|
|
|
|
Sinoman, Perkumpulan Pelipur Lara Tanggal 07 Aug 2018 oleh OSKM18_19918028_Claresta Dhyhan Ediganiputri. |
Manusia sebagai makhluk sosial pasti tidak bisa melepaskan kebutuhan untuk dapat memiliki relasi dengan lingkungan sekitarnya, baik dalam lingkup besar maupun kecil, dan dalam berbagai aspek kehidupan.
Kebutuhan manusia untuk dapat termasuk dalam suatu lingkungan masyarakat pun membuatnya secara tidak langsung membentuk perkumpulan dan kelompok-kelompok. Dengan perkumpulan tersebut, diharapkan manusia dapat menjalani kehidupan dengan lebih baik dan nyaman.
Salah satunya budaya di Gresik, Jawa Timur, yang kadang dilakukan pada saat-saat tertentu di musala atau rumah penduduk yang menyanggupi. Pertemuan sekumpulan warga tersebut dinamakan sinoman, biasanya dibentuk untuk membantu warga yang sedang mengalami kesulitan seperti kematian atau warga yang memiliki acara hajatan pernikahan dan sejenisnya.
Keanggotaan dalam sinoman tidak dibatasi oleh RT atau kampong. Setiap orang dari wilayah manapun berhak untuk memilih sinoman mana yang ingin ia ikuti. Yang pasti, anggota sinoman diharuskan untuk membayar iuran berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. Uang iuran itu pun akan dibuat laporannya dan dipaparkan secara transparan pemasukan dan pengeluarannya kepada para anggota pada saat pertemuan.
Apabila ada warga yang mengalami kesulitan, misalnya terjadi kematian salah seorang anggota keluarga, maka pengurus sinoman akan mengurus proses penyediaan liang lahat, pemberitahuan kepada warga, penyediaan alat untuk memandikan mayat, menyolati mayat sampai proses pemakaman selesai, dengan biaya yang ditanggung oleh iuran anggota sinoman.
Berbeda dengan di Ibu Kota yang jika ada warga yang meninggal, akan dipasang bendera kuning sebagai pemberitahuan, di Gresik tidak ada pemasangan bendera kuning. Pemberitahuan kepada warga dilakukan dengan membunyikan kempul, alat musik seperti gong dalam pertunjukkan wayang, sebanyak tiga kali dengan frekuensi yang bervariasi untuk setiap prosesnya.
Misal, pada pukulan pertama, pukulannya agak pelan dan jarak pukulan satu dengan yang lainnya agak panjang, para pengurus akan berkumpul dan membagi tugas pada proses pemakaman, seperti menyiapkan tempat pemandian jenazah, kain penutup, dan sebagainya.
Pada puku;an kedua, jarak pukulan satu dengan lainnya agak pendek dan iramanya cepat, menandakan warga untuk berkumpul untuk mendoakan, bertazkiah di dalam atau di depan rumah duka.
Kemudian pada pukulan ketiga, itu menandakan bahwa jenazah akan disalatkan dan dimakamkan. Dulu hanya laki-laki yang mengantar jenazah sampai ke makam, namun kini perempuan juga terlihat ikut mengantar bersama para lelaki.
Dengan adanya sinoman, anggota keluarga yang ditinggalkan diharapkan dapat diringankan bebannya dan terhibur hatinya, meskipun hanya sedikit. Sinoman ada karena manusia pasti membutuhkan manusia lainnya, terutama disaat orang yang tersayang pergi dan tidak akan kembali.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |