Alat Musik
Alat Musik
Alat Musik Aceh Pidie Aceh Utara
Serune Kalee
- 19 Juni 2012 - direvisi ke 11 oleh Roby Darisandi pada 12 April 2014

Serune Kalee merupakan isntrumen tradisional Aceh yang telah lama berkembang dan dihayati oleh masyarakat Aceh. Musik ini populer di daerah Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar dan Aceh Barat. Biasanya alat musik ini dimainkan bersamaan dengan Rapai dan Gendrang pada acara-acara hiburan, tarian, penyambutan tamu kehormatan. Bahan dasar Serune Kalee ini berupa kayu, kuningan dan tembaga. Bentuk menyerupai seruling bambu. Warna dasarnya hitam yang fungsi sebagai pemanis atau penghias musik tradisional Aceh.

Asal-usul
Kata Serune Kalee menunjuk pada dua hal yang berbeda. Kata yang pertama, Serune menunjuk pada alat tiup tradisional Aceh yang sering dimainkan bersama rapai. Sedangkan Kalee adalah sebutan sebuah nama desa di Laweung, Kabupaten Pidie. Sehingga, Serune Kalee mempunyai arti serunai dari Kalee. Pemberian nama tersebut mungkin dikaitkan dengan pembuatan atau pemunculannya. Peralatan musik ini tidak hanya digunakan oleh masyarakat Aceh, namun juga masyarakat Minangkabau, Agam, dan beberapa daerah lain di Sumatra Barat. Bahkan, persebaran perlengkapan ini mencapai Thailand, Srilanka, dan Malaysia. Alat musik sejenis ini juga didapati di daerah pesisir dan lain dari Provinsi Aceh, seperti Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar, dan Aceh Barat dengan sebutan serupa (Firdaus Burhan, ed. 1986: 81). Masing-masing daerah yang menggunakan musik jenis ini memberi berbagai macam variasi pada peralatan tersebut, sehingga bentuk dan namanya juga bermacam-macam. Namun, di antara beberapa variasi serune, terdapat kesamaan dalam nuansa suara yang dimunculkan, laras nada, vibrasi, volume suara, dinamika suaranya. Peralatan ini berbentuk memanjang bulat lurus dan bulat. Bagian atas peralatan ini berbentuk kecil, kemudian membesar hingga di ujung bagian bawah. Pada tubuhnya terdapat lubang-lubang untuk jari dengan ukuran yang cukup besar. Bagian paling bawah peralatan ini membesar seperti kelopak teratai. Untuk membawa peralatan ini cukup dimasukkan ke dalam kantong yang diberi pengikat pada tampuk kain, kemudian disandang di bahu. 
Berdasarkan data yang ada, peralatan ini sudah ada sejak masuknya Islam ke Aceh. Ada sebagian yang mengatakan peralatan ini berasal dari Tiongkok (Z. H. Idris, 1993: 48-49). Terlepas dari asumsi tersebut, pada kenyataannya memang Aceh pada zaman dahulu merupakan kerajaan yang terbuka. Hal tersebut menjadikan Aceh cukup ramai dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai wilayah di luar negeri. Pada zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636), Aceh mempunyai posisi penting. Pada masa ini kebudayaan di Aceh juga berkembang dengan pesat, salah satunya adalah bidang kesenian, dengan corak Islam yang kental. Saat ini peralatan Serune Kalee masih memegang peranan penting dalam berbagai pertunjukan kesenian, dalam berbagai upacara, serta acara-acara yang lain. Permainan musik Serune Kalee menjadi hiburan bagi masyarakat Aceh sejak dahulu hingga sekarang. 
 
Lintasan Sejarah Serunee Kalee
Abad VII M Islam sudah berkembang di Aceh, seorang ulama dari Persi, Syech Abdullah membawa alat musik yaitu "Serunee Kalee" untuk mengajak para masyarakat belajar ilmu agama islam. Selanjutnya pada abad X seorang ulama besar : Syech Abdul Kadir Zaelani dari Arab / Iraq ke Aceh untuk mendampingi "Tuan Di Kandang Syech Bandar Darussalam" yang bernama Mahdum Abi Abdullah Syech Abdul Rauf Bagdadi untuk memperluas ilmu agama dan ilmu pengetahuan di Aceh dengan membawa Seni Rapa'I dan Debus asal Persia. Serunee Kalee berkembang menjadi alat untuk penyambutan dan memuliakan tamu kenegaraan yang datang ke Kerajaan Bandar Aceh Darussalam. Serunee Kalee masih digunakan dalam acara adat-adat pernikahan, penyambutan tamu dan berkesenian di tengah masyarakat Aceh hingga saat ini.
 
 
Serune Kalee sebagai alat primer, berperan membawa lagu yang lebih cenderung instrumentalia. Serune Kalee dimainkan dengan alunan suara yang terus-menerus dan tidak putus-putus. Suara tersebut dihasilkan dari teknik meniup dengan mengambil napas dari mulut dan hidung serta leher. Dengan suara Serune Kalee yang tajam musik akan terdengar dinamik, terkesan heroik, dan mendatangkan semangat. Gaya musikal Serune Kalee yang khas tidak akan terganggu atau mengganggu suara lain pada waktu ikut mengiringi alat tabuh semisal rapai (Z. H. Idris, 1993: 53). Selain digelar dalam berbagai pertunjukan atau sebagai pelengkap alat musik yang lain, alat musik tradisional ini juga berperan sebagai penunjang dalam menyebarkan ajaran-ajaran Islam yang berhubungan antarmanusia. Misalnya, upacara perkawinan, melepaskan nazar, penyambutan tamu, peresmian proyek, dan sebagainya (Z. H. Idris, 1993: 54). Saat ini peran Serune Kalee bukan hanya berhubungan dengan dakwah Islam, namun juga dalam berbagai kegiatan yang lain secara umum. Jenis alat musik serupa Serune Kalee juga banyak tersebar di berbagai daerah, bahkan hingga ke mancanegara.
 
Wujud dan bentuk peralatan ini seperti pentungan, bulat, dan lurus mulai dari batas atas (mondstuk) hingga ke bagian bawah (bell). Bagian atas peralatan ini kecil dan membesar di bagian bawahnya. Di bagian badan atau tubuh terdapat lubang-lubang sebagai tempat memainkan nada yang diinginkan. Peralatan ini mempunyai warna dasar hitam, hal ini kemungkinan disebabkan oleh terlalu banyak dipegang atau memang warna dasar kayu yang dibuat untuk peralatan ini berwarna hitam yang fungsi sebagai pemanis atau penghias musik tradisional Aceh. Bahan dasar Serune Kalee ini berupa kayu, kuningan dan tembaga. Serune kalee yang terbuat dari kayu, bagian pangkal kecil serta di bagian ujungnya besar menyerupai corong. Di bagian pangkal terdapat piringan penahan bibir peniup yang terbuat dari kuningan yang disebut perise. Serune kalee ini mempunyai 7 buah lobang pengatur nada. Selain itu terdapat lapis kuningan serta 10 ikatan dari tembaga yang disebut klah (ring) serta berfungsi sebagai pengamanan dari kemungkinan retak/pecah badan serune tersebut. Alat ini biasanya digunakan bersama genderang clan rapai dalam upacara-upacara maupun dalam mengiringi tarian-tarian tradisional.
 
 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Ikan Tongkol Sambal Dabu Dabu Terasi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Utara

Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Peda bakar sambal dabu-dabu
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Selatan

Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
tes
Alat Musik Alat Musik
Bali

tes

avatar
Reog Dev
Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline