Belum ditemukan data tertulis berupa prasasti yang berkaitan dengan penciptaan maupun penyebutan nama “Baris Cina” sebagai nama tariannya; begitu pula dengan tahun penciptaannya belum diketahui secara pasti. Berdasarkan penuturan para sesepuh, bahwa ketika tarian yang diciptakan itu ditarikan di Pura Dalem Renon, Ratu Tuan yang tedun (turun) mengalami kerauhan (trance) dan mengeluarkan ucapan-ucapan seperti logat Cina yang tidak dapat dimengerti, sehingga kemudian dinamakan Tari baris cina. Pernyataan ini tentunya didukung pula oleh penampilan kostum tari yang dipakai, busananya sangat sederhana mirip busana yang biasa dipakai oleh pedagang-pedagang Cina. Begitu pula dengan gerakan tarinya yang merupakan gerakan-gerakan pencak silat, dan gong bheri merupakan gong datar yang banyak ditemukan sebagai alat musik di Cina. Mengenai gong bheri penyebutannya muncul pada Tugu Prasasti (jaya stmbha) Blanjong berangka tahun Åaka 835 (913 Masehi).
Tari baris cina ini adalah tarian sane katengetang (yang disakralkan) di Desa Pekraman Renon Kelod. Menurut keyakinan para penyungsungnya, bahwa tari baris cina merupakan perwujudan dari Ida Ratu Tuan yang diiringi oleh gong bheri. Dilihat dari fungsinya, tari baris cina tergolong dalam tari wali (sakral) yang dipertunjukkan sebagai sarana upacara Dewa Yadnya, berkaitan dengan upacara (odalan) di pura-pura lingkungan Desa Pekraman Renon dan Desa Pekraman Intaran Sanur. Upacara di Pura Periyangan Ida Ratu Tuan lan gong bheri dilaksanakan setiap enam bulan sekali menurut kalender Bali, jatuh pada hari Buda Umanis Prangbakat. Sedangkan Ida Ratu Tuan/baris cina yang menjadi sungsungan masyarakat Banjar Semawang Desa Pekraman Intaran.
Pelaksanaan pertunjukkan yang berkaitan dengan upacara ritual di pura ini tidak hanya berkaitan dengan sesajen yang dipersembahkan atau gong bheri sebagai iringannya, akan tetapi selalu berkaitan dengan adanya para pepatih dan sadeg yang ngayah (melakukan persembahan yang tulus) dengan matetuekan (menusukkan keris ke tubuhnya dalam keadaan trance/kerasukan). Tari baris cina juga dipentaskan sebagai sarana upacara Manusa yadnya (naur sesangi/bayar kaul) yang dilaksanakan karena harapan dan keinginannya terwujud. Mereka meyakini dan telah membuktikan bahwa tari baris cina memiliki kekuatan magis untuk melindungi warga, serta mengabulkan permohonan mereka yang betul-betul yakin dan tulus.
Dalam tarian, pasukan baris cina terbagi menjadi dua kelompok, yaitu: Baris selem (baris hitam) dan Baris putih. Kelompok Baris selem memakai kostum hitam dengan slempot, yaitu kain putih yang diikatkan di pinggang; sedangkan Baris putih memakai kostum putih dengan slempot hitam. Benda-benda yang disakralkan juga berwarna hitam dan putih, seperti pratima Ida Ratu Tuan yang berupa dua buah arca kuda, dua kober (bendera), umbul-umbul, kawis, tedung, dan busana. Persembahan sesajennya juga menggunakan segehan hitam putih, kurban anak ayam yang berwarna hitam dan putih, serta ada pula bunga hitam yang diapit bunga putih. Baris Putih adalah perlambang Siwa, dan Baris selem adalah perlambang Buddha. Baris putih merupakan kekuatan sakti Siwa, sedangkan Baris selem merupakan kekuatan sakti Buddha. Hal ini menunjukan bahwa tari baris cina memiliki makna akulturasi budaya adiluhung dengan simbol-simbol pengaruh budaya cina, yang berkembang/diperlakukan dengan baik oleh masyarakat di Bali. Selain itu, perpaduan harmonis kepercayaan agama yang berbeda juga muncul ketika tari baris cina dikatakan sebagai perlambang Siwa (Hindu) – Buddha.
Sumber : Buku Pentapan WBTB 2018
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja