Sejarah perjuangan bangsa mempunyai motivasi yang luar biasa bagi suatu bangsa untuk terus berjuang mengisi kemerdekaan dengan semangat kebangsaan yang telah diperjuangkan sebelumnya oleh para pahlawan kusuma bangsa. Semangat keteladanan para pejuang harus diwarisi oleh generasi muda demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan negara. Jiwa nasionalisme harus muncul untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan, para pahlawan di Lumajang telah memberikan suatu teladan yang berupa keikhlasan untuk berjuang tanpa memperhitungkan harta benda, keluarga, tempat tinggal, bahkan keselamatan jiwa raganya sendiri. Keteladanan ini telah ditunjukkan oleh para pahlawan kita, khususnya Kapten Kyai Ilyas yang besar jasanya dalam mengusir Belanda di Lumajang. perjuangan Kapten Kyai Ilyas patut diapresiasi karena beliau berjuang berangkat dari seorang petani desa yang bukan apa-apa, bahkan beliau ikhlas mengabdikan diri untuk berjuang dimedan pertempuran.
Ketokohan Kapten Kyai Ilyas
Kapten Kyai Ilyas merupakan putera daerah Lumajang, beliau anak desa yang lahir di Desa Uranggantung Kecamatan Sukodono Lumajang. kemudian menikah di dusun Galingan Desa Boreng, Kecamatan Lumajang dan beliau dikarunia 4 orang anak yaitu 3 putera dan 1 puteri. di dusun Galingan ini beliau dikenal sebagai seorang Kyai karena setiap hari mengajar ngaji pemuda di dusun tersebut, selain itu beliau dalam kesehariannya bertani dan membuka toko pracangan yang menjual sembako, Kyai Ilyas dikenal sebagai seorang yang dermawan karena beliau sering memberikan sembako berupa beras atau jagung kepada orang yang membutuhkan.
Nama Kapten Kyai Ilyas tidak asing lagi bagi masyarakat Lumajang. beliau disamping dikenal sebagai seorang Kyai yang dermawan juga dikenal sebagai pejuang dan tentara. Kapten Kyai Ilyas adalah seorang komandan kompi Hizbullah, dalam merekrut santri-santrinya untuk ikut berjuang beliau memberi memotivasi dengan kata-kata “Jemputlah surgamu di pertempuran karena itu jalanmu untuk bertemu Sang Khalik” dengan demikian keberanian para pejuang menjadi luar biasa, sama sekali tidak takut mati.
Masuknya Belanda ke Lumajang
Pada tanggal 21 Juli 1947 merupakan awal dilaksanakannya Agresi Militer Belanda I di Indonesia. Pasukan Marinir Belanda berhasil mendaratkan kapalnya di Pantai Pasir Putih Situbondo dan Pantai Meneng Banyuwangi. Pada tanggal itu pula pasukan Belanda terus melakukan pendudukan di Situbondo dan Asembagus, sedangkan induk pasukannya melakukan pendudukannya di Bondowoso. Pasukannya terus diarahkan ke Probolinggo dan dalam waktu yang singkat sudah masuk ke Leces dan selanjutnya mengarah ke selatan menuju Lumajang.
Sehingga pada malam hari sekitar pukul 20.00 WIB Asisten Wedana (Camat) Ranuyoso yaitu Tjokrosoedjono berniat untuk melakukan inspeksi di perbatasan Lumajang-Probolinggo. Akan tetapi dihadang oleh pasukan marinir Belanda dan dihujani dengan tembakan peluru sehingga gugurlah Tjokrosoedjono. Beliau merupakan korban pertama dari kalangan sipil. Meskipun demikian perlawanan masih dilakukan untuk menghadang laju pasukan Belanda yang bergerak menuju Lumajang. bantuan datang dari Kapten Soewandak beserta pejuang yang lainnya sehingga Kapten Soewandak memerintahkan untuk menebang pohon asam di tepi jalan disepanjang perbatasan. Akan tetapi usaha ini tidak berarti bagi pasukan Belanda sehingga dengan mudah dapat diatasi dan pasukan Belanda semakin gencar untuk menduduki Lumajang. akhirnya keesokan harinya pada tanggal 22 Juli 1947 pukul 07.00 WIB, pasukan Belanda sudah memasuki wilayah Lumajang dengan diawali datangnya pesawat Belanda yang terbang rendah diatas Kota Lumajang. tidak lama berselang terdengarlah tembakan-tembakan pertanda datangnya penjajah lama di Lumajang.
Perjuangan Kyai Ilyas dalam Agresi Militer Belanda I
Mushola Tempat Kyai Ilyas Mengajar Ngaji di Dusun Galingan
Dalam menyusun kekuatan untuk mengusir Belanda di Lumajang, para pemuda maupun orang tua membentuk Laskar Hizbullah dan Laskar Sabilillah. Pemimpin Sabilillah umumnya adalah kyai-kyai yang mempunyai semangat tinggi dalam membela negara. Seperti yang sudah direncanakan, pasukan Hizbullah dan Sabilillah melakukan konsolidasi di Pondok Pesantren Pulosari dan Gambiran. Hasil konsolidasi tersebut menempatkan Kompi Kyai Ilyas bermarkas di Gambiran dengan jumlah anggota 100 orang. Keberadaan pasukan Hizbullah di Galingan diketahui oleh Belanda sehingga Belanda melakukan penyerangan ke Galingan. Pasukan Kapten Kyai Ilyas kemudian melakukan penghadangan dan menyerang dari sebelah timur Sungai Boreng sementara pasukan Belanda berada di sebelah baratnya. Maka terjadilah pertempuran antara pasukan Belanda dan pasukan Kapten Kyai Ilyas yang kedudukannya masing-masing bersebrangan sungai antara timur dan barat sungai, karena kekuatan tidak seimbang akhirnya pasukan Kapten Kyai ilyas bergeser ke arah timur dengan wilayah operasi meliputi Yosowilangun, Kencong Jember dan daerah sekitarnya dengan markasnya di Meleman. Setelah sampai di Yosowilangun Kapten Kyai Ilyas bergabung dengan Kompi Soekartijo untuk melakukan penyerangan dengan melempar granat ke arah musuh yang sedang tidur nyenyak. Pertempuranpun terjadi tak terelakkan.
Untuk menghindari sergapan Belanda yang semakin intensif ke daerah timur dan melakukan serangan balasan, maka pada suatu malam pasukan Kapten Kyai Ilyas bergerak meninggalkan desa Meleman (markasnya) melintasi sungai Bondoyudo. Ternyata betul Belanda bergerak menuju Desa Cakru dan akhirnya terjadi pertempuran antara Belanda dan pasukan Kapten Kyai Ilyas, karena Belanda tidak menguasai medan akhirnya pasukan Belanda mundur kearah Kencong. Keesokan harinya ada loporan bahwa Belanda dengan kekuatan besar akan mengadakan serangan balasan dari segala arah baik dari Meleman, Keting dan Jombang. Pasukan Kapten Kyai Ilyas benar-benar terjepit maka yang dilakukan adalah menghindar dan bersembunyi di kebun singkong, perlawananpun tidak dilakukan karena disamping kekuatan tidak seimbang juga “ngeman” penduduk sekitar nantinya banyak yang akan menjadi korban.
Keesokan harinya setelah keadaan dianggap aman Kapten Kyai Ilyas memerintahkan pasukannya untuk bergerak menuju Penanggal, perjalananpun dilakukan menuju ke desa Penanggal dengan jarak 40 km ditempuh selama 3 hari. Rupanya kedatangan pasukan Kapten Kyai Ilyas diketahui Belanda yang berkedudukan di Senduro, sehingga pada pukul 07.00 pagi Belanda melakukan penyerangan terhadap pasukan Kapten Kyai Ilyas yang berada di Penanggal. Pertempuranpun terjadi takterelakkan.
Gugurnya Kapten Kyai Ilyas
Pada tanggal 2 April 1949. Pasukan Kapten Kyai Ilyas berada di Dusun Ledok Desa Banjarwaru. Serdadu Belanda mencium kehadiran pasukan Kapten Kyai Ilyas ini sehingga Belanda menyusun strategi perang yang lain dari biasanya. Tepat tanggal 9 April 1949, pagi-pagi terjadi pertempuran antara Belanda dengan regu Muchtar yang ada di Desa Babaan. Maka seluruh pasukan Kapten Kyai Ilyas disiap siagakan. Ternyata pagi itu Belanda mengerahkan serdadunya dalam jumlah besar sebagian dari mereka menggunakan seragam hitam-hitam. Hal ini dilakukan dalam rangka mengelabuhi rakyat. Belanda melakukan tembakan dari segala arah. Pasukan Kapten Kyai Ilyas benar-benar dalam keadaan terkepung dari segala arah dan tidak ada jalan lain selain bertempur habis-habisan. Pada saat pertempuran terjadi Kapten Kyai Ilyas melihat seorang serdadu Belanda yang terluka kemudian Kapten Kyai Ilyas berlari merampas senjata otomatis yang terlepas dari tangan serdadu Belanda tersebut, namun takdir ilahi bagi Kapten Kyai Ilyas. Sebelum beliau sempat mengambil senjata otomatis lawan. Beliau diberondong peluru dari segala arah. Paha kanan dan pusarnyapun terluka parah terkena tembakan musuh.
Segera beberapa orang mengambil Kapten Kyai Ilyas. Sebagian ada yang melindunginya dengan tembakan-tembakan gencar kearah musuh. Tetapi Kapten Kyai Ilyas menyampaikan pesan kepada Anas dengan disaksikan oleh beberapa orang anggota yang menggotongnya. “Kepadamu Nas pimpinan pasukan ini saya serahkan, lawan terus musuh disekitarmu ini!” Lailaha illallah Muhammadurrosululloh ! wafatlah beliau sebagai syahid di medan pertempuran. Inna Lillahi wa inna ilaihi roji’un. Jenazahnya segera disembunyikan dengan ditutup dedaunan. Pertempuran tetap berlangsung tanpa berhenti walaupun ada yang wafat, hingga sore. Setelah serdadu Belanda mengundurkan diri ke kota maka jenazah Kapten Kyai Ilyaspun segera dimakamkan dengan segala penghormatan di Dusun Ledok Desa Banjarwaru dengan upacara yang dipimpin oleh Kyai Sudja”.
Monumen Kapten Kyai Ilyas
Untuk menghargai jasa Kapten Kyai Ilyas bersama pasukannya pemerintah mendirikan monumen di Dusun Ledok Desa Banjarwaru Kecamatan Lumajang, tepatnya berada di tengah-tengah persawahan. Monumen Kapten Kyai Ilyas dibangun tahun 1975 dan diresmikan oleh Bupati Lumajang Bapak Soewandi, alasan didirikan monumen tersebut di dusun Ledok karena daerah ini merupakan tempat pertempuran terakhir Kapten Kyai Ilyas bersama pasukannya, serta di dusun ini pula tempat gugurnya Kapten Kyai Ilyas. Selain itu perhatian pemerintah terhadap perjuangan Kapten Kyai Ilyas juga dibuktikan dengan direhapnya mushola tempat Kapten Kyai Ilyas dulu mengajar ngaji dan menggembleng santri-santrinya sebagai pejuang. Tak cukup disitu, pemerintahpun mengabadikan nama Kapten Kyai Ilyas sebagai nama jalan dijantung Kota Lumajang (Barat Adipura). Monumen dan mushola Kapten Kyai Ilyas kini oleh pemerintah ditetapkan sebagai salah satu Cagar Budaya Kabupaten Lumajang berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2014 tentang pelestarian Cagar Budaya.
Sumber: http://www.d-onenewslumajang.com/2016/08/perjuangan-kapten-kyai-ilyas-dalam.html