×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Legenda

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Gorontalo

Asal Daerah

Gorontalo

Asal Mula Daerah Tapa, Tuladenggi, dan Panthungo.

Tanggal 13 Feb 2019 oleh Ariowibowo .

Suatu hari, Raja Tilahunga dari Kerajaan Bolango hendak berkelana. Sebelumnya, dia berpesan pada para menterinya. “Wahai para menteri, jagalah kerajaan ini selama aku pergi. Uruslah semua keperluan rakyat dengan baik. Aku percaya bahwa kalian mampu melakukannya.“Baginda tak usah khawatir, kami akan menjaga negeri ini dengan baik meski Baginda tak berada disini,” jawab salah satu di antara mereka. Mendengar jawaban itu, hati Raja Tilahunga lega.

 

Raja Tilahunga ditemani oleh beberapa pengawalnya untuk melaksanakan perjalanannya. Tujuan mereka adalah dari Bolango ke arah hulu. Mereka menyusuri bukit yang terjal, sungai yang deras, dan berbagai rintangan lainnya. Namun, semua hambatan itu tak menyurutkan niat Raja Tilahunga. Tetapi, tak demikian dengan para pengawalnya. Mereka tampak pucat dan kelelahan. Sebagai raja yang bijaksana, beliau pun memerintahkan mereka semua untuk beristirahat. Para pengawal menyambut gembira. Mereka lalu duduk bergerombol di tanah sambil melepas lelah.

Melihat keakraban para pengawalnya, Raja merasa senang. Beliau lalu ikut duduk di tanah setelah sebelumnya melepaskan semua atribut kerajaan yang dikenakannya. Beliau melakukan hal itu sebagai tanda bahwa dirinya tak berbeda dengan para pengawalnya. Atribut-atribut itu diletakkannya di tanah. Apa yang Raja Tilahunga lakukan itu disebut dengan 'tapatopo' yang artinya meletakkan sesuatu untuk sementara. Itulah sebabnya, sampai sekarang bukit tempat mereka beristirahat ini disebut Bukit Tapa.

 

Setelah cukup beristirahat, mereka melanjutkan perjalanan.Semakin lama, perjalanan itu terasa semakin berat, apalagi matahari bersinar terik. Raja memerintahkan para pengawalnya berhenti untuk makan. Namun saat mereka hendak makan, ada salah satu pengawal yang bernama Denggi berbuat curang. Dia mengambil jatahmakanan lebih banyak dari teman-temannya.Mengetahui keserakahan Denggi, teman-temannya pun marah. Keributan pun tak terelakkan.

Raja Tilahunga berusaha menengahi keributan itu. ”Denggi, kau seharusnya malu dengan perbuatanmu. Kita semua sama-sama lapar, bahkan aku pun tak meminta makanan lebih banyak daripada yang kalian makan.” Mendengar perkataan Raja, Denggi pun merasa malu. Dia lalu mengembalikan makanan yang diambilnya dan meminta maaf pada teman-temannya. Sejak saat itu, padang rumput tempat Raja Tilahunga dan para pengawalnya makan itu diberi nama Tuladenggi. Nama ini berasal dari kata tula yang artinya serakah. Setelah makan dengan kenyang, perjalanan dilanjutkan. Beberapa hari mereka melakukan perjalanan sampai akhirnya mereka menemukan tanah yang tampak subur. Tanah berbukit-bukit itu tampak asri, apalagi letaknya di pinggir Danau Limboto.

 

Melihat pemandangan yang indah, Raja Tilahunga mengusulkan agar mereka mencoba bercocok tanam di situ. Mendengar usul rajanya, para prajurit pun mengeluarkan peralatan berkebun mereka. Namun sayang, banyak peralatan itu yang rusak selama perjalanan. Cangkul, kapak, gergaji, semuanya patah tangkainya.

”Wah, bagaimana ini? Bisakah kalian memperbaikinya?” tanya Raja.

”Tak masalah, Baginda. Kami bisa memperbaikinya,” jawab para pengawalnya.

 

Setelah alat-alat itu diperbaiki, mereka semua bergotong royong mengolah tanah itu. Ada yang mencangkul, ada yang menyebar bibit tanaman, dan ada yang menyirami.

Raja Tilahunga amat betah berada di tempat itu. Beliau kemudian memberi nama tempat itu Panthungo, yang berarti tangkai peralatan berkebun. Raja Tilahunga dan para pengawalnya tinggal di Panthungo untuk beberapa lama. Mereka mendirikan sebuah rumah sederhana untuk tempat tinggal mereka. Sebenarnya Raja Tilahunga senang tinggal di Panthungo, namun beliau tak mungkin meninggalkan Bolango begitu saja.

 

Akhirnya, beliau pun memutuskan kembali ke Kerajaan Bolango. Namun beberapa pengawalnya tinggal dan menjadi penduduk Panthungo. Demikianlah asal mula nama daerah Tapa, Tuladenggi, dan Panthungo.

 

 

DISKUSI


TERBARU


Makanan Khas Je...

Oleh Yaemmm | 10 May 2024.
Makanan daerah

Horog-Horog adalah makanan khas Jepara sebagai sumber karbohidrat dapat menjadi pengganti nasi. Bahan utamanya adlah tepung yang terbuat dari pohon a...

Tari Hudoq: Mer...

Oleh Firasalihaz | 03 May 2024.
Tarian Tradisional

Budaya Tari Hudoq dari Kalimantan Timur mempesona dengan keunikan dan kedalaman maknanya. Tarian ini berasal dari suku Dayak Basad, di mana penari la...

Candi Ijo - Sej...

Oleh Dewiarya | 02 May 2024.
Bangunan Bersejarah

Candi ijo terletak di kecamatan Prambanan Sleman DIY , kita harus melewati perbukitan Boko yang berbatu cadas, Candi Ijo merupakan situs seja...

Lumpia

Oleh Kyaya | 28 Apr 2024.
Makanan khas

Lumpia merupakan salah satu kuliner khas semarang yang banyak di gemari masyarakat. Ciri khas dari lumpia semarang yaitu berada pada isianya, rebun...

Kolintang: Alat...

Oleh Klasiktoto | 27 Apr 2024.
Alat Musik Tradisional

Sulawesi Tenggara, surganya keberagaman budaya, telah menjadi tempat bagi berbagai suku yang membentuk kehidupan dan kebudayaan yang kaya. Dalam jurn...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...