaki sejak jaman dahulu. Semakin banyak gelang yang digunakan maka menunjukkan semakin tinggi tingkatan sosial orang tersebut. Filosofi gelang kaki ini adalah sebagai pemacu semangat bekerja bagi orang madura hingga meratau ke berbagai daerah dan mengumpulkan hasil jerih payahnya itu untuk membeli gelang emas sebagai tanda kesuksesannya.
Tingkah laku remaja perempuan dengan segala kecantikannya, kedinamisan, unik, molek dengan penampilan modis etnis gelang – gelang. Bersolek ala cupang merah di dahi dan leher merupakan wujud kegairahan hidup dan kerja keras seorang perempuan madura, dimana perempuan sebagai penopang kehidupan. Dengan gelang – gelang di kaki dan tangan seperti melangkah pasti bagaikan air mengalir, sehingga segala hambatan akan terkikis dan hanyut. Gemerincing bunti gelang sebagai pemacu langkah mengikuti kedinamisan irama perubahan kehidupan zaman yang semakin pesat.
Gerak tari Gelang Ro’om sesuai khas Madura yang bersumber pada kehidupan keseharian perempuan sebagai penopang keluarga, giat kerja keras dalam kehidupan sehari – hari sebagai penjual sayur, petani, bahkan nelayan. Musik iringan tari Gelang Ro’om didekatkan dengan suasana musik khas Budaya Madura yang sangat didominasi perkusi, seperti musik dug – dug, kenong telok yang sering mengiringi karapan sapi. Dalam tata busana tari Gelang Ro’om sesuai dengan kebiasaan perempuan Madura yang berdandan ala tradisi. Rias dengan cubitan atau garis-garis ala cupang merah di dahi dan leher yang khas memberikan pesona tersendiri. Rias muka mengunakan rias cantik dan kaki mengenakan garis-garis merah yang biasa disebut pacar dikenakan melingkar pada bagian tumit. Desain tata busana tari Gelang Ro’om terdiri dari: (1) Kebaya, kain borklat bunga- bunga merah dengan potongan kutu baru; (2) Entrok atau kutang, busana dalam kebaya dengan warna senada; (3) Bawahan, berupa kain sarung dengan motif batik bunga merah potongan ¾; (4) Kain sarung, dipakai pada bagian luar kain panjang, berwarna hitam dengan garis merah di tepi atas dan bawah; (5) Celana, motif garis merah putih potongan ¾ dan lebih panjang 2 cm dari kain batik; (6) Gelung angka 8 untuk tata rambut dililit pita merah; (7) Rinjing atau keranjang, properti bagian atas kepala dengan kain merah dan hitam pada tepi rinjing; dan (8) Perhiasan, berupa giwang, bunga pada sanggul, binggel pada dua kaki, dan gelang kroncong ditangan.
Tari Gelang Ro’om merupakan salah satu tari tradisional kreasi yang menjadi andalan Disbudpar Jawa Timur. Tarian ini telah meraih banyak prestasi. Salah satunya adalah juara umum pada Parade Tari Nusantara (PTN) mewakili Jawa Timur di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta tahun 2006. Tarian ini sudah sering menjadi tari pembuka untuk berbagai acara jamuan kenegaraan di Istana Negara. Selain itu Tari Gelang Ro’om menjadi tarian yang sukses memikat tamu undangan istimewa dari berbagai negara di Asia Teggara pada KTT ASEAN 2011. Saat ini, tari Gelang Ro’om sudah banyak diajarkan kepada remaja di Jawa Timur, tidak hanya di Madura saja. Tari Gelang Ro’om menjadi tarian yang istimewa dibawakan dalam sebuah acara seni maupun hanya sebagai pembuka suatu acara.
Sumber :
Prakasiwi, Marieta Dian Ayu. 2016. Koreografi Tari Geleng Ro'om Karya Dimas Pramuka Admaji. S1 thesis, Institut Seni Indonesia Surakarta.
https://budayajawa.id/tari-geleng-room-asal-madura/
http://gitomaron.blogspot.com/2010/12/tari-geleng-room-karya-dimas-pramuka.html
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja