Sebagaimana di daerah lainya yang pernah memiliki pengaruh kuat penyebaran Agama Islam dan bertahan hingga kini, dan terdapat juga Seni Handro, Begitulah pula Seni Handro yang ada di Kabupaten Garut, karena pada hakikatnya Seni Handro adalah jenis kesenian berlatar belakang penyebaran Agama Islam yang merupakan perpaduan antara hasil budaya parsi atau Arab dengan budaya setempat, dalam hal ini Budaya Parahyangan.
Seni Handro yang ada di Kabupaten Garut ini pertama kali dikenalkan oleh Kyai Haji Sura dan Kyai Haji Achmad Sayuti yang berasal dari Kampung Tanjung Singuru - Kec. Samarang - Kabupaten Garut pada sekitar tahun 1917. Kehadiran KH. Sura dan KH. Achmad Sayuti tentu saja mendapat sambutan hangat dari masyarakat Desa Bojong. Maka tidak heran apabila perkembangan Seni Handro sungguh sangat menggembirakan pada waktu itu.
Jenis kesenian ini memiliki ciri tertentu dalam gaya dan lagunya. Gaya / Laga adalah gerak gerik yang dilakukan dalam mengisi pertunjukan, pada Seni Handro gerak / gaya diambil dari jurus-jurus pencak silat yang menggambarkan kepatriotan. Sedangkan lagu / liriknya diambil dari sejak pujangga Islam Syech Jafar Al - Barznji.
Waditra (alat musik) yang dipergunakan untuk mengiringi Seni Handro ini terdiri dari ; Rebana, Tilingit, Kempring, Kompeang, Bangsing, Terompet dan Bajidor. Para pemainnya mengenakan busana berupa baju putih dan celana hitam yang dihiasi dengan selendang merah melilit di dada.
Seni Handro menggambarkan kepatriotan para pejuang muslim dalam menentang kaum penjajah. Masyarakat Desa Bojong sebenarnya boleh berbangga hati karena pada saat ini seni tersebut berada pada kondisi yang masih mampu bertahan dengan kemandiriannya.
Sumber: http://www.wisatadigarut.com/2017/06/handro-warisan-budaya-garut-yang-hampir.html
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kasultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda berwarna hitam. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam berupa golok dan pisau. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis namun ada juga yang memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce. QUIVER ( TEMPAT ANAK PANAH ): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dal...
Pasukan pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belakang.
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang