|
|
|
|
Sejarah Perahu Bidar Palembang Tanggal 06 Aug 2018 oleh OSKM18_16318118_Muhammad Edi Sunyoto. |
Sejarah Perahu Bidar Palembang
Kelahiran perahu bidar tidak terlepas dari kondisi dan situasi kota Palembang, yang dikelilingi banyak sungai beserta anaknya. Data terakhir, anak sungai yang dulunya berjumlah 108, kini tinggal 60 anak sungai.
Dahulu, untuk menjaga keamanan wilayah,diperlukan sebuah perahu yang larinya cepat. Kesultanan Palembang lalu membentuk patroli sungai dengan menggunakan perahu.
Ketika itu perahu berpatroli itu disebut perahu pancalang, berasal dari pancal dan lang/ilang. Pancal berarti lepas, landas dan lang/ilang berarti menghilang. Singkatnya pancalang berarti perahu yang cepat menghilang.
Perahu ini dikayuh 8-30 orang, bermuatan sampai 50 orang. Memiliki panjang 10 sampai 20 meter dan lebar 1,5 sampai 3 meter. Karena bermuatan banyak orang, Pancalang juga digunakan sebagai alat angkutan transportasi sungai. Raja-raja dan pangeran kerap pula menggunakan pancalang untuk plesiran.
Gambaran bentuk pancalang diungkapkan secara detil dalam buku Ensiklopedi Indonesia NV, terbitan W Van Hoeve Bandung’s Gravenhage . Disebutkan, Pancalang perahu tidak berlunas, selain sebagai perahu penumpang, ia juga dijadikan sarana untuk berdagang di sungai. Atapnya berbentuk kajang, kemudinya berbentuk dayung dan digayung dengan galah atau bambu
Menurut para ahli sejarah, perahu Pancalang inilah asal muasal lahirnya perahu bidar. Agar terjaga kelestarian perahu bidar, digelarlah lomba perahu bidar yang berlangsung sejak zaman Kesultanan Palembang Darussalam. Lomba ini sering disebut wong doeloe dengan sebutan "kenceran".
Pada zaman kolonial Belanda biasanya bidar di selenggakan pada saat kedatangan ratu dan keluarganya dari kerajaan belanda.
Kini, tampilan perahu bidar sedikit berbeda dengan masa Kesultanan Palembang. Ada dua jenis yang kini dikenal.Pertama,perahu bidar berprestasi. memiliki Panjang 12,70 meter, tinggi 60 cm dan lebar 1,2 meter. Jumlah pendayung 24 orang, terdiri dari 22 pendayung,1 juragan serta 1 tukang timba air. Perahu dapat dilihat 17 Juni bertepatan dengan hari jadi PalembangJenis kedua perahu bidar tradisional. memiliki panjang 29 meter, tinggi 80 cm serta lebar 1,5 meter. Jumlah pendayung 57 orang, terdiri dari 55 pendayung, 1 juragan perahu serta 1 tukang timba air. perahu ini dapat disaksikan pada setiap Agustusan, bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI.
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |