Batu Pake berasal dari bahasa setempat yang terdiri atas dua suku kata yaitu batu dan pake yang berarti batu yang dipahat. Sedangkan Gojeng adalah lokasi ditemukannya Batu Pake. Dengan demikian disebut dengan Batu Pake Gojeng. Berdasarkan data arkeologis diketahui bahwa pada tempat ini pernah ada aktifitas manusia pada masa lampau.
Sebuah sumber lisan masyarakat setempat menyatakan bahwa pendiri Kerajaan Batu Pake, I Baso Batu Pake sebagai raja yang pertama Kerajaan Batu Pake.Pendapat lain mengatakan bahwa awal mula pendiri Kerajaan Batu Pake ialah La Tenri Lallo Manurungnge Ri Wowolonrong yang didampingi oleh istrinya yang bernama Datue Ri Lino kemudian dianugerahi seorang anak laki-laki yang bernama Baso Batu Pake.
Setelah Manurungnge menghilang Baso Batu Pake menggantikan ayahnya sebagai Raja Batu Pake II. Pada masa pemerintahannya Batu Pake tumbuh sebagai kerajaan yang kuat dan sejahtera. Pengembangan geopolitik juga dilakukan sehingga dia mengangkat kerajaan bawahan yaitu melantik Raja Bulo-Bulo yang bernama I Patimang Daeng Tappajang sebagai Raja Bulo-Bulo yang pertama.
Walaupun Kerajaan Batu Pake hanya dipinpin oleh dua raja, namun memegang peranan penting karena merupakan cikal bakal tumbuhnya beberapa kerajaan di Kabupaten Sinjai. Kerajaan tersebu dikenal dengan nama Kerajaan Bulo-Bulo, Lamatti dan Tondong yang ketiganya dikenal dengan istilah Tellulimpoe.
Lokasi ini merupakan lokasi pemakaman Raja Batu Pake Gojeng dan keluarganya. Situs Batu Pake Gojeng berdasarkan ciri-ciri arkeologisnya, situs pemakaman tersebut bercorak tradisi megalitik. Hal ini dapat diamati pada sistem pembuatan Batu Pake yang dibuat dari batuan dasar (Bed Rock) jenis sedimen lunak. Pahatan tersebut membentuk segi empat. Batu Pake ini umumnya memperlihatkan arah ahadap Timur-Barat dengan ukuran yang bervariasi.
Tahun 1982 pernah dilakukan ekskavasi dan ditemukan fosil gigi manusia. memperhatikan arah hadap makam ini memberikan indikasi bahwa makam tersebut memperlihatkan bentuk makam pra islam.
Beberapa temuan lainnya yang terdapat pada situs ini berupa alat batu dan manik-manik. Temuan pendukung lainnya berupa sumur batu dan lumpang batu yang ditemukan cukup banyak. Lumpang Batu memiliki ukuran yang bervariasi antara 10 sampai 50 cm sedangkan sumur batu yang ditemukan memiliki diameter antara 50 hingga 200 cm setiap lubangnya.
Temuan lainnya berupa altar batu yang ditemukan pada sisi utara yang terbuat dari batu dasar. yang dipahat. Peninggalan kebudayaan megalitik Batu Pake gojeng belum diketahui pertanggalannya. Namun, dengan ditemukannya keramik asing telah memberikan petunjuk bahwa situs Batu Pake Gojeng memiliki hubungan dengan dunia luar sejak periode Dinasti Ming.
Lokasi ini adalah lokasi pemakaman Raja-Raja Batu Pake Gojeng serta keluarganya namun juga ekofak. Di sini pengunjung bisa menyaksikan menhir-menhir memiliki ukuran kecil dan masih banyak lagi batu pahat persegi.
Latar Sejarah Kerajaan Batu Pake Gojeng yang pada awalnya berasal dari kelompok orang-orang yang berlokasi di daerah Gojeng ini tumbuh dan berkembang pada saat sebelum Islam masuk daerah Sinjai.
Salah satu batu pahat persegi yang berlubang diakui sebagai bekas makam para raja-raja keturunan Raja Batu Pake Gojeng yang pertama. Di sini juga terdapat pemandian tua yang konon merupakan pemandian raja-raja terdahulu.
Tidak hanya bisa melihat bongkahan-bongkahan batu yang bernilai sejarah serta pecahan atau fragmen keramik serta tulang belulang yang bernilai sejarah Tinggi, pengunjung yang datang akan dimanjakan dengan keelokan pemandangan di sekitar taman purbakala ini.
Beragam burung endemik seperti burung nuri kalimantan, burung beo, burung kutilang dan rajawali sumatera dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung.
Sebuah gambaran tentang keindahan suatu bentukan fenomena alam yang menjadi sebuah eksotisme bagi penjelajah atau pelesiran dengan rangkaian latar belakang sejarah keberadaan dimana para nenek moyang mulai mengatur siasat dan merencanakan sesuatu demi mempertahankan wilayah bumi Tellulimpoe.
Puncak Taman Purbakala Batu Pake Gojeng yang juga merupakan Benteng pengintaian dan markas pertahanan Jepang dengan kemudahan mengawasi kapal laut yang melintasi Teluk Bone maupun pesawat terbang sekutu. Memiliki panorama alam Kabupaten Sinjai, memandang jauh deretan Pulau Sembilan dengan jejer rimbunan hutan bakau Tongke-tongke, serta laut yang biru menghampar diatas terumbu karang Larea-rea.
Keunikan dari ketinggian arkeologi dan bentukan alam ini adalah sebuah misteri yang belum terpecahkan. Ketika dilakukan penggalian penyelamatan (Rescue Excavation) pada tahun 1982, dikawasan ini ditemukan berbagai jenis benda cagar budaya (BCB) bergerak seperti keramik dan pecahan-pecahannya, tembikar sejumlah kecil fragment keramik blue underglass serta gigi buvidae, yang diperkirakan dari zaman Dinasty Ming, fosil kayu dan peti mayat. Taman Purbakala memiliki nilai historis tersendiri dimana memiliki tiga tinggalan seperti tinggalan megalitik, artifak, dan ekofak.
Tinggalan megalitik terbukti dengan adanya batu berlubang yang berdiameter sangat variatif yaitu antara 15 cm hingga 70 cm. Meskipun demikian secara umum ukuran diameter lubang berkisar 25 cm, 40 cm, dan 50 cm dengan kedalaman 35-60 cm yang merupakan ukuran dominan secara acak dan tersusun, seperti satu lubang besar yang dikelilingi oleh sejumlah lubang kecil atau sederet lubang kecil diapit oleh dua buah lubang besar, sepasang lubang sejajar dengan ukuran yang sama atau berbeda, dan sebagainya.
Tinggalan arkeologi lainnya dengan adanya Menhir-menhir kecil yang berukuran tinggi 12-47 cm, lebar antara 20-23 cm. sedangkan peninggalan megalitik yang paling utama dengan terdapatnya bongkahan alami yang memiliki ukuran yang bervariasi. Dan tinggalan batu berpahat persegi yang merupakan titik pusat dari variasi batu berpahat lainnya. Salah satu dari batu berlubang persegi (yang terbesar) hingga kini masih dipercaya oleh masyarakat sekitar situs Batu Pake Gojeng sebagai bekas makam Raja-raja keturunan Raja Batu Pake Gojeng yang pertama.
Bukti peninggalan arkeologisnya telah dirapikan dibuat dengan jalan setapak sebanyak 120 buah anak tangga menuju bukit dan dijadikan lokasi obyek daya tarik wisata baik alam maupun budaya. Di dalam areal situs berbagai pohon dapat kita jumpai seperti cemara (casuarinas sp), pohon cenrana yang sudah cukup tua, kalumpang (Stercuilla), kelapa (Cocos Nucivera), Kamboja (Plumera accuminata), Akasia (Casia sp), serta Bougenville (Bougenvillea spectabilis). Dalam mendukung kepariwisataan dilokasi taman ini pemerintah Kabupaten Sinjai dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata telah melengkapi sarana pendukung (Caravanning Sites) seperti renovasi rumah adat Taman Purbakala serta fasilitas lainnya seperti tempat permandian yang telah tua yang diyakini tempat permandian para raja-raja, refreshing kid dengan taman bermain anak-anak seperti ayunan dan luncuran, berbagai species burung yang dikarantinakan dengan variasi kandang seperti burung Rajawali Sumatera dengan kandang besar seluas 6 x 6 m dan tinggi hampir 4 mtr. Sedangkan burung Beo, Nuri Kalimantan, sepasang burung Kutilang, Serta species burung lainnya menempati kandang seukuran 1 x 1,5 mtr dengan tinggi hampir 2 mtr.
Sumber:
-
http://sinjaikab.go.id/v3/batu-pake-gojeng/
-
http://fwsinjai.blogspot.co.id/2016/12/taman-purbakala-batu-pake-gojeng.html
-
https://daradaeng.com/wisata-alam-taman-purbakala-batu-pake-gojeng.html