Untuk membuat sopi biasanya dipilih pohon Koli atau Lontar yang sudah menghasilkan buah. Biasanya batang yang menghasilkan buah dipotong kemudian airnya yang disebut nira akan keluar. Air nira ini yang kemudian ditampung dalam sebuah bambu yang telah disiapkan. Kemudian air nira ini diturunkan dari pohon Koli dan dibawa pulang untuk nantinya disuling atau dimasak untuk mengambil air yang mengandung kadar alkohol. Proses penyulingannya yaitu dengan cara dimasak sampai uap air yang mengandung alkohol naik ke atas. Air yang mengandung kadar alkohol yang sudah terpisah kemudian ditampung dalam sebuah bambu (zaman dahulu), sekarang telah memakai botol. Air yang pertama keluar itu yang biasanya mengandung kadar alkohol paling tinggi. Sopi yang telah siap ini kemudian akan disimpan untuk waktu yang tidak menentu dan akan dikeluarkan ketika kampung atau orang tersebut akan melakukan sebuah upacara adat.
Sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/wbtb/?newdetail&detailCatat=4860
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang