“Cuit..cuit..cuit…”, suara burung terdengar indah di pagi hari yang cerah itu. Selintas siulan burung lainnya pun membalas dengan bersahut-sahutan. Udara yang begitu segar diselingi angin semilir mengawali hari itu dengan nyamannya. Matahari pun tak mau kalah memamerkan pesonanya, hangat dan berpadu mesra dengan sejuknya sebuah desa di Lembah Baliem. Pagi itu sangatlah berkesan, terutama bagi wisatawan yang terbiasa dengan keramaian kota dan bisingnya metropolitan. Desa ini sangat damai dan tentram.
Desa cantik ini bernama Desa Kurulu. Sebuah desa yang menjadi tempat tinggal bagi salah satu keluarga dari Suku Dani, suku terbesar di Papua yang terdapat di Lembah Baliem. Semua warga desa ini sebenarnya masih mempunyai hubungan keluarga. Mereka telah hidup sejak jaman purbakala dan tetap bertahan dengan budaya aslinya di tempat ini hingga jaman modern. Desa ini pun menjadi salah satu desa yang memiliki jumlah keluarga cukup besar, bila dibandingkan dengan desa lain yang tersebar luas di kawasan Lembah Baliem.
Dalam satu desa yang ditinggali masyarakat Dani, biasanya terdapat 3 hingga 4 silimo. Silimo sendiri adalah tempat tinggal bagi beberapa keluarga kecil yang berkelompok dan berada dalam satu pagar. Umumnya, satu silimo berisi 2 hingga 4 keluarga, tergantung kebijakan masing-masing keluarga kecil.
Sebuah Silimo memiliki sistem tempat tinggal yang terorganisir. Keberadaan Silimo diawali oleh sebuah pintu gerbang atau Mokareilla. Pintu ini menjadi celah masuk Silimo yang dikelilingi oleh pagar kayu atau biasa disebut Legar Obapuhu. Pagar ini berujung runcing dan ditutupi oleh tanah serta lumpur. Selanjutnya, di dalam Silimo terdapat beberapa bangunan yang memiliki jenis berbeda dan terbagi menurut fungsinya masing-masing. Sebenarnya, pembagian bangunan ini tidak begitu rumit. Pembagian ini cukup sederhana dan perbedaan fungsi tiap bangunannya pun terlihat jelas.
Pertama yang selalu terdapat di Silimo adalah rumah khas Papua yang bernama Honai. Bentuknya menyerupai jamur dangan atap jerami dan dinding kayu. Bentuk dan materi bangunan ini dibuat dengan tujuan agar suhu di dalamnya tetap terjaga hangat, mengingat dinginnya Lembah Baliem di saat malam hari.
Honai terbagi menjadi dua jenis. Jenis yang pertama adalah Pilamo, ini adalah Honai utama bagi kaum pria dalam satu Silimo. Semua aktifitas keluarga dikendalikan dari dalam Pilamo oleh para kepala keluarga. Pilamo hanya boleh dimasuki oleh kaum pria, dan hanya ada satu di dalam satu Silimo.
Kemudian, Honai berikutnya bernama Huma. Honai ini adalah tempat tinggal bagi kaum wanita dan anak-anak. Berbeda dengan Pilamo, Huma biasanya berjumlah lebih dari satu dalam sebuah Silimo. Semua kegiatan yang dilakukan oleh wanita terjadi di dalam Huma, contohnya mengurus anak, membuat kerajinan, hingga bercengkrama. Aturan dalam Huma pun tidak seketat Pilamo, kaum pria boleh memasuki Honai jenis ini.
Bangunan lain yang terdapat dalam Silimo salah satunya adalah Hunila. Sejenis Honai, namun memiliki bentuk memanjang dan lebih luas. Hunila merupakan dapur yang menjadi pusat pembuatan makanan bagi seluruh penghuni Silimo. Biasanya, kaum wanita membakar ubi atau memasak sagu di dalam bangunan ini. Setelah masak, makanan akan diantarkan ke dalam Pilamo terlebih dahulu, baru kemudian dibagikan kepada keluarga secara keseluruhan.
Berikutnya adalah Wam Dabula, bangunan ini adalah kandang ternak. Hewan ternak utama yang biasa dipelihara di kandang ini adalah babi atau biasa disebut Wam. Bangunan ini cukup spesial, karena Wam sangat bernilai bagi masyarakat Dani. Umumnya, Wam Dabula berbentuk rumah panjang mirip Hunila, namun dengan ukuran yang jauh lebih kecil dan ditempatkan di sudut-sudut Silimo yang agak jauh dari Honai.
Secara umum, bangunan-bangunan inilah yang selalu ada dalam satu Silimo. Semua mempunyai fungsi dan bentuk yang berbeda satu dengan lainnya. Keberadaan bangunan-bangunan unik nan indah ini menjadi sebuah tradisi yang terus diturunkan antar generasi suku Dani dan masih bertahan hingga saat ini. Selain itu, struktur organisasi tempat tinggal suku Dani ini pun menjadi sebuah bukti kebudayaan luhur yang dimiliki Sang Penghuni Lembah Baliem.
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.