Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Legenda Jawa Timur Banyuwangi
Sumur Sri Tanjung
- 15 Februari 2015

Sumur Sri Tanjung adalah salah satu situs yang ada di kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Sumur ini terletak di jalan Sidopekso 10, Kelurahan Temenggungan, Kecamatan Banyuwangi Kota.

Sumur Sri Tanjung ini berdekatan dengan masjid agung, makam Bupati, dan taman Sri Tanjung, tepatnya di gang sebelah timur pendopo yakni di dalam rumah warga. Sumur Sri Tanjung ini ditemukan pada masa Raden Tumenggung Notodiningrat (1912-1920). Sumur ini awalnya hanya semata-mata percobaan warga untuk membuat sumur di rumahnya. Tiba-tiba saat menggali sumur di belakang rumah Bapak Darusman, bau wangi (harum) keluar dari dalam sumur itu. Dan dipercaya bau wangi itu adalah bau Sri Tanjung yang ditenggelamkan oleh Sidopekso ke sungai yang terletak di bawah rumah Bapak Darusman.

Sri tanjung dan Sidopekso merupakan legenda turun-temurun yang merupakan kisah asmara dan kesetiaan yang merupakan cikal bakal Banyuwangi. Konon menurut warga setempat, air sumur kadang bisa berubah warna dan aromanya. Kadang berbau wangi atau kadangpun berbau anyir / amis. Jika aroma air sumur berubah menjadi wangi, maka itu akan menjadi suatu pertanda baik yang akan menimpa suatu daerah ataupun bangsa ini. Namun jika aroma air sumur berubah menjadi anyir/amis, maka itu akan menjadi suatu pertanda buruk yang akan menimpa suatu daerah ataupun bangsa ini. Misalnya kenyataan yang pernah terjadi di tahun 1965- an, sumur ini pernah berbau wangi. Dan ternyata di tahun inilah Gerakan 30 September oleh PKI (G 30 S/ PKI) terjadi.

Sumur Sri Tanjung ini berbentuk persegi panjang dengan panjang sekitar 1,4 meter dan lebar 0,8 meter, serta dalam yang tak lebih dari 7 meter. Lebar sumur tersebut sama dengan lebar gang yang para pengunjung lewati saat mencapai sumur Sri Tanjung ini karena sumur ini jadi satu dengan rumah pemilik sumur ini.

Ki Darusman selaku juru kunci mengaku baru percaya akan kehebatan sumur Sri Tanjung, setelah pada tahun 1982 ada rombongan dari kraton Solo dan Klaten yang datang ke Bnyuwangi hanya khusus untuk berziarah ke sumur Sri Tanjung.

Para sesepuh kraton mengatakan bahwa sumur Sri Tanjung adalah salah satu sumur tiban tertua di tanah Jawa, yang merupakan satu-satunya peninggalan sejarah.

Sejak itulah Ki Darusman mau merawat sumur Sri Tanjung, walau para sesepuh dan nenek moyangnya sudah lebih dulu merawat dan sumur Sri Tanjung.

Legenda putri Sri Tanjung ini, hingga kini memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat Osing Banyuwangi, bahkan bagi masyarakat diluar Banyuwangi juga mempercayai kekuatan putri Sri Tanjung itu. Sumur Sri Tanjung dinyakini masih menyimpan beberapa misteri dan kekuatan gaib.

Sumur Sri Tanjung diyakini oleh sebagian masyarakat memiliki beberapa kasiat ampuh. Air sumur ini dipercaya dapat mengabulkan doa ataupun hajat. Bahkan ada yang mempercayai bahwa air sumur dapat membuat awet muda. Dan ada juga yang menganggap, jika meminum dan mandi menggunakan air sumur ini maka akan mendapat berkah.

Menurut juru kunci sumur Sri Tanjung Ki Darusman, para peziarah yang datang biasa terlebih dahulu diilhami atau didatangi oleh seorang putri yang cantik bernama Sri Tanjung.

Kebanyakan para peziarah datang pada hari Selasa Kliwon, Selasa Legi, Jum'at Kliwon dan Jum'at Legi. Namun menurut warga setempat, air sumur ini seringkali berbau harum pada saat hari Kamis Malam atau Malam Jum'at di hari itulah Sang Putri Sri Tanjung menampakkan dirinya.

Jika para peziarah ingin berinteraksi dengan Putri Sri Tanjung dengan didampingi Ki Darusman selaku juru kunci, maka para peziarah harus membawa kembang telon atau bunga pasar berwarna tiga macam untuk persembahan kepada Sang Putri Sri Tanjung.

Setelah persembahan kembang telon di tempatkan dipinggir sumur, maka juru kunci Ki Darusman akan memanggil Putri Sri Tanjung dengan menyalakan dupa wangi untuk mendapatkan doa restu. Usai mendapatkan doa restu, para penziarah baru diperkenankan meminta dan bermunajat kepada Allah SWT dengan melalui sumur Sri Tanjung.

Setelah melakukan ritual do`a maka satu persatu peziarah diminta cuci muka dengan air sumur kemudian meminumnya.

Sri Tanjung merupakan suatu legenda menceritakan bagaimana seorang putri yang sangat cantik jelita dan setia kepada sang suami yakni Sidopekso, difitnah oleh seorang raja yang bernama Sulokromo. Kesetiaan Sri Tanjung kepada Sidopekso ini juga merupakan legenda terbentuknya nama Banyuwangi.

Konon, dahulu kala wilayah ujung timur Pulau Jawa yang alamnya begitu indah ini dipimpin oleh seorang raja yang bernama Prabu Sulahkromo. Dalam menjalankan pemerintahannya ia dibantu oleh seorang Patih yang gagah berani, arif, tampan bernama Patih Sidopekso. Istri Patih Sidopekso yang bernama Sri Tanjung sangatlah elok parasnya, halus budi bahasanya sehingga membuat sang Raja tergila- gila padanya. Agar tercapai hasrat sang raja untuk membujuk dan merayu Sri Tanjung maka muncullah akal liciknya dengan memerintah Patih Sidopekso untuk menjalankan tugas yang tidak mungkin bisa dicapai oleh manusia biasa dan kira-kira membutuhkan waktu yang cukup lama. Maka dengan tegas dan gagah berani, tanpa curiga, sang Patih berangkat untuk menjalankan titah Sang Raja.

Sepeninggal Sang Patih Sidopekso, sikap tak senonoh Prabu Sulahkromo dengan merayu dan memfitnah Sri Tanjung dengan segala tipu daya dilakukanya. Namun cinta Sang Raja tidak kesampaian dan Sri Tanjung tetap teguh pendiriannya, sebagai istri yang selalu berdoa untuk suaminya. Api panas membara hati Sang Raja ketika cintanya ditolak oleh Sri Tanjung.

Ketika Patih Sidopekso kembali dari misi tugasnya, ia langsung menghadap Sang Raja. Akal busuk Sang Raja muncul, memfitnah Patih Sidopekso dengan menyampaikan bahwa sepeninggal Sang Patih pada saat menjalankan titah raja meninggalkan istana, Sri Tanjung mendatangi dan merayu serta bertindak serong dengan Sang Raja.

Tanpa berfikir panjang, Patih Sidopekso langsung menemui Sri Tanjung dengan penuh kemarahan dan tuduhan yang tidak beralasan. Pengakuan Sri Tanjung yang lugu dan jujur membuat hati Patih Sidopekso semakin panas menahan amarah. Namun Sidopekso mengelaknya dan berniat membunuh Sritanjung. Sritanjung di bawa olehnya ke pinggir sungai. Dengan rasa menyesal, Sritanjung mencoba menceritakan hal yang sebenarnya terjadi dan menolak tuduhan suaminya. Namun mendengar kata-kata istrinya, amarah Sidopekso semakin berkobar.

Untuk mencoba membuktikan rasa setianya pada suaminya,Sritanjung meminta agar Sidopekso membunuhnya. Permintaan terakhirnya adalah agarjasadnya di hanyutkan ke sungai yang keruh. Dia berpesan apabila air sungai tersebut berbau amis, maka benar bahwa dia telah melakukan kesalahanAkhirya, Sidopekso langsung menancapkan kerisnya ke dada Sritanjung, seketika itu Sritanjung meninggal. Lalu mayat Sritanjung segera di tenggelamkan ke sungai. Setelah beberapa saat Sidopekso sangat kaget, air yang tadinya keruh berubah menjadi bening seperti kaca. Selain itu air tersebut menyebarkan bau harum.

Merasakan itu Sidopekso sangat menyesal dengan apa yang telah di perbuatnya pada Sritanjung. Dia marah-marah pada dirinya sendiri sambil berteriak-teriak layaknya orang gila. Dia berjalan sempoyongan dan akhirnya tercebur ke pinggir sungai. Tanpa terasa Sidopekso mengucapkan Banyuwangi...... Banyuwangi...... Banyuwangi......... Hingga akhirnya orang-orang menamai daerahnya BANYUWANGI.

Sumber: http://jurirakyat.blogspot.com/2013/07/legenda-sumur-sri-tanjung-cerita-rakyat.html?m=1

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline