Seni ondel-ondel yang tertelan zaman modern
Tentu pada zaman modern ini kita tidak asing lagi dengan istilah ondel-ondel yang kerap meriahkan sekaligus menambah semarak pesta- pesta rakyat atau untuk penyambutan tamu terhormat, misalnya pada peresmian gedung yang baru selesai dibangun. Namun, sayangnya tujuan utamanya yang dilestarikan oleh para leluhur kami secara perlahan hanyut dari peradaban globalisasi ini.
Setelah mewancarai kedua orangtua saya yang pula berasal, wawasan saya mengenai ondel-ondel yang merupakan budaya betawi asli bertambah luas. Menurut orangtua saya, ondel-ondel pada saat masa muda mereka bukan semata-mata sebagai seni dan kebudayaan masyarakat Betawi yang difungsikan untuk meramaikan sekaligus meriahkan berbagai macam acara, melainkan diyakini dapat menolak bala dan wabah penyakit. Pengertian asal usul ondel-ondel merupakan suatu bentuk bentuk pertunjukan rakyat betawi yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat. Tampaknya ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa.
Ondel-ondel biasanya didesain dengan yang berkisar antara 2,5 meter sampai dengan 3 meter dengan garis tengah ± 80 cm, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalamnya. Betapa besar pengaruhnya zaman modern ini yang mengalihkan fungsi ondel-ondel, sebatas dekorasi taman kota atau pameran pembangunan. Bahkan dijadikan anak-anak muda untuk ngamen, mendapatkan uang recehan di jalan-jalan. Memang merupakan suatu fakta bahwa dulu ondel-ondel digunakan untuk mengusir wabah, namun asal-usul ondel-ondel khas budaya betawi sampai sekarang masih suatu misteri.
Menurut pendapat orangtua saya yang diceritakan oleh para leluhur mereka, asal- usul ondel-ondel berasal dari suatu kampung pada abad 16 yang terjangkit wabah. Kemudian salah satu warganya menciptakan sepasang barongan untuk kemudian diarak keliling kampung sebagai solusi menyembuhkan wabah tersebut. Uniknya lagi sebelum diarak-arak, diyakini si pemilik rumah harus memberinya makan terlebih dahulu, berikut dengan mantra-mantranya. Pada masa tersebut mayoritas masyarakat betawi masih tertutup dan belom tersentuh ajaran Islam murni yang pada abad 16 sudah tersebar ke berbagai pelosok bangsa Indonesia yang mengakibatkan praktek dan pemujaan kemusyrikan sering dilakukan di kalangan masayrakat.
Kita sebagai generasi penerus kepemimpinan bangsa wajib ikut serta melestarikan dan mempraktekkan budaya khas Indonesia, sehingga generasi-generasi yang akan datang dapat mengetahui serta mengapresiasi peninggalan seni-budaya para leluhurnya dulu.
Dan wawancara orangtua
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.