|
|
|
|
Sekar Agung, Kekawin Tanggal 09 Aug 2018 oleh OSKM18_16718294_Indra Dani. |
Sekar Agung atau Kekawin merupakan syair jawa kuna yang digubah berdasarkan aturan metrum india. Sekar Agung merupakan salah satu dari empat jenis Sekar yang ada dalam Dharma Githa. Dharma Gita merupakan salah satu dari sekian ribu budaya yang ada di Bali. Dharma Gita juga merupakan salah satu media kesenian yang sangat menunjang pemahaman ajaran agama khususnya agama Hindu serta sebagai usaha meningkatkan kesucian rohani dan sebagai media kesenian.
Dalam kakawin dikenal wirama. Susunan empat kalimat disebut Wirama .Tiap-tiap wirama dibentuk berdasarkan Wrtta Matra. Wrtta artinya banyak suku kata dalam setiap kalimat, Matra artinya pembangun Guru Laghu dalam satu baris kalimat. Guru adalah suku kata yang diucapkan atau dilagukan panjang atau berat sedangkan yang disebut dengan Lagu adalah suku kata pendek atau ringan. Guru disebut juga dengan suara Dirgha, lagu disebut juga hiswa. Kedudukan Guru dan Lagu di dalam sekar agung dapat dianalogikan dengan kedudukanguru dengan murid atau mahasiswa atau juga orang tua dengan anak-anaknya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam kekawin Nitisastra bahwa "Tingkahning Sutha Manuteng Bapa gawenya" yang artinya perilaku anak akan mengikuti jejak orang tuanya, maka dapat dikatan bahwa tinggi rendahnya nada/lagu akan mengikuti tinggi rendahnya nada guru yang ada di depannya.
Perkembangan Dharma Gita khususnya Kekawin di wilayah Kuta Selatan, Kabupaten Badung ini sangat pesat. Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya Pesantian, dimulai dari keluarga banjar kelompok tertentu, bahkan santi desa yang anggotanya anak muda hingga dewasa (penglingsir). Dulu, orang rata-rata tidak berani mekekawin karena di doktrin ajawera, konon katanya bisa gila dan pernyataan lainnya. Maka kebanyakan orang beralih ke kidung maupun geguritan saja. Semua komponen dalam Dharmagita penting untuk dipelajari dan dipahami, khususnya bagi umat Hindu. Dewasa ini, masih cenderung sedikit yang mau mempelajari dan melestarikan kesenian ini. Perlu kita ketahui, tidak hanya orang yang memiliki bakat dan garis keturunan yang bisa mendalami Dharmagita utamanya kekawin ini. Jika kita ingat (eling) dengan apa yang sudah menjadi kebudayaan kita, dan dilandasi dengan keinginan yang kuat, tidak menutup kemungkinan jika kita bisa melebihi orang yang memiliki garis keturunan maupun yang memiliki bakat sejak lahir. Ketua Widya Sabha Kuta Selatan, Ir. Wayan Sugiharta mengatakan bahwa Dharmagita akan selalu dibutuhkan selama umat Hindu ada di dunia ini. Terlebih lagi, sebagai umat Hindu memiliki sanggah, merajan, dan pura-pura lainnya yang pastinya setiap saat pasti akan memerlukan pengayah. Jika bukan kita yang melestarikannya siapa lagi? Akankah kita biarkan hilang begitu saja ditelan waktu dan terlupakan?
Guna menjaga kebudayaan ini tetap ajeg (lestari), Dinas Kebudayaan menyelenggarakan Utsawa Dharmagita dengan kategori mulai dari remaja hingga dewasa. Tingkatan perlombaan ini dimulai dari Kabupaten, dilanjutkan ke provinsi, hingga berakhir di tingkat nasional. Tahun ini Bali mendapat predikat Juara Umum 1 pada perhelatan tersebut.
“Astungkara, mereka yang baru belajar kita berikan kesempatan tampil di depan umum pada perhelatan Utsawa Dharmagita setiap tahunnya. Selanjutnya kita lakukan pembinaan pada anak-anak sekolah, guna mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba-lomba yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun institusi swasta”, tutup beliau.
Sumber : Wawancara via Whatsapp bersama
Ketua Widya Sabha Kuta Selatan, Ir. Wayan Sugiharta
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |