Silek merupakan kesenian beladiri yang berasal dari Sumatera Barat, namun pernahkah teman - teman mendengar tentang "Silek Lanyah" ?
Silek Lanyah, meruapkan salah satu dari upaya pergerakan yang menjadikan dusun Kubu Gadang dikenal oleh masyarakat luas baik di Indonesia maupun mancanegara. Silat ini merupakan hasil inovasi yang berdasarkan kepada seni beladiri asli Minangkabau yaitu Silek. Pergerakan yang dilakukan di Kubu Gadang, Kota Padang Panjang ini merupakan salah satu bentuk upaya mengangkat kembali nilai - nilai kearifan Minangkabau dan kebudayaan serta kesenian tradisi untuk kembali dikenal dan diterapkan oleh seluruh kalangan khusunya bagi pemuda - pemudi Minang. Silek Lanyah yang dikemas menjadi sebuah atraksi pertunjukan ini didasarkan kepada seni beladiri asli Minangkabau yaitu silek. Utamanya berdasarkan kepada gerakan dari aliran Silek Tuo Nagari Gunuang yang merupakan salah satu aliran silek di Minangkabau.
Silek Lanyah merupakan bentuk atraksi yang dikemas berdasarkan serta berlandaskan kepada kebudayaan dan kesenian tradisi yang telah ada sebelumnya. Silek Lanyah berarti silat lumpur. Silek ini dilakukan didalam kubangan sawah yang akan dibajak, gerakan - gerakan silek ini menjadi menarik karena dilakukan didalam sawah. Para Pandeka Silek Lanyah ini biasanya melakukan atraksinya di sawah tepi jalan kampung kubu gadang Kota Padang Panjang.
Silek Lanyah ini merupakan Silek Kubu Gadang, Silek ini termasuk susah untuk mempelajarinya karena Silek ini dimainkan di dalam Lumpur (Lanyah). Sensasi yang timbul dari atraksi ini adalah ketika gerakan - gerakan pemain silek menimbulkan percikan air dimana air dan lumpur sawah menjadi salah satu sarana yang membuat silek ini sangat menarik. Selain itu, Silek Lanyah tidak hanya dimainkan dengan tangan kosong saja melainkan Silek Lanyah ini juga dimainkan dengan Senjata Tajam seperti Pisau dan Senjata Silek lainnya sehingga membuat ini juga sangat menantang.
Pandeka Silek Lanyah latihan didalam Lanyah dan juga melakukan jurus kuncian dan jurus lainnya.Silek ini dilakukan didalam lanyah dilakukan dengan tujuan agar memiliki kelincahan dalam Sileknya.
Guru Besar Silek Tuo ini bernama 'Inyiak Upiak Palantiang" Meskipun usianya suda seabad lebih namun Guru Besar Silek Lanyah ini masih sangat lincah dalam Basilek hingga ujung usianya.
Ini adalah foto dari Guru Besar Silek Lanyah "Inyiak Upiak Palantiang"
Selain itu saat ini Silek Lanyah sudah banyak di kunjungi para pejabat tinggi negara dan mereka sangat terkagum atas atraksi yang ditampilkan oleh Silek Lanyah ini. Dan juga hingga saat ini, Dusun Kubu Gadang selalu didatangi oleh para peminat Kebudayaan dan Kesenian hingga para fotografer untuk menyaksikan atraksi Silek Lanyah. Mulai dari masyarakat lokal, nasional hingga Internasional.
Silek lanyah juga telah diundang dalam perhelatan even yang dilakukan diwilayah Sumatera Barat diantaranya menjadi salah satu bentuk atraksi yang termasuk dalam rangkaian kegiatan Pasa Harau Art And Culture Festival yang diadakan pada tahun 2016 di kawasan Lembah Harau Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai upaya pergerakan mengangkat kebudayaan dan kesenian Minangkabau serta kesenian yang berkembang di Sumatera Barat dengan memanfaatkan potensi alam yang dikemas dalam bentuk festival.
Berikut gambar tentang Silek Lanyah :
Maka, ayo kembangkan dan cintai budaya Indonesia agar tetap dapat lestari dan dinikmati oleh seluruh generasi kita pada di masa depan nanti !
Sumber :
2. http://basilek.blogspot.com/2016/06/silek-lanyah-di-minangkabau.html
Disunting oleh Annisa Dwi Fadhillah (16918067)
#OSKMITB2018
Vila Van Resink adalah bangunan cagar budaya berbentuk vila yang terletak di Jalan Siaga, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilik awal vila ini adalah Gertrudes Johannes "Han" Resink, seorang anggota Stuw-groep , sebuah organisasi aktif pada Perang Dunia II yang memperjuangkan kemerdekaan dan pembentukan negara demokratis Hindia Belanda. Bangunan tersebut dibangun pada masa pemerintah Hindia Belanda sebagai bagian dari station hill (tempat tetirah pada musim panas yang berada di pegunungan) untuk boschwezen dienst (pejabat kehutanan Belanda). Pada era Hamengkubuwana VII, kepengelolaan Kaliurang (dalam hal ini termasuk bangunan-bangunan yang berada di wilayah tersebut) diserahkan kepada saudaranya yang bernama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi. Tanah tersebut lantas dimanfaatkan untuk perkebunan nila, tetapi kegiatan itu terhenti kemudian hari karena adanya reorganisasi pertanian dan ekonomi di Vors...
Gereja Kristen Jawa (GKJ) Pakem Kertodadi adalah salah satu gereja di bawah naungan sinode Gereja Kristen Jawa, yang terletak di Jalan Kaliurang km. 18,5, Padukuhan Kertadadi, Kalurahan Pakembinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Awal mula pertumbuhan jemaat gereja ini berkaitan dengan keberadaan Rumah Sakit Paru-Paru Pakem, cabang dari Rumah Sakit Petronela (Tulung), yang didirikan di wilayah Hargobinangun. Sebelum tahun 1945, kegiatan keagamaan umat Kristen diadakan secara sederhana dalam bentuk renungan atau kebaktian pagi yang berlangsung di klinik maupun apotek rumah sakit yang dikenal dengan nama "Loteng". Para perawat di rumah sakit tersebut juga melakukan pelayanan kesehatan ke dusun-dusun di sekitarnya, yaitu Tanen, Sidorejo, Purworejo, dan Banteng. Menurut Notula Rapat Gerejawi, jemaat gereja ini mengadakan penetapan majelis yang pertama kali pada 21 April 1945. Tanggal tersebut lantas disepakati sebagai hari jadi GKJ Pa...
Situs Cepet Pakem adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Cepet, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan temuan dua buah yoni dan sejumlah komponen arsitektur candi di sekitarnya, situs ini diduga merupakan reruntuhan sebuah candi Hindu dari masa klasik. Lokasinya kini berada di area permakaman umum Padukuhan Cepet, berdekatan dengan sebuah masjid. Benda cagar budaya (BCB) utama yang ditemukan di situs ini adalah dua buah yoni yang terbuat dari batu andesit. Kondisi keduanya telah rusak, sedangkan lingganya tidak ditemukan. Yoni pertama awalnya berada di pekarangan penduduk bernama Pujodiyono, tetapi sekarang dipindahkan di halaman makam. Yoni ini memiliki ukuran relatif besar dengan bentuk yang sederhana, yaitu lebar 134 sentimeter, tebal 115 sentimeter, dan tinggi 88 sentimeter. Bagian bawah cerat yoni tersebut tidak bermotif dan memberikan kesan bahwa pengerjaannya belum selesai. Sementara itu, terdap...
Situs Potro atau Pancuran Buto Potro adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Potro, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Situs ini terdiri atas dua benda cagar budaya (BCB) utama yang seluruhnya terbuat dari batu andesit, yaitu jaladwara dan peripih. Jaladwara di situs ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama Pancuran Buto, karena bentuknya menyerupai kepala raksasa (kala) dengan mulut terbuka, gigi bertaring, dan ukirannya menyerupai naga. Sementara itu, keberadaan peripih berukuran cukup besar di situs ini menimbulkan dugaan bahwa pernah berdiri sebuah bangunan keagamaan di sekitar lokasi, kemungkinan sebuah candi, meskipun bentuk dan coraknya tidak dapat dipastikan karena minimnya artefak yang tersisa.
Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati