|
|
|
|
Si Jampang Perampok Budiman Dari Betawi Tanggal 18 Jul 2018 oleh Deni Andrian. |
Si Jampang adalah pendekar legendaris dari Betawi yang dikenal sebagai “Perampok Budiman Dari Betawi”. Dengan kepiawaiannya bermain silat, ia kerap merampok harta milik tuan-tuan tanah maupun orang kaya yang tamak di seantero Betawi. Lalu, hasil rampokannya dibagi-bagikan kepada rakyat jelata. Bagi, tuan tanah dan orang kaya, si Jampang adalah momok yang menakutkan. Namun, ia merupakan sosok pahlawan bagi rakyat kecil.
“Ah, lebih baik aye rampok harta mereka untuk aye bagikan kepada rakyat jelata,” pikirnya.
- “Hai, Tong! Kenapa pakaianmu kamu bawa pulang semua?” tanya si Jampang kepada anaknya.
- “Aye tidak mau mengaji lagi, Be,” jawab sang anak,
- “Aye malu sekali.”
- “Malu kenapa, Tong?” tanya sang Ayah.
- “Bukankah Babe keturunan Banten? Biasanya orang-orang Banten itu alim. Tapi, Babe kok malah suka merampok? Semua orang di pesantren membicarakan Babe. Aye kan malu,” kata sang anak dengan perasaan kecewa.
- “Hai, Tong. Kamu tidak perlu menasehati Babe seperti itu. Katakan saja apa maumu,” kata si Jampang.
- Anak si Jampang hanya menggeleng-gelengkan kepala lalu berkata kepada ayahnya.
- “Pokoknya, aye tidak mau mengaji lagi,” tegas anak si Jampang.
- “Payah, kamu Tong. Tadi memberi nasihat seperti kyai, tapi sekarang malah tidak mau mengaji lagi. Kamu mau jadi apa? Mau jadi perampok seperti ayah?” tanya sang Ayah.
- Anak itu kembali menggeleng-gelengkan kepala. Ia benar-benar kecewa dengan perilaku ayahnya.
- “Jadi, maumu apa, Tong? Mau menikah?” desak sang ayah yang mulai kesal.
- “Tidak, Be. Babe saja yang menikah biar tidak kesepian lagi,” ujar sang anak.
- “Oh, kamu mau ibu lagi?” kata sang Ayah,
- “Baiklah, kalau begitu. Babe akan mencarikanmu ibu yang baru.”
“Ah, jangan-jangan si Jampang ingin merampok di rumah ini,” pikirnya.
- “Ma... Maaf, Tuan Jampang. Ada apa gerangan Tuan ke mari?” tanya Ciput.
- “Saya kemari ingin bertemu dengan tuan kamu,” jawab si Jampang. “Apakah ada?”
- “Ada, Tuan,” jawab Ciput, “Silakan duduk dulu, akan saya panggilkan.”
- “Dulu, kami ziarah ke makam di Gunung Kepuh Batu. Di sana, Bang Sarba bernazar akan menyumbang sepasang kerbau ke makam itu jika dikaruniai anak. Namun, setelah kami mempunyai anak laki-laki bernama Abdih, Bang Sarba lupa pada nazarnya. Kata orang, hal itulah penyebab kematian Bang Sarba,” cerita Mayangsari.
- “Aye jadi bingung karena Abdih sedang sekolah di Bandung dan membutuhkan biaya yang banyak. Padahal, aye sendiri hanya ibu rumah tangga. Untung Bang Sarba meninggalkan sedikit warisan yang bisa membantu biaya sekolah Abdih,” lanjutnya.
- “Kamu tidak usah bingung memikirkan Abdih. Nanti aye yang mengurusnya,” ujar si Jampang.
- “Apa maksudmu?” tanya Mayangsari.
- Si Jampang tersenyum lalu menjelaskan maksudnya kepada Mayangsari.
- “Begini, Mayang. Kamu kan janda, sedangkan aye seorang duda. Akan lebih baik jika kita menikah saja,” ujar si Jampang.
“Hai, Jampang. Jika mau menikah, menikahlah dengan orang lain!” cetus Mayangsari, “Aye lebih baik tetap menjanda daripada menikah dengan perampok.”
- “Pin, aye perlu dukun,” ungkap si Jampang.
- “Untuk apa, Mang ?” tanya Sarpin bingung.
- “Aye harus menikahinya, Pin. Untuk itulah, aye perlu dukun untuk meluluhkan hatinya,” ujar si Jampang.
- “Oh, aye tahu dukun yang ampuh, Mang. Namanya Pak Dul dari Kampung Gabus,” kata Sarpin.
“Pak Dul, tolong aye. Aye minta guna-guna agar Mayangsari tergila-gila pada aye,” pinta si Jampang seraya memberi imbalan kepada Pak Dul.
- “Kenapa Ibu jadi begini, Put?” tanya Abdih kepada pembantunya.
- “Barangkali gara-gara si Jampang. Dia pernah ke mari hendak melamar, tetapi ditolak,” jawab Ciput.
- “Wah, benar. Ini pasti diguna-guna oleh si Jampang. Lihat saja, ibu selalu memanggil-manggil namanya,” imbuh Abdih.
- “Apa katamu? Aku tidak boleh menikahi ibu?” ujar si Jampang,
- “Bisa tidak bisa, aku harus menikah dengan ibumu!” gertak si Jampang.
- “Bukannya tidak boleh menikahi ibuku, Mang. Tapi, ada syaratnya,” kata Abdih.
- “Apa syarat itu, Abdih? Cepat katakan!” desak si Jampang.
- “Mang Jampang harus menyerahkan sepasang kerbau sebagai mas kawinnya,” jawab Abdi.
“Baiklah, Abdih. Kembalilah ke rumahmu! Syaratmu akan segera kupenuhi,” kata si Jampang.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |