Tradisi sedekah laut merupakan sebuah bentuk rasa syukur yang hampir dimiliki banyak masyarakat pesisir di Nusantara. Tradisi sedekah laut dihelat sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas limpahan kkekayaan laut yang dapat menghidupi para nelayan. Di Karimunjawa tradisi sedekah laut dikenal dengan nama Pesta Lomba dan dilaksanakan pada hari ketujuh setelah Idul Fitri.
Istilah Lomban bagi masyarakat Karimunjawa berasal dari kata “lomba-lomba” atau “lelumban” yang berarti bersenang-senang. Pesat Lomban bisa dikatakan merupakan puncak acara Syawalan di Karimunjawa dimana masyarakat merayakan hari raya dengan bersenang-senang setelah sebulan penuh berpuasa.
Pesta Lomban ini juga dikenal dengan “Bada Kupat” karena pada perayaan sedekah ini masyarakat Karimunjawa akan memasak ketupat. Ketupat digunakan sebagai simbol yang berarti hati yang kembali suci. Selain ketupat masyarakat juga akan memasak hidangan lain yaitu opor ayam, rendang, sambal goring, oseng-oseng dan hidangan lainnya.
Perayaan Pesta Lomban ini tidak hanya dirayakan oleh para nelayan saja tetapi juga diikuti oleh seluruh masyarakat dari orang tua sampai anak kecil. Mereka berbaur bersama untuk meramaikan pesta yang diadakan setahun sekali tersebut. Ketika perayaan Pesat Lomban digelar maka anak-anak akan mengenakan baju yang berwarna warni.
Pesta Lomban sudah ada sejak satu abad yang lalu ketika ketika pusat keramaian Pesat Lomban berada di teluk Jepara dan berakhir di Pulau Kelor. Saat itu Pesat Lomban merupakan satu-satunya kegiatan yang paling meriah bagi masyarakat nelayan di Jepara. Masyarakat akan bagun pagi hari untuk mempersipakan bebagai keperluan pesta kemudian mereka menuju perahu mereka masing-masing. Bunyi gamelan kebogiri mengalun sebagai tanda untuk memberangkatkan perahu. Bunyi petasan juga turut menyertai keberangkatan perahu-perahu tersebut. Perahu-perahu tersebut berangkat menuju Pulau Kelor dan setibanya di pulau tersebut maka mereka pun akan menikmati makanan masing-masing dan saling berbagai dengan yang lain. Berikutnya mereka akan berziarah ke makam Encik Lanang, yaitu tokoh yang membantu dalam perang Bali yang kemudian atas jasanya oleh Pemerintah Hindia Belanda dipinjamkan Pulau Kelor untuk ditinggalinya.
Pesta Lomban dimulai sejak pukul 06.00 WIB dengan upacara Pelepasan Sesaji ke pantai. Dalam sesi ini, ritual dipimpin oleh pemuka agama. Sesaji yang dilarung berupa kepala kerbau, kaki, kulit, dan jeroannya dibungkus dengan kain putih. Sesaji lainnya berisi sepasang kupat dan lepet, bubur merah putih, jajan pasar, arang-arang kambong (beras digoreng), nasi yang diatasnya ditutupi ikan, jajan pasar, ayam dekeman dan kembang boreh (setaman). Semua sesaji tersebut diletakkan dalam sebuah ancak kemudian dilepas atau dilarung ke tengah lautan dengan doa sesaji.
Di tengah laut setelah sesaji dilepas, beberapa perahu nelayan berebut mendapatkan air dari sesaji itu kemudian disiramkan ke kapal mereka dengan keyakinan kapal tersebut akan mendapatkan banyak berkah saat mencari ikan nantinya. Ketika berebut sesaji juga akan dimeriahkan dengan tradisi perang ketupat dimana antarperahu saling melempar ketupat. Pesta Lomban dimeriahkan pula dengan tarian tradisional gambyong, langen beken, dan pertunjukan seni dan budaya Karimunjawa lainnya.
Untuk menyaksikan acara menarik ini, Anda dapat mengunjungi Ujung Gelam, Pantai Koin, Karimunjawa, serta beberapa tempat yang di tentukan sebelumnya. Acara ini digelar setiap hari ke-7 setelah Idul Fitri oleh masyarakat Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah.
Lomban merupakan acara pesta tahunan masyarakat Karimunjawa yang amat sayang untuk dilewatkan. Masyarakat sekitar sangat antusias saat menyaksikan lomba perahu dayung, panjat pinang, tarik tambang, dan lainnya. Ada juga penyembelihan kambing untuk di masak dan di makan bersama-sama.
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja