×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Ritual Adat

Provinsi

DI Jogjakarta

Asal Daerah

Jogjakarta

Supitan

Tanggal 28 Dec 2018 oleh Aze .

Salah satu bagian dari upacara daur hidup masyarakat Jawa adalah upacara supitan, yakni upacara sunat atau khitan bagi anak laki-laki. Sunat adalah proses memotong kulit zakar sehingga kepala penisnya terlihat, dengan maksud untuk menghilangkan sesuker atau kotoran yang ada dalam penis. Bagi penganut agama Islam, proses ini adalah hal yang wajib dilakukan.

Berikut adalah tahap-tahap pelaksanaan Supitan untuk Putra Dalem (anak Sultan) yang dilaksanakan di lingkungan Keraton Yogyakarta, berdasarkan Pranatan Lampah Lampah atau pedoman tata laksana pada tanggal 12 Mei 1975.

Satu hari sebelum pelaksanaan upacara, gamelan Gangsa Slendro dan Pelog ditata di Gedong Gangsa sebelah utara dan selatan sejak pukul 15.00, lalu mulai ditabuh hingga pukul 18.00 oleh Abdi Dalem Punakawan Kridamardawa. Sementara gamelan Kanjeng Kiai Kebo Ganggang ditata di Bangsal Mandalasana.

Selain itu, krobongan, atau pekobongan (bangunan berbentuk bilik kecil non-permanen) sudah mulai ditata di sebelah timur Bangsal Manis dan tetuwuhan (berwujud berbagai jenis daun, tandan pisang beserta batangnya, sebagai perlambang kesuburan) ditata di selatan Tratag Bangsal Kencana, sementara sesaji dipersiapkan oleh Abdi Dalem Wedana Keparak. Sesaji supitan ini berupa tumpeng rombyong, tumpeng gundul, pisang ayu, pisang pundutan peken, seekor ayam hidup dalam keranjang, dan sepasang kembar mayang.

Di hari yang sama pukul 15.00, para Bendara Putri beserta istri para Bendara (keluarga dekat Sultan) dipersilakan masuk ke dalam Kedhaton untuk menghias tempat tidur anak yang akan disunat, kemudian menempati Bangsal Pengapit. Lalu para Bendara yang akan disunat dipersilakan menempati Bangsal Kasatriyan ditemani para Bendara Putri dan istri Abdi Dalem Bupati yang sedang bertugas.

Sesampainya di Bangsal Kasatriyan, para Bendara yang akan disunat menjalani siraman (dimandikan). Usai siraman, para putri dipersilakan kembali ke Bangsal Pengapit. Pukul 19.00 para Bendara Pangeran, Bendara Kakung (yang sudah disunat), serta Mantu Dalem memasuki Gadri Kasatriyan melalui Regol Kemagangan dengan mengenakan pakaian peranakan. Setelah menyantap hidangan makan malam, acara pada hari itu pun berakhir.

Keesokan harinya, Senin, pukul 8.00 pagi gamelan sudah mulai ditabuh oleh Abdi Dalem Punakawan Kridamardawa. Putra Dalem yang akan disunat sudah mengenakan busana pukul 9.30 pagi dan para Bendara Putri serta istri para Bendara, Wayah Putri, dan istri Abdi Dalem Bupati menempati Bangsal Pengapit. Sementara itu para Bendara Pangeran dan para Bendara yang sudah disunat menempati sisi timur Tratag Bangsal Kencana di sebelah utara.

Abdi Dalem Pengulu, Abdi Dalem Bupati Mantu Dalem, Abdi Dalem Bupati Punakawan, Abdi Dalem Sipat Bupati, dan Abdi Dalem Bupati Pensiunan sesudah sowan caos bekti di keraton, kemudian menuju Bangsal Kotak. Ketika para Bendara Pangeran telah memasuki Bangsal Kencana, lalu mereka maju ke sisi utara Tratag Bangsal Kencana.

Jam 9.45 pagi, Sultan memasuki Bangsal Kencana megenakan pakaian takwa, kemudian memanggil Putra Dalem yang akan disunat yang sedang berada di Bangsal Kasatriyan. Setelah menempati Bangsal Kencana, para Putra Dalem yang akan disunat kemudian melakukan penghormatan sebagai tanda bakti, atau caos bekti kepada Sultan. Sultan kemudian mengutus salah satu Bendara Pangeran untuk memeriksa kesiapan ubarampe Supitan. Ketika Bendara Pangeran yang diutus telah kembali dan menyatakan bahwa sudah siap, Sultan kemudian memberi dhawuh (perintah) agar Putra Dalem yang akan disunat memasuki Pekobongan.

Setelah menempati pekobongan dan para Abdi Dalem telah berada di posisi masing-masing, Abdi Dalem Pengulu memimpin doa secara adat. Kemudian ditabuh gamelan Kanjeng Kiai Kebo Ganggang memainkan gending Kodok Ngorek. Seorang Pangeran Sepuh ditugaskan untuk memangku Putra Dalem yang disunat.

Putra Dalem yang telah selesai disunat kemudian duduk di kursi di Bangsal Kencana. Setelah minuman selesai disajikan, Sultan memberi dhawuh kepada para Bendara yang menemani Putra Dalem yang telah disunat untuk kembali ke Bangsal Kasatriyan, sementara para Abdi Dalem diperkenankan untuk mundur. Setelah Sultan meninggalkan tempat, upacara pun selesai.

Pada upacara-upacara daur hidup yang diselenggarakan untuk Putra Dalem (anak Sultan), termasuk Supitan, keraton selalu memberi kesempatan pada para kerabat dan Abdi Dalem apabila hendak ikut serta. Sentana Dalem (kerabat) atau Abdi Dalem yang turut disunat dalam upacara ini disebut dengan bela. Pekobongan untuk bela Wayah Dalem memiliki ukiran yang berbeda dan ditempatkan di dekat pekobongan untuk Putra Dalem. Sedang untuk bela dari Abdi Dalem tidak disunat di pekobongan, tapi cukup di kamar.

Bagi masyarakat Jawa, Supitan adalah upacara yang sangat penting dan menjadi perhatian istimewa. Tiap anak laki-laki harus disunat sebelum menginjak dewasa. Supitan dapat dimaknai sebagai upacara inisiasi, peralihan manusia yang berada dalam suatu krisis agar dapat berada dalam tingkatan kehidupan yang baru. Peralihan yang dimaksud dalam Supitan adalah peralihan seorang anak laki-laki ke masa dewasa, sehingga upacara Supitan dilakukan ketika anak berusia 10-16 tahun. Di samping itu, Supitan juga dianggap sebagai peresmian masuk agama Islam sehingga juga disebut ngislamke, atau mengislamkan.

sumber :https://kratonjogja.id/siklus-hidup/15/supitan-upacara-menuju-kedewasaan-bagi-lelaki

 

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...