Harimau itu sangat riang keluar dari perangkap. Baru saja ia sudah ada diluar perangkap, lalu ia meraung sangat galak, seraya membentak. "Hai kau manusia. Telah lama aku dendam kepadamu. Kaulah yag menipu aku ini, sehingga aku kurus di dalam perangkap. Rasakan balasanku sekarang. Nasib untungku sekarang tiba untuk memakanmu. Sungguh aku lapar." Mendengar bentakan Harimau itu, maka si Botol berkata dengan tenang hati, katanya, "Hai kau harimau, mengapa demikian pikiranmu itu. Sekali-kali tidak bisa engkau memikirkan belas kasihan hati seseorang. Baru saja aku menolongmu, kok sekarang aku mau dimakan," Demikian kata-kata si Botol.
"Bagaimana,........bagaimana, katamu!" bentak Harimau. "Apakah aku tidak bisa memikirkan belas kasihan seseorang, begitu? Hem, jangankan daku ini sebagai binatang, bangsamu sendiri sebagai manusia yang dikatakan lebih tinggi peradabannya, tokh ia tidak juga membalas pertolongan makhluk yang lain." "Ah, aku tidak percaya dengan mulutmu itu, mengatakan manusia itu tidak bisa membalas jasa makhluk yang lain. Bohong!" Demikian jawabnya di Botol.
Kemudian si Harimau menjawab, dengan gerangnya, katanya, "Yah, kalau engkau tidak percaya, baiklah sekarang kita tanyakan kepada binatang-binatang lain untuk dipertimbangkan. Jika memang benar manusia itu bisa membalas kebaikan makhluk yang lain, engkau selamat, dan aku tunduk selama keturunanku masih ada. Tetapi jika manusia itu tidak memperdulikan kebaikan makhluk yang lain, ha....ha...ha...tidak boleh tidak engkau pasti akan ada diperutku."
Si Botol menyetujui atas pertimbangan si Harimau. Kemudian mereka berdua berjalan ke tengah hutan. Beberapa saat kemudian, lalu mereka bertemu dengan si Kuda tua. Lalu dengan segera si Botol berkata kepada si Kuda tua.
"Hai Kuda tua, kebetulan sekali engkau jumpa di sini." Mendengar kata si Botol itu, maka si Kuda tua, berhenti, sambil berkata, "Wah, kok tumben kamu dua-duaan berjalan. Barangkali ada persoalan yang penting kau lakukan." Demikian si Kuda tua. "Ya, kami berdua ingin bertanya kepadamu, menanyakan, apakah benar manusia itu tidak bisa membalas pertolongan makhluk yang lain?"
Si Kuda tua menjawab, sambil ketawa, "Hi, hi, hi, sungguh memang benar manusia itu sekali-kali tidak bisa membalas pertolongan makhluk yang lain." Demikian jawabnya si Kuda tua, sambil menoleh kepada si Harimau. "Hai Harimau sahabatku," demikian kata si Kuda tua, yang ditujukan kepada si Harimau.
"Lihatlah aku ini sebagai kuda. Setelah aku ini sudah tua-rukuh, seperti sekarang ini, aku dibuang begitu saja. Dahulu semasa aku muda, badan masih kuat dan tegap, setiap hari aku dapat menghela dokar, pedati, juga dipakai memikul padi setiap musim panen, memikul batu setiap ada pembangunan dan yang lain-lain. Ini kesemuanya tiada lain untuk membantu si manusia. Tetapi walaupun sudah banyak pengabdianku, tokh aku selalu disiksa dengan cambuk, bahkan dipukul-pukul dengan kayu besar. Dan aku diberi makan tidak seberapa. Bahkan seringkali aku berpuasa.
Sungguh aku hanya disuruh membantu mencarikan nafkah yang melulu untuk dirinya sendiri. Dan ia tidak pernah merasakan pertolongan makhluk yang lain. Jadi menurut pertimbanganku sudah selayaknya engkau memakan manusia ini."
Mendengar keterangan itu, maka si Botol kecewa dan seketika wajah mukanya berubah. Ia tidak bisa membantah keterangan si Kuda-tua. Kemudian Harimau membentak, "Hai manusia, sekarang ku makan kau."
"Nanti, nanti dulu Harimau! Coba tanyakan lagi kepada binatang lainnya." "Baik; mari segera!" Sahut si Harimau. Kemudian mereka berjalan, menaiki gunung, terus menuruni jurang-jurang, di pedalaman. Akhirnya mereka berjumpa sama si Binatang, yang sedang berjalan.
"Hai, Banteng, tunggu dulu sebentar!" Kata si Botol.
Si banteng menoleh sambil berhenti
"Oh, akan kemana kalian?" Tanya si Banteng.
"Kini kami berdua ingin minta pertimbanganmu."
"Begini Banteng, menurut pendapatmu, apakah benar manusia itu tidak bisa membalas pertolongan makhluk lain?"
Si Banteng dengan segera menjawab, sambil tertawa, "Hu,hu.hu, menurut pertimbanganku, memang benar manusia itu, tidak memiliki perasaan hati."
"Seperti aku ini, katanya pula sambil menoleh kepada si Harimau.
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak, Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman)...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang