Permainan Tradisional
Permainan Tradisional
Permainan Tradisional Sulawesi Utara Manado
Tali Koko
- 15 Mei 2018

MENU

News Regional Ini 9 Permainan Tradisional Anak di Sulawesi Utara Kamis, 5 Mei 2016 | 16:24 WIB

MANADO, KOMPAS.com - Libur panjang pada akhir pekan ini sangat cocok dimanfaatkan untuk mengajak anak bermain di luar rumah. Beberapa permainan tradisional dari masa tahun 1950-an hingga 1990-an masih bisa diajarkan bagi tumbuh kembang anak.

"Permainan anak zaman dulu yang dilakukan beramai-ramai secara berkelompok sudah jarang lagi ditemui. Anak-anak sekarang lebih memilih tinggal di rumah bermalas-malasan sambil bermain gadget tanpa bersosialisasi dengan teman sebayanya," ujar Koordinator Studio dan Perfilman Kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sulawesi Utara, Tengah, dan Gorontalo, Rocky H Koagouw, Kamis (5/5/2016).

Padahal permainan anak-anak tradisional memberikan banyak manfaat bagi tumbuh kembang anak, misalnya dalam pertumbuhan kesehatan dan motorik anak.

Belum lagi keseruan permainan yang bisa dinikmati bersama teman-teman sebaya yang secara emosi memberikan efek kesenangan dan kenangan bagi setiap anak.

Agar permainan yang sarat pesan edukasi itu tidak punah, BPNB Suluttenggo mencoba mendokumentasikannya dalam bentuk rekaman video.

"Lembaga kami berkewajiban menggali dan melestarikan kebudayaan melalui berbagai program seperti pembuatan film dokumenter, dan berusaha terus memperbaiki perkembangan kebudayaan daerah sebagai entitas budaya nasional. Salah satunya mendokumentasikan permainan anak tradisional," jelas Kepala BPNB Suluttenggo Rusli Manorek.

Menurut Rusli ini merupakan langkah efektif penggalian dan sosialisasi nilai-nilai budaya luhur yang terkandung dalam berbagai permainan anak tradisional.

"Menumbuh kembangkan kesadaran solidaritas sosial sejak dini pada anak, yang pada zaman dulu dilakoni para orang tua pada tatanan masyarakat tradisional," kata Rusli.

Bekerja sama dengan kontributor Kompas.com di Manado, BNPB Suluttenggo membuat video dokumenter permainan anak tradisional berikut ini.

  1. Ceklen

Permainan ceklen atau bekel biasa dimainkan oleh anak-anak perempuan di hampir semua wilayah Indonesia.

Permainan ini biasanya dimainkan oleh dua sampai lima orang anak dengan menggunakan biji bia atau kerang laut sebanyak empat, enam atau delapan biji bia sesuai dengan kesepakatan bersama.

Anak-anak akan duduk di lantai sambil bersila, memainkan bola dan bia. Sebelum bermain anak-anak harus melakukan suten untuk mencari siapa yang akan memulai permainan, berturut-turut sebanyak jumlah yang ikut bermain.

  1. Tumbu-tumbu blanga

Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak perempuan secara berkempok terdiri dari lima hingga enam orang. Mereka akan bermain di teras rumah sambil duduk bersila dan melingkar.

Cara bermain tumbu-tumbu belanga adalah jari setiap anak dikepalkan dan disilangkan di tengah lingkaran. Kepalan tangan diurutkan bertingkat dari bawah ke atas.

Setelah semua kepalan tangan sudah menyatu di tengah lingkaran, maka anak-anak akan mulai bernyanyi lagu Tumbu-tumbu Blanga, berturut-turut dari kepalan yang paling bawah akan membuka telapak tangan mereka sampai kepalan yang paling atas.

  1. Baka-baka sambunyi

Ini merupakan permainan mencari musuh atau lawan. Di daerah lain seperti di Jawa dan Sumatera lebih dikenal dengan nama petak umpet.

Sebelum bermain anak-anak berundi dengan telapak tangan atau hompimpah (gambreng) sebanyak anak yang ikut bermain.

Setelah tinggal dua anak, barulah dua anak tersebut melakukan suten dan yang kalah harus jaga blengko sambil menutup mata, sampai hitungan yang disepakati bersama. Anak yang ditutup matanya harus mencari teman-teman yang menjadi musuh atau lawan.

  1. Cenge-cenge

Permainan populer ini bisa dijumpai hampir di seluruh wilayah Indonesia, dengan nama atau sebutan yang berbeda-beda. Di Sulawesi Utara dikenal dengan sebutan permainan cenge-cenge, sedangkan di Jawa dikenal dengan engklek atau manda (Sunda), sura manda, dan di daerah lain dikenal dengan permainan teklek, jlong-jling, dampu atau lempeng.

Biasanya permainan ini dimainkan oleh anak perempuan, walaupun anak laki-laki juga sering ikut bermain.

Cara bermain adalah melompat menggunakan satu kaki, dan tidak boleh menginjak garis petak-petak di atas tanah. Jika garisnya terinjak maka dianggap gugur atau kalah.

  1. Dodorobe atau tembak-tembakan

Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak laki-laki, lebih ke seni fisik dalam bermain perang-perangan. Senjata atau alat tembak yang dipakai adalah bambu cina atau dalam bahasa lokal Manado disebut bulu tui. Adapun untuk peluru dipakai kertas atau buah jambu air yang masih kecil.

Cara bermain dodorobe adalah anak-anak dibagi menjadi dua kelompok. Masing-masing kelompok punya benteng dan saling tembak meniru adegan perang.

Kelompok yang paling banyak kena tembakan dan bentengnya berhasil dianggap kalah.

  1. Lompat tali

Biasanya dimainkan oleh anak perempuan, tapi anak laki-laki sering ikut serta bermain. Mereka menggunakan tali yang terbuat dari karet maupun akar pohon.

Permainan ini dimulai dengan mencari pemenang dengan cara hompimpah atau gambreng untuk menentukan siapa yang akan pegang tali.

Dua orang yang kalah diharuskan untuk memegang ujung tali, dan pemenangnya melompatinya sampai tidak menyentuh tali itu.

Jika dalam lompatan terkena atau menyentuh tali, maka akan diganti oleh pemegang tali hingga bergantian terus menerus.

  1. Slepdur

Dikenal juga dengan nama ular naga, biasanya dimainkan oleh anak perempuan dan anak laki-laki secara bersama-sama. Zaman dulu, slepdur dimainkan di malam hari saat bulan purnama. Jumlah pemain dari slepdur harus banyak agar lebih seru. Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan luas.

Anak-anak berbaris bergandeng tangan dan ditaruh di bahu teman, dibuat layaknya ekor ular naga yang panjang. Biasanya anak yang tinggi yang menjadi kepala naga.

Selain ekor ular, ada dua anak yang akan menjadi gerbang dan mereka akan memilih salah satu anak untuk dijadikan tumbal atau pengganti gerbang.

Di saat ular sedang berjalan, anak-anak akan menyanyikan lagu slepdur untuk menentukan ketukan berhentinya ular naga.

  1. Tuan dosep

Ini termasuk permainan anak-anak yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Permainan ini terdiri dari satu orang anak yang menjadi si miskin dan meminta anak kepada kelompok anak yang banyak jumlahnya.

Si miskin akan memilih anak dari si kaya, sambil berjalan maju dan menyebut nama anak yang akan dimintanya. Begitu seterusnya sampai kelompok anak yang banyak jumlahnya habis.

  1. Tali koko

Permainan ini harus dimainkan secara berkelompok. Tali koko dikenal juga dengan nama permainan gobak sodor, sodoran atau galah asin.

Cara bermainnya, satu tim menjadi tim penjaga garis batas dan satu tim lagi sebagai tim penembus benteng.

Permainan ini terdiri dari empat sampai enam orang anak. Setiap anggota dari tim pemain akan berusaha menembus garis belakang penjaga arena.

Tim penjaga garis akan mencegah agar tim pemain tidak bisa melewatinya. Tim penembus benteng harus melewati penjaga garis jangan sampai badannya tersentuh tangan tim lawan.

Bila badan penembus tersentuh tim penjaga garis batas, maka permainan berganti. Tim penjaga garis menjadi tim penembus benteng.

Begitu seterusnya sampai ada tim yang bisa melewati garis batas tanpa tersentuh tangan penjaga garis dan merebut benteng. Tim itulah yang menjadi pemenang.

Sumber: Kompas.com

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline