Tari Cokek adalah salah satu tarian klasik masyarakat Betawi di Jakarta dan sekitarnya. Tarian ini lahir sebagai akulturasi Betawi-Tionghoa di pinggiran kota Jakarta, yakni di Teluk Naga, Tangerang. Dahulu, sungai Cisadane yang bermuara di daerah Teluk Naga merupakan akses strategis bagi para pedagang Tionghoa untuk menjual barang-barang dagangannya kepada masyarakat Tangerang pada masa itu. Perdagangan di kota ini berkembang dengan pesat. Banyak pedagang yang makmur dan akhirnya membeli tanah di sana. Orang-oran yang memiliki hak atas penggunaan tanah inilah yang kemudian disebut tuan tanah. Mereka mulai menetap di kawasan tersebut dan mulai membaur bersama penduduk asli. Pembauran kedua masyarakat ini pada akhirnya membawa akulturasi bagi banyak aspek dalam kehidupan keduanya. Hingga saat ini hasil akulturasi yang terjadi di antara kedua masyarakat ini masih banyak ditemukan pada bahasa, kesenian, dan kebudayaan masyarakat Betawi Tangerang, salah satunya adalah Tari Cokek. Tari Cokek ini sejatinya merupakan tari dari Betawi yang mendapatkan pengaruh kuat dari kebudayaan Tionghoa. Nama "Cokek" sendiri merupakan penyederhanaan dari kata dari bahasa Hokkien Chiou-khek yang berarti 'menyanyikan lagu' atau yang dalam bahasa Mandarin dibaca chang-ge. Disebut menyanyikan lagu karena pada awal perkembangannya tari Cokek kerap diiringi nyanyian. Cokek sejatinya merupakan sebuah sebutan bagi seorang penyanyi yang mengiringi alunan gambang kromong, penampilan tersebut diiringi tarian yang akhirnya disebut tari Cokek. Tari Cokek merupakan suatu tari sosial atau pergaulan yang berfungsi sebagai hiburan. Tari Cokek juga dipertunjukkan ketika ada acara-acara besar seperti pernikahan, khitanan, maupun penyambutan tamu-tamu kehormatan yang berkunjung ke daerah setempat. Pada awalnya tari Cokek dipertunjukkan dan berkembang di daerah pemukiman Betawi-Tionghoa di Teluk Naga untuk menghibur para tuan tanah yang tengah mengisi waktu senggang. Tuan tanah yang kebanyakan berasal dari pihak Tionghoa kerap "mengoreksi" tarian yang dipersembahkan oleh budak mereka sehingga gerakan dalam tarian ini banyak mengandung unsur gerak tarian Cina.
Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati
Bangunan GKJ Pakem merupakan bagian dari kompleks sanatorium Pakem, yang didirikan sebagai respon terhadap lonjakan kasus tuberculosis di Hindia-Belanda pada awal abad ke-20, saat obat dan vaksin untuk penyakit ini belum ditemukan. Sanatorium dibangun untuk mengkarantina penderita tuberculosis guna mencegah penularan. Keberadaan sanatorium di Indonesia dimulai pada tahun 1900-an, dengan pandangan bahwa tuberculosis adalah penyakit yang jarang terjadi di negara tropis. Kompleks Sanatorium Pakem dibangun sebagai solusi untuk mengatasi kekurangan kapasitas di rumah sakit zending di berbagai kota seperti Solo, Klaten, Yogyakarta, dan sekitarnya. Lokasi di Pakem, 19 kilometer ke utara Yogyakarta, dipilih karena jauh dari keramaian dan memiliki udara yang dianggap mendukung pemulihan pasien. Pembangunan sanatorium dimulai pada Oktober 1935 dan dirancang oleh kantor arsitektur Sindoetomo, termasuk pemasangan listrik dan pipa air. Sanatorium diresmikan oleh Sultan Hamengkubuwono VIII pada 23...
Bahan-bahan 4 orang 2 bungkus mie telur 4 butir telur kocok 1 buah wortel potong korek api 5 helai kol 1 daun bawang 4 seledri gula, garam, totole dan merica 1 sdm bumbu dasar putih Bumbu Dasar Putih Praktis 1 sdm bumbu dasar merah Meal Prep Frozen ll Stok Bumbu Dasar Praktis Merah Putih Kuning + Bumbu Nasi/ Mie Goreng merica (saya pake merica bubuk) kaldu jamur (totole) secukupnya kecap manis secukupnya saus tiram Bumbu Pecel 1 bumbu pecel instant Pelengkap Bakwan Bakwan Kriuk bawang goreng telur ceplok kerupuk Cara Membuat 30 menit 1 Rebus mie, tiriskan 2 Buat telur orak arik 3 Masukkan duo bumbu dasar, sayuran, tumis hingga layu, masukkan kecap, saus tiram, gula, garam, lada bubuk, penyedap, aduk hingga kecap mulai berkaramel 4 Masukkan mie telur, kecilkan / matikan api, aduk hingga merata 5 Goreng bakwan, seduh bumbu pecel 6 Siram diatas mie, sajikan dengan pelengkap
Wisma Gadjah Mada terletak di Jalan Wrekso no. 447, Kelurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma Gadjah Mada dimiliki oleh Universitas Gadjah Mada yang dikelola oleh PT GAMA MULTI USAHA MANDIRI. Bangunan ini didirikan pada tahun 1919 oleh pemiliknya orang Belanda yaitu Tuan Dezentje. Salah satu nilai historis wisma Gadjah Mada yaitu pada tahun 1948 pernah digunakan sebagai tempat perundingan khusus antara pemerintahan RI dengan Belanda yang diwakili oleh Komisi Tiga Negara yang menghasilkan Notulen Kaliurang. Wisma Gadjah Mada diresmikan oleh rektor UGM, Prof. Dr. T. Jacob setelah di pugar sekitar tahun 1958. Bangunan ini dikenal oleh masyarakat sekitar dengan Loji Cengger, penamaan tersebut dikarenakan salah satu komponen bangunan menyerupai cengger ayam. Wisma Gadjah Mada awalnya digunakan sebagai tempat tinggal Tuan Dezentje, saat ini bangunan tersebut difungsikan sebagai penginapan dan tempat rapat. Wisma Gadjah Mada memiliki arsitektur ind...
Bangunan ini dibangun tahun 1930-an. Pada tahun 1945 bangunan ini dibeli oleh RRI Yogyakarta, kemudian dilakukan renovasi dan selesai tanggal 7 Mei 1948 sesuai dengan tulisan di prasasti yang terdapat di halaman. Bangunan bergaya indis. Bangunan dilengkapi cerobong asap.