Cerita ini merupakan salah satu cerita tradisional Batak yang menceritakan kecerdikan seorang tokoh. Demikianlah cerita ini:
Alhasil pada suatu hari ada seorang pedagang garam bernama Simamora. Simamora adalah seorang pedagang yang ramah dan jujur dalam berdagang. Berkat sifatnya ini banyak orang yang senang membeli dagangan Simamora dan dia pun tidak pernah kekurangan pelanggan. Pada suatu hari SImamora melakukan sebuah perjalanan dagang. Dalam perjalanan tersebut dia bertemu dengan dua orang pedagang garam lainnya.
Seiring berjalannya waktu, Simamora menjadi kompak berjualan dengan kedua rekannya itu. Meskipun demikian, diam-diam kedua rekannya itu iri dengan keberhasilan Simamora. Simamora selalu dapat menarik lebih banyak pelanggan dan berjualan lebih banyak dibanding kedua rekannya itu. Maka mereka pun berkomplot untuk menghancurkan bisnis saingan mereka.
Suatu hari Simamora dan kedua rekannya menginap di warung kopi suatu desa karena hujan turun. Pemilik warung kopi itu tidak tinggal disana sehingga tidak ada yang menjaga warung kopi tersebut. Kedua rekan Simamora melihat ini sebagai kesempatan untuk mencuri kuda dan garam dagangan Simamora, sehingga dengan demikian mereka dapat akhirnya menyingkirkan saingan mereka.
Mereka pun mengusulkan pada Simamora agar mereka berjaga secara bergiliran sampai pagi tiba. Simamora heran dengan usul mereka ini,"Apakah perlu? Bukankah selama ini tidak pernah terjadi apa-apa?" tanya Simamora. "Itu tidak menjamin bahwa kita akan aman selamanya" jawab kedua rekannya. Mendengar ini Simamora menjadi gusar. Dia pun mengusulkan agar mereka menyembunyikan garam dagangan mereka saja daripada berjaga secara bergiliran.
Tidak ingin rencana mereka gagal, kedua rekannya menyanggah bahwa tidak mungkin dia dapat menyembunyikan garamnya karena warung tersebut terlalu kecil. Simamora dengan percaya diri menyatakan bahwa dia pasti dapat menyembunyikan garam tersebut. Kedua rekannya tidak percaya sama sekali dengan klaim Simamora. Mereka pun melihat kesempatan untuk menjatuhkan Simamora tanpa perlu melakukan pencurian.
Kedua rekan Simamora mengusulkan agar mereka bertaruh, jika mereka dapat menemukan garam yang disembunyikan Simamora pada paginya mereka boleh memiliki garam tersebut. Sebaliknya jika mereka tidak dapat menemukan garam tersebut maka garam dagangan mereka menjadi milik Simamora. Simamora setuju dengan taruhan tersebut. Mereka bahkan setuju menaikkan taruhan itu dengan mengikutsertakan kuda-kuda mereka.
Simamora pun pergi menyembunyikan garamnya. Dia kembali kepada rekannya dalam waktu tidak sampai dua menit. Melihat ini kedua rekannya percaya diri bahwa mereka akan dengan mudah menemukan garam miliki Simamora, sebab tempat persembunyian garam tersebut pasti cukup dekat pikir mereka. Malamnya Simamora tidur dengan nyenyak sementara kedua rekannya tidak sabar dengan apa yang mereka percayai sebagai akan menjadi kemenangan mereka pada paginya.
Pagi pun tiba dan kedua rekan Simamora pergi mencari garam miliknya. Mereka mengobrak-abrik barang di warung kopi tersebut. Tidak menemukan garam tersebut, maka mereka pun mencari di sekita warung kopi dan desa tersebut. Mereka mencari di segala tempat: bambu pembatas desa, semak belukar, bahkan tumpukan sampah pun mereka geledah. Pencarian mereka tidak membuahkan hasil. Mereka pun mulai pergi mencari ke luar desa.
Waktu lama berlalu dan kedua rekan Simamora belum kembali juga. Simamora pun menyimpulkan bahwa dia telah menang dan pergi melanjutkan perjalanannya dengan membawa kedua kuda rekannya bersama garam mereka. Setelah lama mencari kedua rekannya tadi kembali ke warung kopi tersebut. Mereka melihat bahwa Simamora telah pergi dan menyadari kekalahan mereka. Merasa gagal mereka pun memutuskan untuk minum kopi di warung tersebut.
Pemilik warung kopi tersebut mengambil air dari sumur dekat warung tersebut. Maka terjadilah kegemparan diantara pengunjung warung tersebut sebab rasa kopi mereka asin. Kedua rekan Simamora tercengang dan segera menyadari bahwa ada yang tidak beres. Mereka pun bergegas ke sumur di dekat warung kopi tersebut dan menemukan benda yang mereka selama ini cari-cari: garam milik Simamora.
Penduduk sekitar pun terheran-heran dengan penemuan mereka itu. Kedua rekan Simamora pun mengungkapkan bahwa Simamora menyembunyikan garamnya di sumur karena takut dicuri orang. "Bodoh benar dia" (oto ma i) pikir orang-orang. Kedua rekannya itu setuju dengan pendapat orang-orang tersebut karena ingin menutupi kemalangan mereka sendiri.
Cerita tentang Simamora yang menyembunyikan garam di sumur itu pun menyebar. Kedua pedagang garam yang kalah taruhan itu menceritakan tentang "Simamora yang bodoh" (Simamora Na Oto) pada orang-orang yang mereka temui.
Demikianlah cerita rakyat yang berasal dari budaya Batak tersebu. Semoga warisan budaya ini tetap dilesatarikan
#OSKMITB2018
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...