Indonesia adalah negara yang tersebar dari sabang sampai merauke. Indonesia Memiliki keanekaragaman budaya dan kesenian. Namun zaman sekarang ini, banyak anak remaja yang lebih memilih budaya barat ketimbang budaya asli Indonesia. Menurutnya, budaya kebaratan membuat mereka terlihat keren dan kekinian. Banyak kebudayaan asli Indonesia terbengkalai dan terlupakan. Akibatnya, budaya asli Indonesia sudah mulai terkikis dengan budaya barat. Mirisnya lagi, beberapa budaya asli Indonesia pernah diakui oleh negara lain. Padahal banyak sekali kesenian asli Indonesia yang sangat menarik untuk diketahui dan dipelajari, salah satunya yaitu Silat Cingkrik asal Betawi.
Silat Cingkrik ditemukan oleh Ki Maing 100 tahun lalu. Silat ini dikembangkan oleh tiga orang guru, mereka adalah Ki Ajid, Ki Ashari dan Ki Ali, kemudian silat ini dikembangkan lagi oleh Ki Goning, Ki Sinan dan masih banyak lagi. Silat ini memiliki keunikan, dimana gerakannya menyerupai orang yang sedang menari.
Silat Cingkrik menjadi salah satu warisan budaya Betawi. Silat yang beraliran main pukul ini tumbuh dan berkembang di jantung Jakarta, Rawa Belong. Silat cingkrik dilestarikan di Sanggar Pitung Rawabelong, Jalan Yusuf, Kelurahan Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta barat, dipimpin oleh Bachtiar Zakaria, pria asli Betawi yang sangat konsisten ingin melestarikan seni dan budaya Betawi. Silat ini mulai dilestarikan sejak tahun 1995.
Beliau mengatakan bahwa silat ini sudah sampai jalur internasional. “Cingkrik Rawa Belong saat ini banyak sudah kemana-mana, sudah meluas sampai ke luar negeri juga ada. Ke Malaysia juga udah ada,” kata Bachtiar. Salah satu faktor yang membuat silat Cingkrik berkembang adalah singkatnya waktu mempelajari silat ini. Jurus-jurus cingkrik Rawa Belong bisa dipelajari dalam kurun waktu enam bulan dengan intensitas latihan teratur. Cingkrik bisa dipelajari lebih cepat bagi seseorang yang memiliki dasar keahlian bela diri. “sekiranya butuh waktu paling lama 6 bulan untuk belajar silat Cingkrik. Tapi kalau orang itu sudah ada dasar bisa silat, 3 bulan sudah cukup untuk belajar,” Bachtiar menjelaskan.
Hebatnya lagi, silat ini berkembang tanpa adanya subsidi dan tetap bertahan (di sanggar pitung). “Alhamdulillah, saya istiqomah. Saya ingin menyampaikan kebaikan meski hanya satu ain. Saya ingin memberikan kesempatan bagi mereka yang mau belajar namun tidak memiliki biaya,” ujarnya.
”Melihat pendekar Betawi beraksi silat Cingkrik seperti seseorang menari. Namun jurusnya justru mematikan lawan”.
Ada dua belas jurus yang digunakan dalam melakoni silat Cingkrik. “Silat Cingkrik memiliki dua belas jurus, yaitu jurus keset, keset bacok, keset gedor, jurus cingkrik, jurus selendang, langkah tiga, langkah empat, tiktuk, saup, jurus macan, jurus singa, dan langkah dua belas,” jelasnya.
“adalah mengandalkan gerakan tangan dan kaki, serta gerakan refleks,” ujar Bachtiar
Vila Van Resink adalah bangunan cagar budaya berbentuk vila yang terletak di Jalan Siaga, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilik awal vila ini adalah Gertrudes Johannes "Han" Resink, seorang anggota Stuw-groep , sebuah organisasi aktif pada Perang Dunia II yang memperjuangkan kemerdekaan dan pembentukan negara demokratis Hindia Belanda. Bangunan tersebut dibangun pada masa pemerintah Hindia Belanda sebagai bagian dari station hill (tempat tetirah pada musim panas yang berada di pegunungan) untuk boschwezen dienst (pejabat kehutanan Belanda). Pada era Hamengkubuwana VII, kepengelolaan Kaliurang (dalam hal ini termasuk bangunan-bangunan yang berada di wilayah tersebut) diserahkan kepada saudaranya yang bernama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi. Tanah tersebut lantas dimanfaatkan untuk perkebunan nila, tetapi kegiatan itu terhenti kemudian hari karena adanya reorganisasi pertanian dan ekonomi di Vors...
Gereja Kristen Jawa (GKJ) Pakem Kertodadi adalah salah satu gereja di bawah naungan sinode Gereja Kristen Jawa, yang terletak di Jalan Kaliurang km. 18,5, Padukuhan Kertadadi, Kalurahan Pakembinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Awal mula pertumbuhan jemaat gereja ini berkaitan dengan keberadaan Rumah Sakit Paru-Paru Pakem, cabang dari Rumah Sakit Petronela (Tulung), yang didirikan di wilayah Hargobinangun. Sebelum tahun 1945, kegiatan keagamaan umat Kristen diadakan secara sederhana dalam bentuk renungan atau kebaktian pagi yang berlangsung di klinik maupun apotek rumah sakit yang dikenal dengan nama "Loteng". Para perawat di rumah sakit tersebut juga melakukan pelayanan kesehatan ke dusun-dusun di sekitarnya, yaitu Tanen, Sidorejo, Purworejo, dan Banteng. Menurut Notula Rapat Gerejawi, jemaat gereja ini mengadakan penetapan majelis yang pertama kali pada 21 April 1945. Tanggal tersebut lantas disepakati sebagai hari jadi GKJ Pa...
Situs Cepet Pakem adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Cepet, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan temuan dua buah yoni dan sejumlah komponen arsitektur candi di sekitarnya, situs ini diduga merupakan reruntuhan sebuah candi Hindu dari masa klasik. Lokasinya kini berada di area permakaman umum Padukuhan Cepet, berdekatan dengan sebuah masjid. Benda cagar budaya (BCB) utama yang ditemukan di situs ini adalah dua buah yoni yang terbuat dari batu andesit. Kondisi keduanya telah rusak, sedangkan lingganya tidak ditemukan. Yoni pertama awalnya berada di pekarangan penduduk bernama Pujodiyono, tetapi sekarang dipindahkan di halaman makam. Yoni ini memiliki ukuran relatif besar dengan bentuk yang sederhana, yaitu lebar 134 sentimeter, tebal 115 sentimeter, dan tinggi 88 sentimeter. Bagian bawah cerat yoni tersebut tidak bermotif dan memberikan kesan bahwa pengerjaannya belum selesai. Sementara itu, terdap...
Situs Potro atau Pancuran Buto Potro adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Potro, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Situs ini terdiri atas dua benda cagar budaya (BCB) utama yang seluruhnya terbuat dari batu andesit, yaitu jaladwara dan peripih. Jaladwara di situs ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama Pancuran Buto, karena bentuknya menyerupai kepala raksasa (kala) dengan mulut terbuka, gigi bertaring, dan ukirannya menyerupai naga. Sementara itu, keberadaan peripih berukuran cukup besar di situs ini menimbulkan dugaan bahwa pernah berdiri sebuah bangunan keagamaan di sekitar lokasi, kemungkinan sebuah candi, meskipun bentuk dan coraknya tidak dapat dipastikan karena minimnya artefak yang tersisa.
Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati