×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Elemen Budaya

Produk Arsitektur

Provinsi

DI Jogjakarta

Situs Ratu Boko

Tanggal 05 Sep 2014 oleh Oase .

Kompleks Situs Ratu Boko terletak di atas perbukitan dengan ketinggian 195,97 m dpal, di sebelah selatan Prambanan. Secara administratif, situs ini terletak di dua dusun, yaitu Dusun Sambirejo dan Dusun Dawung, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi situs berada kira-kira 2 km ke arah selatan, dari Jalan Jogja-Solo. Dilihat dari lokasinya, kompleks Ratu Boko mempunyai keunikan dan daya tarik tersendiri, karena dari kompleks yang berada di atas perbukitan tersebut dapat dinikmati pemandangan alam yang indah dan menawan.

Situs Ratu Boko adalah satu-satunya situs pemukiman masa klasik terbesar yang ditemukan di Jawa, khususnya Jawa bagian tengah. Keistimewaan ini menjadikan Ratu Boko sebagai situs yang spesifik, masih banyak menyimpan misteri serta berbagai fenomena menarik untuk ditelusuri dan diungkap.
Latar belakang sejarah Situs Ratu Boko belum dapat diketahui secara pasti, akan tetapi untuk dapat mengungkapnya selain digunakan data nontekstual (bangunan, arca, keramik, gerabah, dan artefak-artefak lain), juga digunakan data tekstual berupa temuan prasasti-prasasti.

Di sekitar Situs Ratu Boko telah ditemukan beberapa prasasti, antara lain:  lima fragamen prasasti berhuruf Pranagari dan berbahasa Sanskerta, tiga prasasti berhuruf Jawa Kuna, dalam bentuk syair Sanskerta, satu prasasti berbahasa dwilingual (Sanskerta-Jawa Kuna), serta satu tulisan singkat (inskripsi) pada lempengan emas.

PRASASTI ratu bokoPrasasti Situs Ratu Boko BG.530

Berdasarkan prasasti yang ada dapat disimpulkan bahwa Kawasan Situs Ratu Boko merupakan kawasan peninggalan sejarah yang bercorak Hinduisme dan Buddhisme yang dibangun sekitar abad VIII – IX M. Kompleks Situs Ratu Boko pada mulanya merupakan sebuah kompleks wihara, yaitu asrama untuk tempat tinggal para biksu dalam agama Buddha. Dalam prasasti tertua yang ditemukan di Situs Ratu Boko, tercantum angka tahun 714 Saka (792 M.), isinya tentang peringatan pendirian abhayagiriwihara oleh Rakai Panangkaran. Selanjutnya pada tahun 856 M., fungsi kompleks Situs Ratu Boko berubah menjadi kediaman seorang penguasa yang bernama Rakai Walaing Pu Khumbayoni (Sri Kumbhaja) yang menganut agama Hindu. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila unsur agama Hindu dan Buddha tampak pada kompleks bangunan ini. Keberagaman kepercayaan dan multikulturalisme sumber daya budaya tergambarkan dari warisan budaya yang ada. Hal itu menunjukkan prinsip toleransi dan harmoni yang mengakar. Unsur Hindu dapat ditunjukkan melalui yoni, tiga miniatur candi, arca Ganesa, dan Durga, serta lempengan emas dan perak bertuliskan mantera agama Hindu, sedangkan unsur Buddha terlihat dari adanya temuan arca Buddha, reruntuhan stupa, dan stupika.

Menurut lokasinya, bangunan-bangunan di Situs Ratu Boko dapat dikelompokkan menjadi lima, berikut ini.
1. Kelompok Gapura Utama, terletak di sebelah barat yang terdiri atas gugusan Gapura Utama I dan II, talud, pagar, candi pembakaran, dan sisa-sisa reruntuhan.
2. Kelompok Paseban, terdiri atas dua buah batur paseban, talud, dan pagar paseban termasuk gapura dan beberapa umpak batu.
3. Kelompok Keputren, berada di halaman yang lebih rendah, terdiri atas dua buah batur, kolam segi empat, pagar, dan gapura.
4. Kelompok Pendapa, terdiri atas batur pendapa dan pringgitan yang dikelilingi pagar batu dengan tiga gapura sebagai pintu masuk, candi miniatur yang dikelilingi teras-teras segi empat, beberapa kolam penampung air yang dikelilingi pagar lengkap dengan gapuranya dan struktur talud yang diberi pagar di bagian atasnya.
5. Kelompok Gua, terdiri atas Gua Lanang, Gua Wadon, bak tandon air, dan tangga batu cadas alam.

pendopo ratu bokoSituasi Pendopo

alun2 ratu bokoSituasi Alun-alun

Bangunan-bangunan pada kompleks tersebut terletak di teras-teras yang dibuat pada punggung hingga puncak bukit, dengan halaman paling depan terletak di sebelah barat, terdiri atas tiga teras. Di halaman teras pertama, sudah tidak ditemukan bekas-bekas bangunan kecuali pagar teras yang berfungsi sebagai penguat dan batas teras. Halaman teras kedua ditandai oleh bangunan gapura yang menghadap ke barat. Masing-masing teras dipisahkan oleh pagar dari batu andesit setinggi 3,50 m dan tebing teras diperkuat dengan susunan batu andesit. Batas halaman sebelah selatan juga berupa pagar dari batu andesit, namun batas utara merupakan dinding bukit yang dipahat langsung. Teras pertama dengan teras kedua dihubungkan oleh gapura I, sedangkan gapura II menghubungkan teras kedua dan ketiga. Di bagian luar pagar yang membatasi teras kedua dan ketiga terdapat parit selebar 1,50 m. Dinding dan dasar parit diperkuat dengan susunan batu andesit.

Penelitian awal yang mengacu pada upaya pemugaran situs Ratu Boko dimulai tahun 1938 oleh F.D.K. Bosch, N.J. Krom, dan W.F. Stutterheim. Kegiatan penelitian awal ini meliputi pendeskripsian, pengukuran, dan pemotretan terhadap sisa-sisa bangunan yang sudah tampak jelas di permukaan tanah. Penelitian awal tersebut berlangsung sampai dengan tahun 1973, kemudian penanganannya diambil alih oleh bangsa Indonesia. Untuk selanjutnya dalam rangkaian penelitian itu dilakukan pula ekskavasi penyelamatan terhadap beberapa struktur bangunan yang terpendam  tanah.

 

Sumber: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/2014/06/04/selayang-pandang-tentang-situs-ratu-boko/

DISKUSI


TERBARU


Ulos Jugia

Oleh Zendratoteam | 14 Dec 2024.
Ulos

ULOS JUGIA Ulos Jugia disebut juga sebagai " Ulos na so ra pipot " atau pinunsaan. Biasanya adalah ulos "Homitan" yang disimp...

Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...