Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat DKI Jakarta Jakarta
Si Jampang Perampok Budiman Dari Betawi
- 18 Juli 2018

Si Jampang adalah pendekar legendaris dari Betawi yang dikenal sebagai “Perampok Budiman Dari Betawi”. Dengan kepiawaiannya bermain silat, ia kerap merampok harta milik tuan-tuan tanah maupun orang kaya yang tamak di seantero Betawi. Lalu, hasil rampokannya dibagi-bagikan kepada rakyat jelata. Bagi, tuan tanah dan orang kaya, si Jampang adalah momok yang menakutkan. Namun, ia merupakan sosok pahlawan bagi rakyat kecil.

Dahulu di tanah Betawi ada seorang pendekar legendaris yang dijuluki sebagai “Perampok Budiman Dari Betawi ”. Ia adalah si Jampang yang terkenal tampan, gagah perkasa, dan sakti. Nama si Jampang diambil dari nama daerah asal ibunya yaitu daerah Jampang di Sukabumi, Jawa Barat. Ayahnya berasal dari Banten.
 
Si Jampang dan istrinya tinggal di daerah Grogol (sekarang wilayah Jakarta Barat). Mereka hidup berbahagia dan dikaruniai anak laki-laki yang sering dipanggil si Jampang Muda. Namun, kebahagiaan tersebut tidak berlangsung lama. Saat anak mereka mulai beranjak remaja, istri si Jampang meninggal dunia karena sakit. Sejak itulah, si Jampang hidup menduda dan merawat anak semata wayangnya seorang diri. Karena ingin melihat anaknya menjadi anak saleh dan berguna bagi masyarakat, ia pun menitipkannya ke pondok pesantren.
 
Sejak itu, sang anak lebih tinggal di pondok pesantren. Terkadang, ia pulang menemui sang ayah jika memerlukan uang pembayaran sekolah dan untuk biaya hidup. Si Jampang merasa kesepian. Dari situlah muncul pikirannya ingin membantu rakyat Betawi yang menderita akibat mendapat tekanan dari para tuan tanah dan para orang kaya yang kikir.
“Ah, lebih baik aye rampok harta mereka untuk aye bagikan kepada rakyat jelata,” pikirnya.
Si Jampang pun mulai merampok harta benda para tuan tanah dan orang-orang kaya di daerah Grogol. Mereka yang menjadi korbannya pun murka kepadanya. Namun, rakyat justru senang karena sering mendapat bagian harta hasil rampokan si Jampang. Sejak itulah, ia terkenal sebagai perampok dan menjadi buah bibir warga, tidak terkecuali di kalangan para kyai dan santri di pondok pesantren. 
 
Hal itu membuat si Jampang Muda malu karena sepak terjang ayahnya. Suatu ketika, anak si Jampang pulang ke rumah dengan membawa semua pakaiannya.
  • “Hai, Tong! Kenapa pakaianmu kamu bawa pulang semua?” tanya si Jampang kepada anaknya.
  • “Aye tidak mau mengaji lagi, Be,” jawab sang anak, 
  • “Aye malu sekali.”
  • “Malu kenapa, Tong?” tanya sang Ayah.
  • “Bukankah Babe keturunan Banten? Biasanya orang-orang Banten itu alim. Tapi, Babe kok malah suka merampok? Semua orang di pesantren membicarakan Babe. Aye kan malu,” kata sang anak dengan perasaan kecewa.
  • “Hai, Tong. Kamu tidak perlu menasehati Babe seperti itu. Katakan saja apa maumu,” kata si Jampang.
  • Anak si Jampang hanya menggeleng-gelengkan kepala lalu berkata kepada ayahnya.
  • “Pokoknya, aye tidak mau mengaji lagi,” tegas anak si Jampang.
  • “Payah, kamu Tong. Tadi memberi nasihat seperti kyai, tapi sekarang malah tidak mau mengaji lagi. Kamu mau jadi apa? Mau jadi perampok seperti ayah?” tanya sang Ayah.
  • Anak itu kembali menggeleng-gelengkan kepala. Ia benar-benar kecewa dengan perilaku ayahnya.
  • “Jadi, maumu apa, Tong? Mau menikah?” desak sang ayah yang mulai kesal.
  • “Tidak, Be. Babe saja yang menikah biar tidak kesepian lagi,” ujar sang anak.
Mendengar perkataan anaknya, si Jampang tertawa terbahak-bahak. 
  • “Oh, kamu mau ibu lagi?” kata sang Ayah, 
  • “Baiklah, kalau begitu. Babe akan mencarikanmu ibu yang baru.”
Sang anak hanya terdiam. Sementara itu, si Jampang langsung teringat pada seorang janda bernama Mayangsari yang mempunyai seorang anak bernama Abdih. Janda itu adalah mantan istri Sarba, sahabatnya sejak kecil ketika mereka masih tinggal di Banten.
 
Suatu hari, si Jampang menyambangi rumah janda itu. Ciput, pembantu Mayangsari, ketakutan melihat kedatangan si Jampang yang terkenal sebagai perampok itu.
“Ah, jangan-jangan si Jampang ingin merampok di rumah ini,” pikirnya.
Ciput pun terlihat gugup saat menyambut kedatangan si Jampang.
  • “Ma... Maaf, Tuan Jampang. Ada apa gerangan Tuan ke mari?” tanya Ciput.
  • “Saya kemari ingin bertemu dengan tuan kamu,” jawab si Jampang. “Apakah ada?”
  • “Ada, Tuan,” jawab Ciput, “Silakan duduk dulu, akan saya panggilkan.”
Tak berapa lama, Mayangsari pun keluar menemui si Jampang. Ia lalu menceritakan perihal penyebab suaminya meninggal dunia.
  • “Dulu, kami ziarah ke makam di Gunung Kepuh Batu. Di sana, Bang Sarba bernazar akan menyumbang sepasang kerbau ke makam itu jika dikaruniai anak. Namun, setelah kami mempunyai anak laki-laki bernama Abdih, Bang Sarba lupa pada nazarnya. Kata orang, hal itulah penyebab kematian Bang Sarba,” cerita Mayangsari.
  • “Aye jadi bingung karena Abdih sedang sekolah di Bandung dan membutuhkan biaya yang banyak. Padahal, aye sendiri hanya ibu rumah tangga. Untung Bang Sarba meninggalkan sedikit warisan yang bisa membantu biaya sekolah Abdih,” lanjutnya.
  • “Kamu tidak usah bingung memikirkan Abdih. Nanti aye yang mengurusnya,” ujar si Jampang.
  • “Apa maksudmu?” tanya Mayangsari.
  • Si Jampang tersenyum lalu menjelaskan maksudnya kepada Mayangsari.
  • “Begini, Mayang. Kamu kan janda, sedangkan aye seorang duda. Akan lebih baik jika kita menikah saja,” ujar si Jampang.
Mendengar perkataan itu, Mayangsari menjadi tersinggung karena ia tahu benar sifat dan perilaku si Jampang. Ia tidak sudi menikah dengan seorang perampok.
“Hai, Jampang. Jika mau menikah, menikahlah dengan orang lain!” cetus Mayangsari, “Aye lebih baik tetap menjanda daripada menikah dengan perampok.”
Mendengar perkataan itu, si Jampang sangat malu sekali. Ia pun cepat-cepat pergi dari rumah itu. Namun, dalam hatinya berkata bahwa dirinya tetap bertekad ingin memperistri janda itu. Saat itu pula, ia langsung ke rumah Sarpin, keponakannya yang sering diajak merampok bersamanya.
  • “Pin, aye perlu dukun,” ungkap si Jampang.
  • “Untuk apa, Mang ?” tanya Sarpin bingung.
Si Jampang pun menceritakan perihal yang baru saja dialaminya di rumah Mayangsari.
  • “Aye harus menikahinya, Pin. Untuk itulah, aye perlu dukun untuk meluluhkan hatinya,” ujar si Jampang.
  • “Oh, aye tahu dukun yang ampuh, Mang. Namanya Pak Dul dari Kampung Gabus,” kata Sarpin.
Hari itu juga, si Jampang ditemani Sarpin pergi ke Kampung Gabus. Setiba di rumah Pak Dul, ia pun menyampaikan maksud hatinya.
“Pak Dul, tolong aye. Aye minta guna-guna agar Mayangsari tergila-gila pada aye,” pinta si Jampang seraya memberi imbalan kepada Pak Dul.
Dukun itu kemudian memberikan ilmu guna-guna kepada si Jampang. Mayangsari pun menjadi gila terkena guna-guna si Jampang. Ia sering tertawa sering dan memanggil-manggil nama si Jampang. Abdih yang baru pulang dari Bandung amat heran melihat perilaku ibunya.
  • “Kenapa Ibu jadi begini, Put?” tanya Abdih kepada pembantunya.
  • “Barangkali gara-gara si Jampang. Dia pernah ke mari hendak melamar, tetapi ditolak,” jawab Ciput.
  • “Wah, benar. Ini pasti diguna-guna oleh si Jampang. Lihat saja, ibu selalu memanggil-manggil namanya,” imbuh Abdih.
Abdih sedih melihat kondisi ibunya. Ia pun segera mencari keterangan mengenai dukun yang dapat menyembuhkan ibunya. Akhirnya, Abdih pun menemukan Pak Dul dari Kampung Gabus. Tanpa berpikir panjang, ia segera ke rumah dukun itu untuk meminta bantuan. 
 
Sang Dukun pun menyanggupi permintaan Abdih. Karena dia sendiri yang membuat guna-guna itu, makan ia pun dapat mencabutnya dengan mudah. Seketika itu juga, Mayangsari sembuh dan tidak ingat lagi kepada si Jampang.
 
Keesokan harinya, Abdih pergi menemui si Jampang di rumahnya untuk membalas dendam. Namun, saat bertemu pendekar sakti itu, ia malah takut sendiri melihat tampangnya. Ia pun terpaksa bicara baik-baik kepada si Jampang agar tidak lagi mengganggu ibunya. 
  • “Apa katamu? Aku tidak boleh menikahi ibu?” ujar si Jampang, 
  • “Bisa tidak bisa, aku harus menikah dengan ibumu!” gertak si Jampang.
Abdih semakin ketakutan melihat sikap nekad si Jampang. Ia pun segera mencari akal agar si Jampang tidak jadi menikah dengan ibunya.
  • “Bukannya tidak boleh menikahi ibuku, Mang. Tapi, ada syaratnya,” kata Abdih.
  • “Apa syarat itu, Abdih? Cepat katakan!” desak si Jampang.
  • “Mang Jampang harus menyerahkan sepasang kerbau sebagai mas kawinnya,” jawab Abdi.
Abdi tahu bahwa si Jampang tidak akan mungkin memenuhi syarat itu. Maka, sebab itulah ia mengajukan persyaratan itu. Tapi, bagi si Jampang, tidak ada yang sulit baginya.
“Baiklah, Abdih. Kembalilah ke rumahmu! Syaratmu akan segera kupenuhi,” kata si Jampang.
Abdi pun kembali ke rumahnya dengan perasaan cemas. Jika memang benar si Jampang dapat memenuhi syarat itu, maka dirinya pun akan memiliki bapak tiri seorang perampok. Sementara itu, si Jampang kebingungan untuk memperoleh kerbau. Harga kerbau sangat mahal, sementara dia tidak mempunyai uang. Setelah berpikir sejanak, ia pun teringat pada Haji Saud, seorang kaya raya yang tinggal di daerah Tambun. Sepasang kerbau bagi Haji Saud bukanlah berarti apa-apa.
 
 
Suatu malam, si Jampang bersama Sarpin menuju ke rumah Haji Saud dengan memakai topeng dan membawa golok. Keduanya berhasil mencuri sepasang kerbau milik Haji Saud dengan mudah. Namun, ketika mereka akan keluar pintu desa, puluhan anggota polisi telah mengepung. Para anggota polisi tersebut menodongkan senapan laras panjang. Si Jampang dan Sarpin pun tidak bisa berbuat apa-apa.
 
Mereka akhirnya dimasukkan ke dalam penjara dan si Jampang sebagai gembong perampok dihukum mati. Mendengar kabar tersebut, para tuan tanah dan orang-orang kaya merasa gembira. Sebaliknya, rakyat amat bersedih. Bagi mereka, si Jampang bukan sekedar perampok, tapi ia merupakan pahlawan.
 
Sumber: http://agathanicole.blogspot.com/2017/09/si-jampang-perampok-budiman-dari-betawi.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya