Hiduplah seorang raja di Jambi pada masa lampau. Sang Raja terkenal kejam dan sewenang-wenang perilakunya. Mudah pula Sang Raja menjatuhkan hukuman bagi seseorang yang dianggapnya bersalah, termasuk hukuman yang terhitung berat. Sang Raja juga dikenal bodoh. Karena kebodohannya, sang raja mudah ditipu atau dikelabui orang lain.
Sang Raja banyak mempunyai kerbau. Kerbau-kerbau itu digembalakan oleh seorang anak remaja yang tidak lagi mempunyai bapak dan ibu. Si Yatim, begitu Si gembala itu biasa dipanggil.
Setiap pagi Si Yatim menggembalakan kerbau-kerbau milik Sang Raja di padang penggembalaan. Hampir seharian penuh Si Yatim menjaga kerbau-kerbau itu. Menjelang senja Si Yatim akan menggiring kerbau-kerbau itu kembali ke kandangnya. Ia cermat menghitung jumlah kerbau-kerbau gembalaannya karena tidak ingin mendapat hukuman yang sangat berat dari Sang Raja jika kerbau gembalaannya hilang.
Si Yatim mempunyai kegemaran ketika menggembala. Ia biasa menangkap ekor kerbau dengan seruas bambu. Jika kerbau mengibaskan ekornya, baik ke kanan atau ke kiri, Si Yatim akan bergerak cepat untuk menangkap ekor kerbau itu dengan bambunya. Hampir setiap saat Si Yatim melakukan kegemaran itu hingga ia sangat terampil menangkap gerakan ekor kerbau dengan bambu. Selain itu Si Yatim juga terampil memainkan pisau. Ia mempunyai sebilah pisau kecil yang tajam yang disimpannya di balik lipatan celananya.
Waktu terus berlalu. Si Yatim pun tumbuh menjadi pemuda yang gagah lagi tampan wajahnya.
Pada suatu hari Sang Raja memeriksa kerbau- kerbau miliknya. Semula Sang Raja sangat gembira mendapati jumlah kerbaunya kian meningkat banyak dan kesemuanya terlihat gemuk-gemuk tubuhnya. Namun, ketika Sang Raja mengamati ekor kerbau miliknya, ia menjadi keheranan. Kesemua ekor kerbau miliknya itu terlihat cacat karena luka. Dengan kemarahan yang mulai meninggi, Sang Raja lantas bertanya pada Si Yatim, “Mengapa semua ekor kerbau milikku ini terdapat bekas lukanya?”
Si Yatim menjawab jujur. Selama menggembala, ia biasa menangkap ekor-ekor kerbau itu dengan seruas bambu. “Ampun Tuan Raja, hamba melakukannya untuk mengurangi rasa jenuh yang hamba rasakan karena seharian berada di padang penggembalaan.”
Tak terperikan kemarahan Sang Raja mendengar jawaban Si Yatim. Ia merasa harus menghukum Si Yatim dengan hukuman yang sangat berat. Ia akan menghukum Si Yatim secara diam-diam. Dengan wajah dan sikap yang diusahakannya tidak menampakkan kemarahan, Sang Raja kemudian berkata, “Kukira engkau tidak lagi pantas menjadi penggembala, lebih pantas kiranya engkau menjadi prajurit. Tubuhmu kuat dan juga gerakanmu gesit. Sebagai calon prajurit, engkau harus diuji.”
“Ampun Tuan Raja, ujian apa yang harus hamba lakukan?” tanya Si Yatim.
“Engkau hendaknya menangkap aneka senjata yang kutusukkan,” jawab Sang Raja. “Aku akan menusukmu dengan keris, pedang, dan tombak. Engkau harus bisa menangkapnya. Engkau paham?”
“Paham, Tuan Raja,” Si Yatim menganggukkan kepala. “Hamba memohon diberikan sarung aneka senjata itu ketika menangkap.”
Bagi Sang Raja, ujian itu sesungguhnya hukuman bagi Si Yatim. Sang Raja akan menusukkan senjatanya ke tubuh Si Yatim. Jika Si Yatim lengah atau tidak cekatan, ia bisa terbunuh oleh tusukan Sang Raja dan Sang Raja tidak bisa disalahkan karenanya.
Sesuai permintaannya, Si Yatim mendapatkan sarung keris, sarung pedang, dan juga sarung tombak. Seketika ia mendapat tiga sarung itu, Sang Raja lantas melaksanakan niat buruknya. Dengan keris tajamnya ia menusuk tubuh Si Yatim. Si Yatim menghadapi tusukan itu seperti yang biasa ia lakukan ketika menangkap ekor kerbau dengan bambunya. Dengan gerakan gesit ia menangkap tusukan keris Sang Raja dengan sarung keris.
Sang Raja sangat marah mendapati tusukan kerisnya dapat dengan mudah dihadapi Si Yatim. Ia lantas menyabetkan pedangnya ke arah leher Si Yatim, lagi-lagi, sabetan pedang Sang Raja dapat dengan mudah ditangkap Si Yatim dengan menyarungkan sarung pedang ke dalam pedang. Sang Raja kian murka. Sang Raja lantas menghujamkan tombaknya ke tubuh Si Yatim. Tetapjuga hujaman tombak itu mudah ditangkap Si Yatim dengan menyarungkan sarung tombak yang dipegangnya.
Sang Raja serasa kebingungan untuk mengalahkan Si Yatim. Akhirnya ia memerintahkan prajuritnya untuk menangkap Si Yatim dan memasukkannya ke dalam keramba. “Tenggelamkan keramba itu ke sungai!” perintah Sang Raja.
Perintah kejam Sang Raja itu dilakukan. Si Yatim dimasukkan ke dalam keramba dan kemudian ditenggelamkan ke dalam sungai. Sang Raja sangat yakin jika Si Yatim akan menemui kematiannya.
Ketika di dalam keramba yang ditenggelamkan di dalam sungai, Si Yatim lalu mengeluarkan pisau kecil dari balik lipatan celananya. Tali pengikat keramba berhasil diputuskannya dengan irisan pisau kecilnya yang sangat tajam itu. Ia lalu naik ke permukaan sungai dan berenang menuju daratan.
Si Yatim tidak bisa tinggal diam mendapati kekejaman dan kesewenang-wenangan Sang Raja. Ia akan menghukum Sang Raja. Dipikirkannya cara yang cerdik untuk menghukum Sang Raja. Cara itu pun didapatkannya. Ia lalu membeli baju baru dengan uang simpanannya. Dengan mengenakan baju baru, Si Yatim kemudian menghadap Sang Raja.
Sang Raja sangat terkejut mendapati si Yatim dapat lolos dari hukuman mengerikannya.
“Ampun Tuan Raja,” kata Si Yatim setelah menghadap. “Kedatangan hamba untuk menghadap Tuan Raja ini untuk menyatakan terima kasih hamba yang tidak terkira.”
“Bagaimana maksudmu?” tanya Sang Raja dengan wajah menyiratkan keheranan dan kebingungan.
“Keramba itu ternyata jalan menuju surga, Tuan Raja,” kata Si Yatim dengan wajah berseri- seri. “Ketika hamba berada di dalam surga, hamba bertemu dengan kedua orangtua hamba. Lihatlah pakaian yang hamba kenakan Ini! Pakaian indah ini adalah pemberian kedua orangtua hamba. Betapa bahagianya hamba mendapatkan semua ini dan bertambah-tambah kebahagiaan hamba ketika juga menemukan kedua orangtua Tuan Raja di surga itu!”
“Engkau bertemu dengan kedua orangtuaku?”
“Benar, Tuan Raja,” jawab Si Yatim. “Kedua orangtua Tuan Raja itu sangat rindu bertemu Tuan Raja. Mereka mengharapkan Tuan Raja dapat menjenguk mereka.”
Sang Raja yang bodoh itu percaya dengan penjelasan Si Yatim. Ia pun memerintahkan prajuritnya untuk membuatkan sebuah keramba yang besar yang dapat dimasukinya untuk menuju surga. Sebelum memasuki keramba, Sang Raja berpesan, selama ia tengah menuju surga, maka semua urusan kerajaan hendaklah ditangani Si Yatim yang telah ditunjuknya menjadi wakilnya.
Sang Raja pun memasuki keramba dan meminta segera ditenggelamkan ke dalam sungai. Sesuai perintah Sang Raja, selama Sang Raja berada di dalam keramba, semua urusan kerajaan dilakukan oleh Si Yatim. Si Yatim melakukan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Prajurit dan rakyat merasakan kedamaian dan ketenangan dalam pemerintahan Si Yatim. Rakyat bahkan berharap Sang Raja lebih lama lagi berada di surga agar mereka dapat lebih lama lagi hidup tenang dan tenteram.
Seminggu kemudian prajurit-prajurit yang menjaga pinggir sungai tempat ditenggelamkannya keramba berisi Sang Raja sangat terperanjat. Mereka mendapati Sang Raja mati mengapung di dalam keramba. Mereka segera membawa mayat Sang Raja dan menghadapkannya pada Si Yatim.
“Aku rasa Sang Raja salah mengambil jalan menuju surga,” kata Si Yatim. “Jika tidak, Sang Raja tentu ingin berkuasa di surga. Jelas, para prajurit surga tidak akan membiarkan raja asing bertakhta di surga. Sang Raja meninggal karena diserang prajurit-prajurit surga itu.”
Si Yatim lantas memerintahkan menguburkan jenazah Sang Raja. Seusai penguburan, Si Yatim melamar putri Sang Raja. Putri Sang Raja yang sesungguhnya telah lama memendam rasa cintanya pada Si Yatim tentu saja menyatakan kesediaannya. Mereka pun menikah dan pesta pernikahan mereka dilangsungkan secara besar- besaran selama tujuh hari tujuh malam.
Rakyat dan segenap prajurit menunjuk Si Yatim menjadi raja baru pengganti Sang Raja. Mereka telah merasakan ketenangan dan kedamaian selama dalam pemerintahan Si Yatim yang hanya beberapa hari saja selama menunggu Sang Raja kembali dari surga.
Si Yatim pun berkuasa di kerajaan itu. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana.
Kecakapan dan kecerdikannya digunakannya untuk menyejahterakan kehidupan rakyat. Rakyat pun hidup aman, damai, dan sejahtera dalam pemerintahan Si Yatim.
KESEWENANG-WENANGAN HANYA AKAN MERUGIKAN DIRI SENDIRI DAN AKAN DAPAT DIKALAHKAN KEBENARAN DI KEMUDIAN HARI. SELAIN I LU. GUNAKAN AKAL SEHAT DAN KECERDIKAN KETIKA MENGHADAPI SESUATU MASALAH.
Sumber: https://dongengceritaanak.com/category/cerita-rakyat/jambi/
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...