|
|
|
|
Sumbar Suru #DaftarSB19 Tanggal 11 Feb 2019 oleh Della Defriza. |
Salah satu permainan tradisional yang populer di kalangan anak-anak di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Sumbar suru. Adapula yang menyebut permainan ini dengan Sebar suru atau Simbar suru. Dinamakan sumbar suru, karena permainan ini dilakukan dengan menyebarkan biji-bijian. Setelah biji-bijian itu disebarkan, lalu disendok dengan daun yang sifatnya kaku, yang istilah Jawanya adalah "disuru". Daun yang digunakan bisa daun sawo kecik atau daun sawo manila. Jumlah pemain dalam permainan ini terdiri atas 2-5 orang anak, dan biasanya dijadikan dua kelompok. Setiap pemain berkewajiban memiliki sejumlah biji sawo kecik atau biji tanjung, yang cukup untuk bermain dan bagus kondisinya, misalnya sebanyak 50, 60, atau 100 biji. Untuk tempat kecik, biasanya dipergunakan kantong dari kain, atau sebuah besek kecil. Selain biji sawo kecik, setiap pemain juga memiliki suru dari daun yang hanya diambil bagian tengahnya saja. Bagian ujung dan pangkalnya dibuang. Sedangkan untuk tempat permainan diperlukan lantai yang datar dengan ukuran kurang lebih 40 x 40 cm. Bila seorang pemain akan memulai permainan sesuai dengan urutan giliran bermain, ia mengucapkan kata-kata: "sumbar awar-awar dadia saltar, jenggar".
Ketentuan-ketentuan dalam permainan sumbar suru ini antara lain:
1) Biji kecik harus yang kondisi sempurna, tidak boleh terlalu muda, dan cacat, misalnya retak, dan sebagainya,
2) Yang boleh disenduk (disuru) hanyalah yang berada di dalam batas tempat permainan. Yang berada di dalam garis harus ditentukan masuk atau keluar batas tempat bermain dengan jalan disodok dengan suru.
3) Ketika menyenduk, apabila sudah tersentuh tetapi tidak tersenduk, berarti mati atau harus digantikan oleh pemain urutan berikutnya.
4) Ketika menyenduk, bila menyentuh atau menggerakkan biji yang lain, berarti mati atau harus digantikan oleh pemain urutan berikutnya.
5) Bila tidak dapat dimasukkan dalam rongga tangan kiri juga dianggap mati atau harus digantikan oleh pemain urutan berikutnya.
6) Ketika menyenduk, duduknya tidak boleh berpindah. Apabila waktu menyenduk bokong sampai terangkat juga dianggap mati atau harus digantikan oleh pemain urutan berikutnya.
Tahap-Tahap Permainan
Pada tahap pertama, setelah terkumpul 25 biji sawo kecik, Anif segera menggenggam 25 biji sawo kecik pada tangan kanan, sambil mengayunkan genggaman tangan ia berkata: "sumbar awar-awar, dadia selatar jenggar". Waktu mengatakan "jenggar", Arif menyebarkan 25 biji sawo kecik yang digenggam dalam tempat permainan. Biji yang berada di luar garis tak boleh disenduk, sedang yang ada di garis disodok, bila masuk ke dalam garis boleh disenduk, bila di luar garis, tidak boleh.
Cara menyuru atau menyenduk dengan meletakkan potongan daun sawo kecik di antara telunjuk dan jari manis, dengan jari tengah pada sebelah dalam. Bila telah menyenduk 2 atau 3 kali berhasil baik, lalu biji sawo kecik itu dimasukkan pada telapak tanagn kiri. Waktu menyenduk harus satu per satu, tak boleh 2 biji sekaligus, tidak boleh menyentuh yang lain, tidak boleh gagal, tidak boleh mengangkat bokong, dan sebagainya.
Pada tahap kedua, bergantilah Bintan yang bermain. Bintan menggenggam biji sawo kecik yang tinggal 22 biji, lalu menyebarkan biji tersebut pada tempat permainan. Biji yang di luar garis tak boleh disenduk, yang di garis disodok. Bila sewaktu menyenduk biji yang ke-9 bokongnya terpaksa terangkat, maka ia dinyatakan mati.
Pada tahap ketiga, bergantilah Cici yang bermain. Cici menggenggam 14 biji tersebut, lalu menyendok biji yang berada di dalam batas tempat bermain satu demi satu. Misalnya sewaktu menyenduk biji yang ke-5 menyentuh biji yang lain, maka ia dinyatakan mati.
Pada tahap keempat, berganti Dhea yang bermain. Dhea menggenggam 10 biji, menyebarkannya, lalu menyenduk biji yang berada di dalam batas tempat bermain satu demi satu. Sewaktu menyenduk biji yang ke-7 Dhea gagal menyenduknya, ia dinyatakan mati.
Pada tahap kelima, bergantilah Edi yang bermain. Biji sawo tinggal 4 biji dan semuanya disebar dalam tempat permainan dan dapat tersenduk oleh Edi dengan baik. Karena semua pemain sudah mendapat giliran bermain dan mereka sepakat untuk melanjutkan permainan, maka dimulailah permainan baru lagi. Masing-masing menyerahkan lagi 5 buah sawo kecik dan pada permainan ini Edi berhak bermain lebih dulu karena ia daoat melaksanakan tugas permainannya dengan selamat. Bila Edi dinyatakan mati, maka Arif yang menggantikannya, demikian seterusnya.
Manfaat Permainan Tradisional Sumbar Suru
Permainan ini mendidik anak ke arah bertindak hati-hati dalam menyusun strategi permainan, ketepatan dalam memperkirakan biji-biji yang akan disebar dan menentukan biji yang akan disuru, teliti dalam menghitung, disiplin dalam mengikuti jalannya permainan, bertanggung jawab dan berani menanggung resiko. Di samping itu, nilai-nilai budaya yang terkandung dalam permainan ini meliputi nilai kebersamaan, keterampilan, kerukunan, keuletan, ketangkasan, dan solidaritas.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |