Musik dan Lagu
Musik dan Lagu
Lagu Tradisional Jawa Tengah Solo
Serat Tripama
- 11 Agustus 2018

Serat adalah karya sastra dari jawa yang berisi tentang ajaran-ajaran dari leluhur untuk sebuah kebaikan. Banyak sekali serat dalam budaya jawa, salah satu diantaranya adalah Serat Tripama. Serat tripama muncul pertama kali pada zaman Mangkunegaran, yaitu diciptakan oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV (KGPAA Mangkunegara IV) dalam bentuk Tembang Macapat Dhandanggula sebanyak tujuh pada (bait), di Surakarta. Serat tripama ini diterbitkan pertama kali dalam kumpulan ciptaan Mangkunegara IV, jilid III (tahun 1927).

Ketujuh bait Serat Tripama mengisahkan tiga tokoh wayang yang memiliki keteladanan. Bait pertama dan kedua mengisahkan keteladanan Patih Suwanda (Bambang Sumantri), Patih dari Raja Harjunasasrabahu dari negara Maespati pada era sebelum kisah Ramayana. Bait ketiga dan keempat mengisahkan keteladanan Kumbakarna, adik dari Prabu Dasamuka raja Ngalengkadiraja (Alengka) pada era kisah Ramayana. Bait kelima dan keenam mengisahkan Suryaputra (Adipati Karna), anak pertama Dewi Kunti, yang juga merupakan kakak tertua dari Pandawa, berlatar pada kisah Mahabharata. Serta bait terakhir atau bait ketujuh berisi kesimpulan dari keenam bait sebelumnya.

Berikut ini ketujuh bait Serat Tripama.

Yogyanira kang para prajurit
Lamun bisa sira anulada
Duk ing nguni caritane
Andelira Sang Prabu
Sasrabahu ing Maespati
Aran patih Suwanda
Lalabuhanipun
Kang ginelung triprakara
Guna kaya purune kang den antepi
Nuhoni trah utama.

Lire lalabuhan triprakawis
Guna bisa saniskareng karya
Binudi dadya unggule
Kaya sayektinipun
Duk bantu prang Manggada nagri
Amboyong putri dhomas
Katur ratunipun
Purune sampun tetela
Aprang tanding lan ditya Ngalengka nagri
Suwanda mati ngrana.

Wonten malih tuladan prayogi
Satriya gung nagri ing Ngalengka,
Sang Kumbakarna arane,
Tur iku warna diyu
Suprandene nggayuh utami 
Duk wiwit prang Ngalengka
Dennya darbe atur
Mring raka amrih raharja
Dasamuka tan keguh ing atur yekti
Dene mengsah wanara.

Kumbakarna kinen mangsah jurit
Mring kang raka sira tan lenggana
Nglungguhi kasatriyane
Ing tekad datan purun
Amung cipta labuh nagari
Lan noleh yayah rena
Nyang leluhuripun
Wus mukti aneng Ngalengka mangke
Arsa rinusak ing bala kapi
Punagi mati ngrana.

Wonten malih kinarya palupi
Suryaputra narpati Ngawangga 
Lan Pandawa tur kadange
Len yayah tunggil ibu
Suwita mring Sri Kurupati 
Aneng nagri Ngastina
Kinarya gul-agul
Manggala golonganing prang
Bratayuda ingadegken senopati
Ngalaga ing Kurawa.

Den mungsuhken kadange pribadi
Aprang tanding lan Sang Dananjaya
Sri Karna suka manahe
Dene nggenira pikantuk
Marga denya arsa males sih
Ira Sang Duryudana
Marmanta kalangkung
Denya ngetok kasudiran
Aprang rame Karna mati jinemparing
Sumbaga wiratama.

Katri mangka sudarsaneng Jawi
Pantes lamun sagung pra prawira   
Amirata sakadare
Ing lelabuhanipun
Awya kongsi buang palupi
Manawa tibeng nista  
Ing estinipun
Senadyan tekading budya
Tan prabeda budi panduming dumadi
Marsudi ing kotaman.

Kesimpulannya dari ketujuh bait tersebut adalah ketiga tokoh wayang tersebut memiliki latar belakang yang berbeda dan dari zaman yang berbeda memiliki keteladanan yang berbeda pula. Secara keseluruhan, Patih Suwanda dikenal dengan kautaman triprakaranya, "Guna, Kaya dan Purun", yaitu kepandaian dan ketrampilan, kecukupan, serta keberaniannya. Sedangkan Kumbakarna mengedepankan "Bela negara" serta berani menyampaikan kebenaran dan mengatakan yang salah itu adalah salah. Adapun Adipati Karna dikagumi karena kesetiaan dan komitmennya,"Setya mring sedya"berani mengorbankan segala-galanya demi mempertahankan loyalitas dan komitmen sebagai tanda balas budi walaupun ia sadar sepenuhnya bahwa yang ia bela adalah pihak yang salah. Sri Mangkunegara IV berpesan supaya kita dapat meneladani apa yang telah dilakukan ketiganya semampu kita.
  

Diambil dan disunting dari :

http://iwanmuljono.blogspot.com/p/serat-tripama.html

 

Rincian artikel bersumber dari Dian Puspita, S.Pd (Guru Bahasa Jawa di SMA N 1 Magelang)

 

OSKMITB2018

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline