Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Jambi Jambi
Si Yatim
- 23 November 2018

Hiduplah seorang raja di Jambi pada masa lampau. Sang Raja terkenal kejam dan sewenang-wenang perilakunya. Mudah pula Sang Raja menjatuhkan hukuman bagi seseorang yang dianggapnya bersalah, termasuk hukuman yang terhitung berat. Sang Raja juga dikenal bodoh. Karena kebodohannya, sang raja mudah ditipu atau dikelabui orang lain.

Sang Raja banyak mempunyai kerbau. Kerbau-kerbau itu digembalakan oleh seorang anak remaja yang tidak lagi mempunyai bapak dan ibu. Si Yatim, begitu Si gembala itu biasa dipanggil.

Setiap pagi Si Yatim menggembalakan kerbau-kerbau milik Sang Raja di padang penggembalaan. Hampir seharian penuh Si Yatim menjaga kerbau-kerbau itu. Menjelang senja Si Yatim akan menggiring kerbau-kerbau itu kembali ke kandangnya. Ia cermat menghitung jumlah kerbau-kerbau gembalaannya karena tidak ingin mendapat hukuman yang sangat berat dari Sang Raja jika kerbau gembalaannya hilang.

Si Yatim mempunyai kegemaran ketika menggembala. Ia biasa menangkap ekor kerbau dengan seruas bambu. Jika kerbau mengibaskan ekornya, baik ke kanan atau ke kiri, Si Yatim akan bergerak cepat untuk menangkap ekor kerbau itu dengan bambunya. Hampir setiap saat Si Yatim melakukan kegemaran itu hingga ia sangat terampil menangkap gerakan ekor kerbau dengan bambu. Selain itu Si Yatim juga terampil memainkan pisau. Ia mempunyai sebilah pisau kecil yang tajam yang disimpannya di balik lipatan celananya.

Waktu terus berlalu. Si Yatim pun tumbuh menjadi pemuda yang gagah lagi tampan wajahnya.

Pada suatu hari Sang Raja memeriksa kerbau- kerbau miliknya. Semula Sang Raja sangat gembira mendapati jumlah kerbaunya kian meningkat banyak dan kesemuanya terlihat gemuk-gemuk tubuhnya. Namun, ketika Sang Raja mengamati ekor kerbau miliknya, ia menjadi keheranan. Kesemua ekor kerbau miliknya itu terlihat cacat karena luka. Dengan kemarahan yang mulai meninggi, Sang Raja lantas bertanya pada Si Yatim, “Mengapa semua ekor kerbau milikku ini terdapat bekas lukanya?”

Si Yatim menjawab jujur. Selama menggembala, ia biasa menangkap ekor-ekor kerbau itu dengan seruas bambu. “Ampun Tuan Raja, hamba melakukannya untuk mengurangi rasa jenuh yang hamba rasakan karena seharian berada di padang penggembalaan.”

Tak terperikan kemarahan Sang Raja mendengar jawaban Si Yatim. Ia merasa harus menghukum Si Yatim dengan hukuman yang sangat berat. Ia akan menghukum Si Yatim secara diam-diam. Dengan wajah dan sikap yang diusahakannya tidak menampakkan kemarahan, Sang Raja kemudian berkata, “Kukira engkau tidak lagi pantas menjadi penggembala, lebih pantas kiranya engkau menjadi prajurit. Tubuhmu kuat dan juga gerakanmu gesit. Sebagai calon prajurit, engkau harus diuji.”

“Ampun Tuan Raja, ujian apa yang harus hamba lakukan?” tanya Si Yatim.

“Engkau hendaknya menangkap aneka senjata yang kutusukkan,” jawab Sang Raja. “Aku akan menusukmu dengan keris, pedang, dan tombak. Engkau harus bisa menangkapnya. Engkau paham?”

“Paham, Tuan Raja,” Si Yatim menganggukkan kepala. “Hamba memohon diberikan sarung aneka senjata itu ketika menangkap.”

Bagi Sang Raja, ujian itu sesungguhnya hukuman bagi Si Yatim. Sang Raja akan menusukkan senjatanya ke tubuh Si Yatim. Jika Si Yatim lengah atau tidak cekatan, ia bisa terbunuh oleh tusukan Sang Raja dan Sang Raja tidak bisa disalahkan karenanya.

Sesuai permintaannya, Si Yatim mendapatkan sarung keris, sarung pedang, dan juga sarung tombak. Seketika ia mendapat tiga sarung itu, Sang Raja lantas melaksanakan niat buruknya. Dengan keris tajamnya ia menusuk tubuh Si Yatim. Si Yatim menghadapi tusukan itu seperti yang biasa ia lakukan ketika menangkap ekor kerbau dengan bambunya. Dengan gerakan gesit ia menangkap tusukan keris Sang Raja dengan sarung keris.

Sang Raja sangat marah mendapati tusukan kerisnya dapat dengan mudah dihadapi Si Yatim. Ia lantas menyabetkan pedangnya ke arah leher Si Yatim, lagi-lagi, sabetan pedang Sang Raja dapat dengan mudah ditangkap Si Yatim dengan menyarungkan sarung pedang ke dalam pedang. Sang Raja kian murka. Sang Raja lantas menghujamkan tombaknya ke tubuh Si Yatim. Tetapjuga hujaman tombak itu mudah ditangkap Si Yatim dengan menyarungkan sarung tombak yang dipegangnya.

Sang Raja serasa kebingungan untuk mengalahkan Si Yatim. Akhirnya ia memerintahkan prajuritnya untuk menangkap Si Yatim dan memasukkannya ke dalam keramba. “Tenggelamkan keramba itu ke sungai!” perintah Sang Raja.

Perintah kejam Sang Raja itu dilakukan. Si Yatim dimasukkan ke dalam keramba dan kemudian ditenggelamkan ke dalam sungai. Sang Raja sangat yakin jika Si Yatim akan menemui kematiannya.

Ketika di dalam keramba yang ditenggelamkan di dalam sungai, Si Yatim lalu mengeluarkan pisau kecil dari balik lipatan celananya. Tali pengikat keramba berhasil diputuskannya dengan irisan pisau kecilnya yang sangat tajam itu. Ia lalu naik ke permukaan sungai dan berenang menuju daratan.

Si Yatim tidak bisa tinggal diam mendapati kekejaman dan kesewenang-wenangan Sang Raja. Ia akan menghukum Sang Raja. Dipikirkannya cara yang cerdik untuk menghukum Sang Raja. Cara itu pun didapatkannya. Ia lalu membeli baju baru dengan uang simpanannya. Dengan mengenakan baju baru, Si Yatim kemudian menghadap Sang Raja.

Sang Raja sangat terkejut mendapati si Yatim dapat lolos dari hukuman mengerikannya.

“Ampun Tuan Raja,” kata Si Yatim setelah menghadap. “Kedatangan hamba untuk menghadap Tuan Raja ini untuk menyatakan terima kasih hamba yang tidak terkira.”

“Bagaimana maksudmu?” tanya Sang Raja dengan wajah menyiratkan keheranan dan kebingungan.

“Keramba itu ternyata jalan menuju surga, Tuan Raja,” kata Si Yatim dengan wajah berseri- seri. “Ketika hamba berada di dalam surga, hamba bertemu dengan kedua orangtua hamba. Lihatlah pakaian yang hamba kenakan Ini! Pakaian indah ini adalah pemberian kedua orangtua hamba. Betapa bahagianya hamba mendapatkan semua ini dan bertambah-tambah kebahagiaan hamba ketika juga menemukan kedua orangtua Tuan Raja di surga itu!”

“Engkau bertemu dengan kedua orangtuaku?”

“Benar, Tuan Raja,” jawab Si Yatim. “Kedua orangtua Tuan Raja itu sangat rindu bertemu Tuan Raja. Mereka mengharapkan Tuan Raja dapat menjenguk mereka.”

Sang Raja yang bodoh itu percaya dengan penjelasan Si Yatim. Ia pun memerintahkan prajuritnya untuk membuatkan sebuah keramba yang besar yang dapat dimasukinya untuk menuju surga. Sebelum memasuki keramba, Sang Raja berpesan, selama ia tengah menuju surga, maka semua urusan kerajaan hendaklah ditangani Si Yatim yang telah ditunjuknya menjadi wakilnya.

Sang Raja pun memasuki keramba dan meminta segera ditenggelamkan ke dalam sungai. Sesuai perintah Sang Raja, selama Sang Raja berada di dalam keramba, semua urusan kerajaan dilakukan oleh Si Yatim. Si Yatim melakukan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Prajurit dan rakyat merasakan kedamaian dan ketenangan dalam pemerintahan Si Yatim. Rakyat bahkan berharap Sang Raja lebih lama lagi berada di surga agar mereka dapat lebih lama lagi hidup tenang dan tenteram.

Seminggu kemudian prajurit-prajurit yang menjaga pinggir sungai tempat ditenggelamkannya keramba berisi Sang Raja sangat terperanjat. Mereka mendapati Sang Raja mati mengapung di dalam keramba. Mereka segera membawa mayat Sang Raja dan menghadapkannya pada Si Yatim.

“Aku rasa Sang Raja salah mengambil jalan menuju surga,” kata Si Yatim. “Jika tidak, Sang Raja tentu ingin berkuasa di surga. Jelas, para prajurit surga tidak akan membiarkan raja asing bertakhta di surga. Sang Raja meninggal karena diserang prajurit-prajurit surga itu.”

Si Yatim lantas memerintahkan menguburkan jenazah Sang Raja. Seusai penguburan, Si Yatim melamar putri Sang Raja. Putri Sang Raja yang sesungguhnya telah lama memendam rasa cintanya pada Si Yatim tentu saja menyatakan kesediaannya. Mereka pun menikah dan pesta pernikahan mereka dilangsungkan secara besar- besaran selama tujuh hari tujuh malam.

Rakyat dan segenap prajurit menunjuk Si Yatim menjadi raja baru pengganti Sang Raja. Mereka telah merasakan ketenangan dan kedamaian selama dalam pemerintahan Si Yatim yang hanya beberapa hari saja selama menunggu Sang Raja kembali dari surga.

Si Yatim pun berkuasa di kerajaan itu. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana.

Kecakapan dan kecerdikannya digunakannya untuk menyejahterakan kehidupan rakyat. Rakyat pun hidup aman, damai, dan sejahtera dalam pemerintahan Si Yatim.

 

 KESEWENANG-WENANGAN HANYA AKAN MERUGIKAN DIRI SENDIRI DAN AKAN DAPAT DIKALAHKAN KEBENARAN DI KEMUDIAN HARI. SELAIN I LU. GUNAKAN AKAL SEHAT DAN KECERDIKAN KETIKA MENGHADAPI SESUATU MASALAH.

 

Sumber: https://dongengceritaanak.com/category/cerita-rakyat/jambi/

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Bobor Kangkung
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Tengah

BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Ikan Tongkol Sambal Dabu Dabu Terasi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Utara

Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Peda bakar sambal dabu-dabu
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Selatan

Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline