TENUN IKAT PARENGAN LAMONGAN
Kabupaten Lamongan banyak memiliki budaya yang menarik. Dalam bidang makanan Lamongan dikenal dengan Soto, Wingko Babat, Tahu Campur, Tahu Tek, Nasi Boranan. Sedangkan dalam bidang tekstil di Lamongan terdapat Batik Sendang dan Tenun Ikat Parengan.
Tenun ikat perkembang di Desa Parengan, Kecamatan Maduran, Kab. Lamongan. Sejarah tenun ikat dimulai dari zaman penjajahan Belanda. Pada zaman penjajahan Belanda orang Lamongan sudah mulai membuat tenun ikat sebagai kerajinan yang ada di kota Lamongan. Sampai saat ini kerajinan tenun ikat masih tumbuh lestari di Desa Parengan.
Di desa ini terdapat industri rumah tangga tenun ikat yang dikelola oleh masyarakat Desa Parengan. Produsen tenun ikat yang terkenal di Desa Parengan, yaitu “Bintang Mas”, “Paradilla”, dan “Al-Maidah”. Selain ketiga produsen tersebut masih banyak produsen lain yang skalanya lebih kecil. Bagi masyarakat Parengan yang tidak bisa mendirikan usaha tenun ikat biasaya bekerja di perusaan tenun ikat yang besar dengan cara mengambil sebagian proses produksi tenun ikat untuk dikerjakan di rumah masing-masing pekerja. Pekerjaan semacam itu menjadi pekerjaan sambilan bagi masyarakat Desa Parengan. Tidak hanya masyarakat Desa Parengan saja yang menjadi pekerja tenun ikat Parengan, tetapi juga masyarakat desa sekitar Parengan, misal Jangkungsumo, Pangkatrejo, Pasarsore, Gendingan, Maduran dan Laren.
Tenun ikat parengan memiliki corak yang khas yaitu, Basokat, Gunungan, Botolan, Sido, Kawung, Original, Tumbuhan bunga.
Pembuatan tenun ikat Parengan dikerjakan secara manual dan 100 % hasil karya tangan manusia tanpa bantuan mesin, hal tersebut membuat tenun ikat ini memiliki harga yang relatif mahal.
Ada beberapa tahapan yang dilalui dalam pembuatan tenun ikat parengan yaitu
a) Mengebum untuk benang dasar kain
b) Proses untuk motif:
1) Memintal benang (nggoben).
2) Benang yang sudah digoben secara bersamaan dimasukkan dalam bentangan
3) Desain gambar: Dalam bentangan berbentuk datar persegi benang diberi motif.
4) Ngiket : Proses pembungkus gambar motif dengan raffia,
5) Ngecop: ngumbi: disela- sela ikatan raffia diberi warna sesuai dengan motif.,
6) Nguculi : setelah warna selesai, tali raffia dilepaskan kemudia
7) Dicelupkan ke dalam warna.
8) Nyentrengi: setelah kering dulu pewarnaan kembali benang diurai dan gulung dalam spul yang nantinya akan dimasukan dalam skoci,
c) Menenun : semua proses sampai menjadi kain tenun
d) Proses akhir
1) kain diproses sesuai dengan ukuran
2) kemudian dijahit, diberi malam
3) kain distrika, dicuci lagi
4) dijemur
5) diproses pelabelan
6) Pemasaran.
Vila Van Resink adalah bangunan cagar budaya berbentuk vila yang terletak di Jalan Siaga, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilik awal vila ini adalah Gertrudes Johannes "Han" Resink, seorang anggota Stuw-groep , sebuah organisasi aktif pada Perang Dunia II yang memperjuangkan kemerdekaan dan pembentukan negara demokratis Hindia Belanda. Bangunan tersebut dibangun pada masa pemerintah Hindia Belanda sebagai bagian dari station hill (tempat tetirah pada musim panas yang berada di pegunungan) untuk boschwezen dienst (pejabat kehutanan Belanda). Pada era Hamengkubuwana VII, kepengelolaan Kaliurang (dalam hal ini termasuk bangunan-bangunan yang berada di wilayah tersebut) diserahkan kepada saudaranya yang bernama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi. Tanah tersebut lantas dimanfaatkan untuk perkebunan nila, tetapi kegiatan itu terhenti kemudian hari karena adanya reorganisasi pertanian dan ekonomi di Vors...
Gereja Kristen Jawa (GKJ) Pakem Kertodadi adalah salah satu gereja di bawah naungan sinode Gereja Kristen Jawa, yang terletak di Jalan Kaliurang km. 18,5, Padukuhan Kertadadi, Kalurahan Pakembinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Awal mula pertumbuhan jemaat gereja ini berkaitan dengan keberadaan Rumah Sakit Paru-Paru Pakem, cabang dari Rumah Sakit Petronela (Tulung), yang didirikan di wilayah Hargobinangun. Sebelum tahun 1945, kegiatan keagamaan umat Kristen diadakan secara sederhana dalam bentuk renungan atau kebaktian pagi yang berlangsung di klinik maupun apotek rumah sakit yang dikenal dengan nama "Loteng". Para perawat di rumah sakit tersebut juga melakukan pelayanan kesehatan ke dusun-dusun di sekitarnya, yaitu Tanen, Sidorejo, Purworejo, dan Banteng. Menurut Notula Rapat Gerejawi, jemaat gereja ini mengadakan penetapan majelis yang pertama kali pada 21 April 1945. Tanggal tersebut lantas disepakati sebagai hari jadi GKJ Pa...
Situs Cepet Pakem adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Cepet, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan temuan dua buah yoni dan sejumlah komponen arsitektur candi di sekitarnya, situs ini diduga merupakan reruntuhan sebuah candi Hindu dari masa klasik. Lokasinya kini berada di area permakaman umum Padukuhan Cepet, berdekatan dengan sebuah masjid. Benda cagar budaya (BCB) utama yang ditemukan di situs ini adalah dua buah yoni yang terbuat dari batu andesit. Kondisi keduanya telah rusak, sedangkan lingganya tidak ditemukan. Yoni pertama awalnya berada di pekarangan penduduk bernama Pujodiyono, tetapi sekarang dipindahkan di halaman makam. Yoni ini memiliki ukuran relatif besar dengan bentuk yang sederhana, yaitu lebar 134 sentimeter, tebal 115 sentimeter, dan tinggi 88 sentimeter. Bagian bawah cerat yoni tersebut tidak bermotif dan memberikan kesan bahwa pengerjaannya belum selesai. Sementara itu, terdap...
Situs Potro atau Pancuran Buto Potro adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Potro, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Situs ini terdiri atas dua benda cagar budaya (BCB) utama yang seluruhnya terbuat dari batu andesit, yaitu jaladwara dan peripih. Jaladwara di situs ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama Pancuran Buto, karena bentuknya menyerupai kepala raksasa (kala) dengan mulut terbuka, gigi bertaring, dan ukirannya menyerupai naga. Sementara itu, keberadaan peripih berukuran cukup besar di situs ini menimbulkan dugaan bahwa pernah berdiri sebuah bangunan keagamaan di sekitar lokasi, kemungkinan sebuah candi, meskipun bentuk dan coraknya tidak dapat dipastikan karena minimnya artefak yang tersisa.
Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati