Alat Musik
Alat Musik
Musik Jawa Barat Jawa Barat
Tangga Nada Sunda

Tangga Nada Sunda

   Kita semua pasti telah mengetahui berbagai macam jenis genre musik di seluruh dunia. Sebut saja, jazz, klasik, pop, rock, ska, reggae, maupun genre genre lainnya di seluruh dunia. Apabila kita telisik lebih jauh mengenai unsur unsur dari genre musik tersebut, kita dapat menemukan ciri khas yang menjadi unsur pembeda pada setiap genre musik tersebut, salah satunya adalah pada tangga nadanya. Misalnya, genre musik jazz memakai tangga nada yang bervariasi, namun kebanyakan memaki tangga nada blues mayor dan minor dalam improvisasinya. Genre musik pop memakai tangga nada harmonik dan melodik minor. Hal ini pun berlaku pada genre musik daerah dari seluruh dunia. Sebut saja, musik musik tradisional Arab dan daerah timur tengah memakai tangga nada "double harmonic major", atau seringkali disebut sebagai tangga nada mayor "gipsi" dan tangga nada "byzantium". Penggunaan tangga nada ini menghasilkan suara yang "eksotis" dan terdengar beda dari musik musik khas barat, maupun musik khas oriental (yang juga memiliki tangga nada sendiri). Pembeda ini menjadi ciri khas yang terdengar jelas, apalagi jika dimainkan dengan alat musik daerahnya. Lalu bagaimana dengan tangga nada khas Indonesia? Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang sangat luas, memiliki musik khas per daerahnya, dimana masing masing juga memiliki tangga nada yang unik dan berbeda dari daerah lainnya. Maka dari itu, tanah Sunda pun memiliki tangga nadanya sendiri, yang membuat kita dapat mengetahui bahwa lagu yang kita dengar, berasal dari kebudayaan Sunda. Sayangnya, berdasarkan apa yang saya dapat dari teman-teman sebaya, banyak sekali yang tidak menyadari adanya sistem tangga nada sunda. Maka, inilah penjelasan mengenai tangga nada sunda.

   Kebudayaan Sunda, dengan segala keberagamannya, memiliki tangga nada yang juga tidak kalah "eksotis" dengan tangga nada mayor "gipsi", maupun tangga nada yang dipakai di genre musik musik lainnya. Sistem notasi tangga nada Sunda diperkenalkan pertama kali oleh budayawan dan komposer musik Sunda, Raden Machjar Angga Koesoemadinata, pada sekitar pertengahan abad ke-20. Pak Machjar, sapaan akrab Raden Machjar Angga Koesoemadinata, berhasil merumuskan sistem tangga nada sunda yang telah berusia ratusan tahun, agar lebih mudah untuk dipelajari generasi muda, dalam rangka melestarikan budaya Sunda. Beliau adalah salah satu tokoh yang sangat berjasa dalam pelestarian budaya sunda, khususnya dalam bidang musik. Beliau merupakan pencipta sistem notasi nada sunda da mi na ti la dan penemu sistem 17 tangga nada sunda. Sistem tersebut terbagi dalam 3 bagian:

a. Laras Pelog, Penulisan Sunda 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 1 ( dibaca da, mi, na,ti, la,da ) Dibaca dalam diatonis 1 – 7 – 5 – 4 – 3 – 1 

b. Laras Slendro, Penulisan Sunda 1 – 2 – 3 – 4 – 5 - 1 ( dibaca da, ,mi, na, ti, la , da ) Dibaca dalam diatonis 1 – 6 – 5 – 3 – 2 – 1

c. Laras Madenda, Penuisan Sunda 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 1 ( dibaca da, mi, na, ti, la, da ) Dibaca dalam diatonis 6 – 4 – 3 – 1 – 7 – 6

(diatonis: Tangga nada yang umum kita jumpai pada sebagian besar lagu lagu pop. Biasa dibaca sebagai do re mi fa sol la si do)

   Ketiga bagian tangga nada tersebut menyusun musik sunda tradisional (musik tradisional sunda berbeda dengan musik berbahasa sunda. Musik berbahasa sunda bisa saja tersusun dengan tangga nada dari genre musik lain, namun berbahasa sunda). Ketiga bagian sistem tangga nada tersebut, secara garis besar, merupakan bagian dari tangga nada pentatonis, yang juga membawahi banyak tangga nada dari genre genre di seluruh Indonesia, maupun dunia. Namun, tangga nada pentatonis sunda memiliki perbedaan yang dapat disadari, yaitu karena adanya sistem 17 tangga nada sunda, yang menjadi pembeda sistem tangga nada pentatonis sunda dengan pentatonis lainnya.Ketiga bagian tangga nada ini seringkali dimainkan pada gamelan degung (walaupun bisa dimainkan pada alat musik lainnya yang menghasilkan nada, seperti piano), sehingga menghasilkan jenis musik dan kekhasan yang berbeda dari lagu lagu yang berasal dari Jawa Tengah maupun Jawa Timur. Atas dasar ini, pembelajaran musik Jawa Barat (Sunda) dan bagian Jawa lainnya harus dibedakan. Meskipun hanya sebatas bersebelahan provinsi, perbedaan kultur dan pengaruh musik dari antar provinsi dan suku tersebut sangatlah berbeda jika ditelisik lebih dalam dan rinci. Sebagai contoh, apabila kita akan menganalisis lagu tradisional Sunda berjudul "Pengkolan Jalan Cikajang", maka kita akan menemukan bahwa notasi notasi yang menyusun lagu tersebut adalah notasi dari Laras Pelog. Sementara itu , apabila kita mendengarkan dan menganalisis bagian bagian lagu tradisional sunda "Mojang Bandung", maka kita bisa melihat bahwa lagu tersebut menggunakan tangga nada Laras Madenda. Begitu pula, laras slendro dapat ditemui pada lagu tradisional sunda lainnya. Hal ini tentu berbeda ketika kita menganalisis lagu "Rek ayo Rek" dari Jawa Tengah. Lagu tersebut memakai tangga nada yang ada perbedaannya dengan tangga nada sunda.

  Menurut pendapat saya, pengelompokkan tangga nada sunda ini merupakan salah satu kemajuan yang signifikan dalam kebudayaan Sunda, karena dengan tangga nada ini, kita dapat membuktikan bahwa lagu tradisional sunda memiliki latar belakang dan sistem tangga nada yang unik dan terstruktur, memiliki dasar musik yang kuat dan dapat dianalisis sampai ke akarnya, seperti genre genre musik yang berasal dari luar Indonesia. Hal ini sekaligus membuktikan, bahwa Budaya Sunda tidak kalah keren dan tidak kalah maju dari budaya budaya dari seluruh dunia. Sistem tangga nada ini juga membuktikan, bahwa masyarakat Sunda mampu menciptakan karya yang orisinil dan eksotis, serta memiliki dasar keilmuan musik yang kuat, seperti halnya musik musik bergenre dari seluruh dunia (jazz,pop,rock,dll). Sistem ini juga membuat regenerasi kebudayaan Sunda dalam bidang musik lebih mudah, karena sistem musik yang medasari musik tradisional sunda dapat lebih mudah diajarkan kepada generasi penerus bangsa, membuat budaya sunda, terutama dalam bidang kesenian musik, tidak mudah punah dan tergerus oleh jaman. 

#OSKMITB2018

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Jembatan Plunyon Kalikuning
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...

avatar
Bernadetta Alice Caroline