Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Sastra Sulawesi Barat Mandailing Pasaman
Si Kucambai

Pada zaman dahulu di sebuah perkampungan kecil, hiduplah seorang ibu dan anaknya perempuannya yang masih kecil bernama Kucambai. Setelah ayah Kucambai meninggal dunia, mereka hidup miskin dan serba kekurangan. Untuk bertahan hidup, ibu Kucambai harus pergi ke hutan untuk berburu burung ataupun rusa yang akan ditukarkan dengan kebutuhan lainnya di pusat kampung. Kucambai yang masih kecil harus ditinggal sendirian di rumah. Ibunya berpesan sebelum pergi, "Kalau ada yang mengetuk pintu, jangan dibuka! Ibu akan pulang setelah hari sore dan akan memanggil namamu tiga kali." Kucambai mengerti dan menuruti kata-kata ibunya. 

Namun pada suatu hari, tidak ada satu hewan buruan pun tampak di hutan. Dari pagi hingga petang. Ibu Kucambai akhirnya pulang dengan tangan kosong. Keadaan yang sama juga terjadi pada hari-hari berikutnya. Ibu Kucambai selalu pulang tanpa membawa satupun hasil buruan. Di perjalanan pulang, ibu Kucambai bertanya dalam hati, "Kemana perginya semua hewan di hutan?"

Sesampainya ia di rumah, ia mengetuk pintu dan memanggil nama anaknya tiga kali. "Kucambai... Kucambai... O Kucambai..." kemudian Kucambai membukakan pintu untuk ibunya. Saat itu di rumah mereka persediaan makanan sudah hampir habis. Keadaan tersebut membuat ibu Kucambai bertambah bingung.

Keesokan harinya, seperti biasa ibu Kucambai kembali pergi ke hutan dengan harapan akan menemukan seekor hewan buruan, namun, keadaan hutan tidak berbeda dengan beberapa hari belakangan ini. Ketika ibu Kucambai duduk putus asa di bawah sebuah pohon rindang untuk beristirahat, tak sengaja ia melihat seekor ular besar sedang tidur melingkar di dalam semak tak jauh dari tempatnya duduk. Menyadari keberadaan ular yang mungkin akan membahayakan keselamatannya, maka beranjaklah ibu Kucambai menjauhi tempat itu.

Akan tetapi langkah ibu Kucambai terhenti oleh sepintas pikiran yang muncul dalam benaknya. Ia kembali resah memikirkan bagaimana akan memberi makan Kucambai esok hari. Jika ia tidak mendapat hewan buruan hari ini, maka ia dan Kucambai tidak akan makan besok. Dengan perasaan ragu dan takut, ibu Kucambai kembali ke tempat ular besar tersebut dan melemparkan tombaknya tepat ke kepala ular yang mati seketika. Dengan perasaan tak karuan, buru-buru ia menguliti dan mencincang-cincang ular tersebut hingga menjadi potongan daging yang siap ia tukar dengan kebutuhan lain. Ia bahkan berbohong pada pembelinya dengan mengatakan bahwa daging ular tersebut adalah daging ayam hutan.

Mulai hari itu, ibu Kucambai tidak lagi mempedulikan hewan buruan yang tidak dapat ia temukan. Ia semakin sering memburu ular yang lebih mudah dan lebih banyak ia temukan di hutan. Dengan cara itu kehidupannya yang awalnya serba kekurangan menjadi berkecukupan. Namun itu bukanlah cara yang benar. Hingga sebuah pembalasan datang pada ibu Kucambai.

Ketika ibu Kucambai pergi berburu ular seperti biasa, seekor ular yang sangat besar bergerak menuju rumah mereka. Ular tersebut menjelma menjadi wujud ibu Kucambai. Ular tersebut lantas mengetuk pintu. Kucambai kecil yang sendirian di rumah mendengar suara ketukan itu teringat akan pesan ibunya. Ia tidak mendengar suara ibunya memanggil namanya sebanyak tiga kali seperti biasa. Kucambai tidak membukakan pintu dan bersembunyi ketakutan di dalam rumahnya. Ia yakin orang yang mengetuk pintu bukanlah ibunya. Saat itu masih siang, sedangkan ibunya biasa pulang pada petang hari. Keadaan itu menambah kecurigaan Kucambai. Kucambai menunggu dengan cemas hingga petang dan mendengar suara pintu diketuk lagi. Tak lama terdengar suara ibunya memanggil seperti biasa.

"Kucambai... Kucambai... O, Kucambai..."

Barulah Kucambai berlari membukakan pintu dan menemukan ibunya pulang dengan berbagai macam makanan dan buah-buahan yang ia bawa dari pusat kampung. Kemudian Kucambai menceritakan pada ibunya tentang suara ketukan di pintu. Ibu Kucambai merasa gelisah, ia berpikir ada seseorang yang ingin mencuri harta benda dan persediaan makanannya yang sudah terkumpul banyak. Ia kembali mengingatkan pada putrinya untuk lebih berhati-hati lagi.            

"Jangan buka pintu kalau ibu tidak memanggil namamu tiga kali!"

Kucambai benar-benar mengingat pesan ibunya. Namun mereka tidak menyadari bahwa seekor ular  sedang melilit salah satu tiang rumah, mendengar percakapan mereka. Maka keesokan harinya, ular itu kembali menjelma setelah ibu Kucambai pergi ke hutan. Ular itu mengetuk pintu dan menyerukan panggilan pada Kucambai.

"Kucambai... Kucambai... O, Kucambai..."

Mendengar panggilan itu, Kucambai bergegas membukakan pintu untuk ibunya. Namun saat pintu di buka, seekor ular besar langsung menyerang Kucambai, menelannya hidup-hidup. Ular itu kemudian pergi ke tempat yang tidak diketahui. Bersembunyi.

Saat petang seperti biasa, ibu Kucambai pulang dan menemukan pintu rumahnya terbuka. Ia lantas berlari histeris mencari Kucambai, namun ia tidak menemukan putrinya. Ibu Kucambai memeriksa harta benda dan persediaan makanannya, namun tak satupun hilang. Ia tidak dapat menemukan Kucambai di mana-mana hingga ia menemukan sebuah jejak di tanah. Jejak tersebut mirip seperti sebuah jejak ular yang sangat besar. Saat itu, ibu Kucambai tersadar bahwa ular yang selama ini diburunya melakukan perhitungan padanya.

Sambil membawa tombak dan parangnya, ibu Kucambai mengikuti jejak ular di tanah. Ia tidak ingin Kucambai yang menanggung semua dosa-dosanya. Jejak itu akhirnya hilang di sebuah tepi sungai dan ibu Kucambai segera melompat dan menyelami sungai tersebut. Sungai tersebut memiliki sebuah lubuk yang dalam dan di sanalah ibu Kucambai menemukan ular itu. Ular itu diam tak bergerak persis seperti ular pertama yang ia bunuh dengan tombaknya. Ibu Kucambai dengan susah payah menghujam tombak dan mengayunkan parangnya namun tidak mempan. Ular tersebut bahkan tidak tergores sama sekali. Berulang kali ibu Kucambai naik ke permukaan lantas menyelam kembali dan mengulangi aksinya, namun semuanya sia-sia. Tombak, parang, ataupun pisaunya tidak berguna.

Seorang lelaki tua yang melihat ibu Kucambai yang menangis putus asa di tepi sungai, menanyakan apa yang terjadi padanya. Ibu Kucambai lalu menceritakan dan mengakui semua dosanya pada lelaki tua itu. Ia berjanji tidak akan bertobat, mengakui, dan meminta maaf pada semua orang kampung yang telah dibohonginya asalkan ia bisa mengeluarkan Kucambai dari perut ular itu. Hidup ataupun mati. Lelaki tua itu lalu memberitahu ibu Kucambai untuk mengambil sebilah sembilu yang tajam.

"Carilah sebilah sembilu yang tajam dan keluarkanlah anakmu dari perut ular itu. Setelah itu tepatilah semua janji yang baru kau ucapkan padaku."

Ibu Kucambai menuruti nasehat lelaki tua itu dan kembali menyelam. Ia membelah perut ular tersebut dengan sebilah sembilu tajam dan berhasil mengeluarkan Kucambai dalam keadaan hidup. Ibu Kucambai juga menepati janjinya pada lelaki tua. Sebagai hukumannya ibu Kucambai dan Kucambai harus pergi meninggalkan kampung tersebut untuk memperbaiki hidupnya.

 

OSKM ITB 2018

 

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya